Horang Kayah

Hal yang umum terjadi ketika seseorang mencari pencerahan atau ingin mengembangkan diri adalah...dia akan membaca banyak buku, ikut berbagai seminar bahkan terapi, tapi yang terjadi ternyata hidupnya tetap begitu-begitu juga. Sehari semangat, besoknya sudah lesu lagi, putus asa lagi. Hari ini bersyukur, besoknya sudah mengeluh lagi, seolah semua hasil pembelajarannya menguap begitu saja.

Saya ingat ketika dulu sering tanya sana-sini hanya untuk mencari solusi dari permasalahan yang saya hadapi, padahal sudah begitu banyak buku yang saya baca, ilmu pengembangan diri yang saya pelajari, bahkan sudah ikut berbagai macam terapi. Tapi saya merasa belum menemukan titik solusi, merasa ada missing link yang belum saya dapatkan. Tiap hari dilewati dengan rasa frustasi, hutang lagi hutang lagi, duit lagi duit lagi. Teruuuus berputar dalam lingkaran setan, pola masalah yang berulang.

Akhirnya saya tanya lagi tanya lagi pada orang-orang yang saya percayai bisa membantu saya. Tapi yang terjadi adalah, mereka mulai merasa kesal dan terganggu. Sampai ada yang marah karena kok saya ga berubah-berubah juga, mereka bosan dan muak dengan keluhan-keluhan saya, karena yang saya tanya adalah itu lagi itu lagi. Orang-orang yang tadinya sabar pun akhirnya mulai eneg ketika tiap saat saya hubungi mereka untuk menanyakan hal yang sebenarnya saya sudah tahu jawabannya itu itu juga :)

Akhirnya saya merasa sendirian karena tak ada lagi teman yang mau mendengarkan. Tapi disaat itulah saya mulai menyadari bahwa kehidupan adalah tanggungjawab kita sendiri, bukan orang lain. Kita memang mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita seringkali butuh saran dari orang lain, butuh pencerahan dari orang lain, tapi pada akhirnya hanya kita sendiri yang bisa menyelesaikan urusan kita, karena kita dianugerahi Tuhan kemampuan untuk itu meskipun secara logika tampak mustahil. Tapi tak ada yang mustahil untuk Tuhan. Bukankah Tuhan tak akan menguji kita melebihi kemampuan? :)

Karena itu dalam pengembangan diri ataupun penyelesaian masalah hidup, kita tidak bisa selalu tergantung pada seorang terapis, tidak bisa selalu tergantung pada sosok seorang motivator, tergantung pada figur seorang Kiyai, pendeta, atau siapapun mereka yang kita anggap sebagai inspirasi dalam hidup kita. Tidak setiap saat mereka bisa menemani dan mengajari kita. Ibarat orang yang belajar menyetir mobil, tidak mungkin dia terus-terusan ditemani oleh sang pelatih. Ada saatnya ketika kita harus dilepas untuk merasakan sendiri dan mempraktekkan apa-apa yang sudah kita pelajari.

Satu hal yang perlu kita sadari bahwa ketika kita bertanya-tanya lagi dan jawabannya itu itu lagi, sebenarnya kita bukan mencari solusi, tapi "mencari perhatian", karena kita sedang butuh perhatian. Karena kita akan merasa aman, merasa nyaman dan merasa terlindungi ketika mendapatkan nasehat dari figur yang kita percayai. Tapi sayangnya banyak orang yang walaupun sudah mendapat jawaban tentang apa yang harus dilakukan, tetap tidak dipraktekkan. Atau kalaupun dipraktekkan hanya mood-mood-an, atau cuma melakukannya sebentar tapi merasa sudah lama/sering melakukannya, dan mulai mengatakan "Saya sudah melakukan metode ini tapi kok ga berhasil, tetap gelisah, tetap cemas, dsb, dsb..."

Ketika anda merasa "sudah melakukan" atau "sudah mempraktekkan" tapi tak juga berhasil, maka pertanyaannya adalah, "Sudah berapa kali? Sekali? Dua kali? Lalu berhenti karena tak ada apapun yang terjadi?" :)

Ketika kita sibuk dengan fokus pada pencarian, maka yang akan kita temukan adalah pencarian yang terus menerus tanpa ujung, pindah dari satu buku ke buku lain, pindah dari satu metode ke metode lain. Teruuus sampai akhirnya pusing sendiri karena jawaban yang kita dapatkan kok itu lagi itu lagi. Tentu saja jawabannya pun itu-itu juga karena masalah di dunia ini hanya itu-itu saja, dan penyelesaiannya pun sudah pasti itu itu juga. Masalahnya, sering kita tidak menyadari fokus kita kebanyakan adalah pada "pencarian" yang seringkali dilakukan di luar diri, padahal jawabannya sudah ada dalam diri kita sendiri.

Lain halnya ketika kita berfokus pada jawaban, maka jawabanlah yang akan kita dapatkan. Dan ketika jawaban itu kita temukan walaupun masih belum memuaskan, maka langkah selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah menyadari, dan memasuki diri untuk menyelami serta memahami makna dari jawaban-jawaban yang kita temui. Kemudian...praktekkan! Tanpa embel-embel harapan akan terwujudnya keinginan secara instan.

Seseorang baru bisa lancar mengendarai motor ketika dia sering praktek, sering berlatih, bukan terus-terusan bertanya bagaimana caranya mengoper gigi yang sebenarnya sudah berkali-kali diajarkan. Dia harus mempraktekkan, merasakan sendiri dan mengalami sendiri sampai akhirnya "ngeh" dengan cara yang baik dan benar untuk mengendarai motor.

Demikian pula dengan masalah hidup di dunia ini. Kita perlu mengalami, kita perlu menjalani, agar kita sadar bahwa apapun yang terjadi, kita tetap dilindungi oleh kekuatan Sang Illahi, sehingga suatu saat nanti ketika kita telah tegak berdiri, kita akan bisa berbagi dengan orang-orang yang kita cintai, agar mereka pun menyadari bahwa mereka mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Lanjut Gan...