Horang Kayah

Saya teringat di akhir pelatihan Mind Focus yang diadakan oleh Katahati Institute di Hotel Grand Flora Kemang pada awal bulan Februari 2009, Erbe Sentanu atau biasa akrab dipanggil Mas Nunu berpesan bahwa pelatihan yang sebenarnya bukanlah di ruangan hotel ini, tetapi di luar sana, dalam kehidupan sehari-hari.

Disaat bulan Ramadhan tahun ini berakhir, mendadak saya teringat pesan Mas Nunu tersebut. Kalau dipikir, bulan puasa pun hanyalah pelatihan singkat selama satu bulan. Sedangkan pelatihan yang sebenarnya adalah dalam waktu 11 bulan di luar bulan Ramadhan.

Jika di bulan ramadhan orang giat beribadah, menahan bicara yang tidak perlu, menahan pandangan yang tidak diperbolehkan dll, lalu kenapa orang tidak melakukan semua itu di luar bulan ramadhan? Kenapa tetap banyak keluh kesah yang keluar dari lisan kita? Kenapa begitu banyak celaan pada orang lain yang mengotori lisan kita?

Sudah seharusnyalah kita mulai dengan puasa sebenarnya, puasa abadi yang indah, ketika lisan dan pikiran kita tak mudah berkeluh kesah menghadapi situasi sesulit apapun, ketika mulut kita tak lagi gatal ingin mengomentari dan menertawakan kesalahan yang dilakukan orang lain.

Untuk memulai puasa yang sebenarnya ini, kita ambil satu contoh saja dulu dari sekian banyak hawa nafsu yang harus dikendalikan, yaitu "mengeluh". Mengeluh adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan dan paling sulit untuk dihilangkan. Ada saja hal yang mudah untuk dikeluhkan, apakah itu masalah keuangan, relationship, pekerjaan, cuaca, dll.

Mengeluh adalah musuh besar yang menjadi penghambat perkembangan diri, juga penghambat terkabulnya doa-doa dan keinginan-keinginan kita, karena mengeluh mencerminkan rasa tidak bersyukur. Padahal selalu ada yang bisa disyukuri dari keluhan-keluhan tersebut. Misalnya ketika mengeluh karena cuaca panas, seharusnya kita bisa bersyukur karena masih bisa merasakan panas. Karena kalau tidak merasakan apa-apa berarti kita sudah jadi mayat hehehe.

Dan yang jelas, mengeluh tidak akan memecahkan masalah yang kita hadapi. Mengeluhkan kekurangan uang atau hutang yang bertumpuk tidak akan lantas membuat segepok uang jatuh di pangkuan kita. Seorang teman bahkan berkata "Mengeluh = rezeki jauh". Mengeluh menjadikan fokus terletak pada rasa kekurangan dan rasa tidak memiliki. Padahal itu bukanlah hal yang diinginkan. Orang yang Sering mengeluh sana-sini setiap saat setiap waktu hanya akan menjatuhkan harga dirinya sendiri, bahkan membuat teman-temannya yang awalnya sangat dekat dengannya menjadi jauh. Karena pada dasarnya tak ada orang yang suka dengan pengeluh. So, jika kita sudah tahu itu dan bahkan sering mendengarnya, kenapa kita tidak juga berhenti mengeluh?

Kita? Elu kaleee... Photobucket

Memang bukan hal yang mudah untuk mengendalikan keluhan, terutama jika posisi sedang berada di ujung tanduk. Tetapi sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan. Tetap berprasangka baik pada Tuhan akan jauh lebih bermanfaat daripada mengeluhkan penderitaan. Karena bukan mustahil keajaiban akan terjadi begitu kita sudah mampu meyakini bahwa Tuhan maha besar, sehingga yang kita lakukan adalah membesarkan Tuhan, bukan membesarkan masalah.

Di sebuah milis saya mendapatkan tips untuk belajar mengendalikan keluhan. Tips yang sangat bagus untuk mulai berpuasa mengeluh. Tips tersebut menyarankan untuk mencoba stop mengeluh satu jam saja dulu. Jika berhasil, lanjutkan dengan jam berikutnya dan seterusnya...dan seterusnya...

Ya, tak perlu susah payah pasang target yang terlalu lama seperti 40 hari misalnya. Kita coba dulu dalam satu jam saja. Lalu perhatikan, masihkah ada keluhan yang terucap di mulut? Bukan hanya yang terucap, tapi juga yang terlintas di pikiran. So, yang kita lakukan adalah mencoba menghentikan keluhan lisan dan pikiran. Jika bisa menahan keluhan sampai satu hari, itu sudah benar-benar hebat. Dan yang harus dilakukan kemudian adalah...Lanjutkan!! Photobucket

Mari kita sama-sama belajar untuk mengendalikan keluhan dan menjadi pribadi yang senantiasa optimis menjalani kehidupan.

Yu mareee... Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pertemuan dengan Mas Kris Gustav pendiri Ilmu terapi hati dan ilmu ikhlas Mahakosmos di rumah beliau di Ciganjur telah memberikan pencerahan baru untuk saya. Well, sebenarnya sih bukan hal baru, tapi saya mengakui kalau saya kurang menyadarinya selama ini. Alhamdulillah, pemaparan beliau membuat saya makin ngeh dan menyadari beberapa hal penting.

Pertama, bahwa 90% penyakit fisik disebabkan oleh faktor psikis. Hal itu terbukti dengan langsung sembuhnya beberapa penyakit yang saya derita, hanya dalam satu kali proses terapi. Walaupun 3 hari kemudian penyakit itu kambuh lagi begitu saya menghadapi sebuah masalah yang memicu emosi tertentu. Dan saya baru tahu bahwa emosi itulah akar masalah yang menjadi penyebab penyakit saya.

Kedua, saya juga dibuat 'ngeh' dengan "Kekuatan Tuhan". Malam itu penjelasan Mas Kris membuat saya menyadari bahwa, "Jika kita bisa menggunakan kekuatan Tuhan untuk memecahkan segala problema hidup kita, kenapa mesti bersusah payah menggunakan kekuatan manusia?"

Positive thinking, mind power, yakin pada kemampuan diri, take action, goal setting, dll ilmu manusia yang berbasis olah pikir tak akan berhasil tanpa izin-Nya. Bahkan yang namanya Law of Attraction pun berjalan dibawah pengawasan-Nya. So, jika ada yang mengatakan "Nothing is impossible", itu adalah istilah yang hanya berlaku untuk "Tuhan", karena manusia memiliki kemampuan terbatas, dan semua kemampuan itu pun adalah anugerah yang hanya akan berjalan atas izin-Nya.

Menggunakan kekuatan Tuhan berarti menggunakan kekuatan berserah diri, menyerahkan segala urusan pada-Nya, itulah metode meraih sukses yang semestinya dilakukan oleh orang-orang yang percaya pada Tuhan. Bukan berarti manusia lantas hanya bersantai-santai tanpa berusaha, tapi usaha kita harus selalu dilandasi dan dibarengi dengan berserah diri pada-Nya, tidak ngotot pada hasilnya, ikhlas dengan apapun hasilnya, karena apapun yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik untuk kita.

Lagipula berserah diri adalah perintah-Nya, karena berserah diri akan membuat hidup kita lebih mudah, dan dunia ini memang didesain untuk dijalani manusia dengan mudah, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat berikut:

"Dia-lah Yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah rezeki-Nya, (yang tidak terbatas jumlahnya). ~QS: Al-Mulk: 15~

Tak terasa malam makin larut, rasanya belum cukup diskusi saya dengan Mas Kris, tapi waktu telah membatasi, saya pun pamit dan dengan penuh rasa syukur saya pulang dengan membawa kedamaian di hati. Semoga saya mampu mempertahankan keyakinan ini untuk selalu berikhtiar yang dibarengi rasa berserah diri.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

"Bukan urusan saya untuk memikirkan diri saya sendiri. Urusan saya adalah untuk memikirkan Tuhan. Dan urusan-Nya lah untuk memikirkan saya." (Simon Weil)

Telepon dari seorang sahabat yang curhat tentang keadaan genting yang dialaminya membuat saya teringat akan masa-masa kritis yang pernah saya alami. Karena proyek hidup yang kami alami kurang lebih sama, dia bertanya pada saya apa yang biasanya saya lakukan menghadapi saat-saat seperti ini. Dia sudah pinjam uang sana-sini tapi tak satupun yang bisa memberi bantuan, sedangkan situasi sudah kritis karena tagihan yang harus dibayar sudah menghadang di depan mata.

Saya menjawab berdasarkan pengalaman saya, bahwa jika sudah mencoba mencari pinjaman ke sana-kemari tapi tidak dapat juga, pasrahkan saja, karena itu berarti Tuhan memiliki rencana lain yang lebih besar, dan itu artinya Tuhan tidak menginginkan teman saya untuk menambah hutang. Mungkin saja dia bakal dapat rezeki dari arah yang tak terduga, atau dapat kemudahan berupa penangguhan atau re-schedule waktu pembayaran. Yang jelas sang penagih hutang harus tetap dihadapi. Tetapi jangan dihadapi sendirian, hadapilah bersama Tuhan.

Ya, kita harus selalu melibatkan Tuhan di setiap tindakan kita sebagai bentuk ikhtiar 100% yang disertai dengan tawakal 100%. Misalnya ketika butuh uang dan terpaksa harus ngutang karena situasi sangat darurat, maka libatkanlah Tuhan sebelum ngutang. Yang sering saya lakukan pertama kali adalah meminta ampun pada-Nya karena saya terpaksa ngutang walaupun bukan itu yang saya inginkan, lalu dengan diiringi Bismillah, sayapun mulai menghubungi orang-orang yang saya anggap bisa membantu. Kadang baru sekali telpon langsung ada yang kasih, tapi lebih seringnya tak ada seorangpun yang bisa membantu hehehe. Photobucket

Tapi justru disaat tak ada seorangpun yang bisa membantu itulah kesadaran muncul. Kesadaran yang mengatakan bahwa Tuhan punya rencana lain untuk memenuhi kebutuhan saya, Tuhan tidak menginginkan hutang saya bertambah, sehingga sayapun hanya bisa pasrah, dan disaat itulah biasanya jalan terbuka, walaupun tidak selalu dalam bentuk yang saya inginkan, tapi Tuhan selalu turun tangan dengan cara yang terbaik .

Pada dasarnya, sudah sepatutnyalah kita tidak berharap pada pertolongan manusia sama sekali, kita hanya perlu bergantung pada-Nya. Tetapi hal ini membutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi, karena jika kesadaran sudah tinggi, kita pun otomatis naik level menjadi pribadi yang mudah disetujui do'anya.

Tetapi sebagai manusia biasa yang belum memiliki kesadaran tinggi, orang cenderung memikirkan cara-cara yang logis untuk memecahkan masalah. Sulit sekali untuk meyakinkan diri bahwa keajaiban Tuhan selalu terjadi. Kalaupun mencoba untuk meyakini, seringkali kepala dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kapan masalah akan selesai, dan seperti apa cara Tuhan menyelesaikannya. Ini adalah hal yang wajar dalam proses perubahan, kita tak perlu menyalahkan diri karena belum munculnya kemampuan untuk meyakini keajaiban-Nya, sebab untuk mencapai kesadaran yang tinggi tersebut diperlukan proses yang kadang tidak sebentar. Bahkan proses tersebut bisa saja berbentuk masalah yang muncul bertubi-tubi, sehingga ketika semua ikhtiar yang mengandalkan kekuatan manusiawi tidak menghasilkan apa-apa lagi, maka sadarlah kita bahwa kita tak berdaya, dan tak ada apa-apanya tanpa bantuan kekuatan Tuhan. Dan disitulah biasanya kita mulai berserah diri, hal yang seharusnya dilakukan sejak awal, tapi jarang disadari terutama jika batas waktu sudah menanti.

So, kembali pada kisah teman saya, ternyata benar ketakutannya tidak terbukti. Atas izin Tuhan, orang yang menagih hutangnya memberi kelonggaran, bahkan bersikap sangat ramah. Solusi yang dia dapatkan hanya sementara, tapi jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Hal itu membuktikan bahwa kepasrahan selalu membuahkan keajaiban. Paling tidak kelonggaran tersebut memberikan waktu pada teman saya untuk melanjutkan ikhtiarnya, memperkuat ketawakalannya, dan meningkatkan kualitas sembah sujudnya pada Sang Maha Pencipta.

Jadi jika ada yang menanyakan bagaimana cara menghadapi saat kritis disaat tak ada lagi yang bisa dilakukan, saya hanya bisa menjawab:

"Libatkan Tuhan, iringi dengan kepasrahan. Karena dengan pertolongan Tuhan, 90% kekhawatiran kita tidak akan pernah terjadi, minimal tidak seburuk yang dibayangkan. Berserah diri secara total, akui ketidakberdayaan kita, serahkan sepenuhnya solusi masalah kita pada-Nya. Ikhlas...pasrah... Biarkan Tuhan yang menyelesaikan, Insyaalloh ada jalan".

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Saya menerima kritikan dari beberapa teman, karena selama ini mereka suka baca tulisan-tulisan saya baik di blog ini ataupun di beberapa forum dan milis. Kata mereka, banyak tulisan saya yang memberi pencerahan, dan mereka sangat berterimakasih. Tapi begitu mereka tahu siapa saya, khususnya ketika meng-add saya di FB, pandangan mereka berubah 180 derajat. Photobucket

Why? Because I'm not who they think I am hehehe.

Ada yang mengira saya sudah berumur di atas 40 tahun, bahkan disangka berumur 50 tahunan. Ada yang mengira saya adalah sosok bijak yang berkharisma besar. Tapi yang lebih salah lagi kalau ada yang mengira saya adalah pria setengah baya yang berjenggot panjang, bersorban, dan berbaju gamis. Walah, jauh banget. Photobucket

Well, terlepas dari seperti apa mereka menilai bentuk fisik dan penampilan saya, ternyata ada yang lebih kecewa lagi karena saya tidak sebijak seperti apa yang saya tulis. Apalagi kalau baca status FB saya yang seringkali nyleneh, bercanda yang kelewatan, dan kadang...masih kelepasan untuk mengeluh Photobucket

Tapi jika anda baca judul dari blog ini, maka akan jelas bahwa saya bukanlah seorang trainer atau motivator atau seorang spiritualis. Saya hanyalah seorang "Lifelong Learner", mahasiswa abadi di universitas kehidupan yang sedang dalam proses metamorfosa. Dalam perjalanan menuju perubahan itu, tak mungkin bagi saya untuk secara drastis mengubah karakter dan hal-hal lain yang mungkin sudah tidak patut dilakukan oleh orang seusia saya.

Saya juga bukan orang yang bebas dari masalah, karena saat ini pun masih ada proyek kehidupan yang belum terselesaikan. Tapi itu bukan halangan untuk berbagi ilmu dengan orang banyak. Saya tak perlu jadi orang sukses dulu untuk berbagi ilmu. Kalau Pak Mario Teguh bilang, "Tidak perlu menunggu senjata lengkap untuk maju berperang". Lagipula definisi sukses bisa berbeda-beda untuk tiap orang. Dan bagi saya sendiri, saya sudah sukses menjalani peran demi peran yang saya mainkan dalam kehidupan ini.

Tentu saja saya punya rencana untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dari hari ke hari. Tapi saat ini saya menikmati dulu prosesnya. Karena saya tak mau sok ikhlas, sok bijak, tapi menjerit dan merana di balik topeng kebijakan itu. Apa yang saya tuliskan selama ini adalah writing therapy yang intinya adalah untuk mengingatkan diri sendiri, dan juga mengacu pada pepatah yang mengatakan, "Jika ingin menjadi sesuatu, maka bersikaplah seolah kau sudah menjadi sesuatu itu".

Bersikap seolah tentu saja beda dengan 'sok', karena saya tetap mengakui dan jujur bahwa saya pun bisa down, bisa sesekali mengeluh, bisa sedih, dan bisa stress. Ya iya laah... saya juga manusia kok. Bahkan Nabi saja bisa menangis ketika kehilangan orang-orang yang disayanginya. Lebih dari itu, 'bersikap seolah' sebenarnya bukanlah sikap yang harus ditujukan pada orang lain, tetapi pada diri sendiri. Karena pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan imajinasi dan kenyataan. So, dengan 'bersikap seolah', saya sedang menyusun blueprint masa depan yang saya impikan, dan pikiran bawah sadar saya akan bekerja mengikuti gambaran yang saya rancang. Sehingga dengan izin Tuhan, Insyaalloh saya
akan dibimbing menuju pintu-pintu kesuksesan yang saya impikan tersebut.

Yang penting saya tidak 'bersikap seolah' agar mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang-orang yang merasa tercerahkan oleh tulisan saya. Dan saya harus selalu menyadari itu.

Lalu kenapa saya buat blog ini dan membuat tulisan-tulisan bernuansa pencerahan? Karena saya senang berbagi. Sebab untuk sementara ini saya belum bisa berbagi duit, tapi saya bisa berbagi ilmu hehehe. Selain itu, saya juga menulis untuk mengecek sejauh mana pemahaman saya tentang ilmu-ilmu kehidupan yang saya pelajari. Bahkan tak jarang saya belajar dari tulisan saya sendiri. Karena kadang saya bingung sendiri, kok bisa ya saya menulis seperti itu? Apa bener saya yang bikin tulisan itu? Photobucket

So, apapun pendapat orang tentang saya, saya tak akan lantas berhenti berbagi ilmu hanya karena kritik yang mengatakan karakter saya tidak sesuai dengan tulisannya. Mohon maaf untuk yang kecewa, tapi inilah saya apa adanya. Photobucket




Lanjut Gan...
Horang Kayah

You rise, you fall, you down and you rise again
What don't kill you make you more strong...

Sepenggal lirik sebuah lagu di atas membuat saya manggut-manggut. Bukan karena hentakan musiknya yang memberikan semangat, tapi karena isi liriknya.

Kita semua punya masalah, berat ringannya tergantung pada persepsi masing-masing. Ada orang yang menganggap masalahnya sebagai masalah terberat sedunia, tapi di mata orang lain ternyata masalah itu tak seberapa. Tetapi ada juga yang benar-benar menjalani kehidupan yang berat karena terbebani oleh masalah-masalah yang membuat hidup serasa diujung tanduk.


Jika anda termasuk dalam golongan yang punya proyek hidup yang berat yang membuat anda putus asa, bahkan pernah membersitkan niat untuk mengakhiri hidup, well, saya ucapkan selamat, karena anda adalah seorang survivor, anda adalah orang yang kuat, anda ternyata memilih untuk tetap hidup. Karena ketika seseorang jatuh dalam titik nadir terendah dalam kehidupannya, maka hanya ada dua pilihan untuknya. Tetap di tempat dan membusuk, atau bangkit dan memanjat kembali tebing kehidupan untuk meraih impian.

Ajaran agama mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melampaui kemampuan kita. Tuhan tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Itulah sebabnya hal yang tidak membunuh anda, akan membuat anda menjadi lebih kuat, terutama ketika menghadapi masalah yang sama.

Saya teringat ucapan Pak Mario Teguh yang kurang lebih bunyinya sebagai berikut: "Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh seberapa besar hambatan yang menghadang di depannya. Berbanggalah jika anda memiliki masalah yang besar, karena itu artinya anda besar di mata Tuhan."

So buat anda yang punya problem hidup yang dirasa berat, jangan putus asa, bangkitlah, masalah tak akan membunuh anda, kecuali anda yang memutuskan untuk menyerah pada masalah.

Rise...fall down...rise again...
What don't kill you make you more strong!

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Menginginkan perubahan hidup ke arah yang lebih baik adalah dambaan semua orang. Tetapi ada orang-orang yang mengalami konflik batin justru disaat mereka mereka dalam proses menuju perubahan. Hal yang sama telah membuat perkembangan diri saya terhambat, dan baru-baru ini saya menyadari kalau saya juga luput melakukan langkah awal yang krusial tersebut.

Step pertama tersebut adalah, "Berdamai dengan diri sendiri".

Seorang sahabat bercerita tentang konflik batinnya ketika dia menginginkan kehidupan yang lebih baik. Di satu sisi dia yakin pada Tuhan dan janji-janji-Nya, tetapi di sisi lain dia bertanya-tanya, "Siapa saya? Kenapa Tuhan mau menolong saya? Maukah Tuhan menolong saya?"

Walaupun secara tidak disadari, dia telah menempatkan dirinya di posisi yang tidak dia inginkan, yaitu posisi sebagai orang yang tidak pantas untuk ditolong Tuhan, padahal Tuhan Maha Pengasih, bahkan orang yang penuh dengan limbah dosa pun pantas dan layak untuk ditolong oleh-Nya untuk kembali ke jalan yang benar.

Seseorang yang menginginkan kehidupan yang lebih baik tapi merasa tidak pantas mendapatkannya, akan cenderung sulit untuk mendapatkan perubahan yang dia inginkan.

Seseorang yang ingin menyelesaikan permasalahan hidup yang menimpanya tapi tidak mampu memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan yang menciptakan permasalahan yang dia hadapi, akan mengalami hambatan besar karena pikirannya mencari solusi yang ada di luar, padahal sumber masalah ada di dalam.

Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita sadari bahwa jalan yang terbaik untuk memulai perubahan adalah berdamai dengan diri sendiri, cintai diri sendiri, pantaskan diri untuk hidup yang lebih baik, dan berhentilah menyalahkan diri atas segala yang telah terjadi.

"Kasihi dirimu, jangan kasihani dirimu."

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pikiran saya melayang kembali ke masa 2 tahun yang lalu...Ketika di siang hari yang terik itu dengan langkah gontai saya melangkah keluar dari kostan sambil menggendong backpack berisi satu-satunya laptop yang telah setia menemani saya sejak pertengahan tahun 2003. Laptop yang selama ini telah menjadi mesin pencetak uang untuk side job terjemahan di sebuah penerbit itu dengan sangat terpaksa harus saya gadaikan karena terdesak oleh suatu kebutuhan yang urgent, tambah lagi karena saya sudah tidak punya persediaan uang untuk makan.

Belum sampai 5 menit berjalan, saya bertemu dengan beberapa orang teman yang sedang mengantri di sebuah warung untuk membeli jus. Mereka menyapa saya lebih dahulu, sedangkan saya hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan, karena dalam situasi seperti itu, boro-boro saya bisa tersenyum, yang ada hanyalah kesedihan karena sebentar lagi akan berpisah dengan laptop kesayangan, dan juga kecemasan akan masa depan karena kehidupan yang masih terjebak dalam lingkaran setan yang berkutat di seputar masalah uang dan uang lagi.

Kemudian salah seorang teman bertanya, "Mau kemana lo?"
Saat itu ingin rasanya langsung curhat pada mereka dan sekalian minta tolong pinjam uang. Tapi karena sudah terlalu banyak hutang bertumpuk, saya pun berusaha pura-pura tak ada masalah, lalu menjawab, "Mau ke Mangga Dua, mau servis laptop gua."

Tapi nada suara yang lirih ditambah ekspresi wajah saya yang memelas rupanya tak mampu menyembunyikan kesulitan yang saya derita. Sehingga seorang teman yang lain tiba-tiba menepuk pundak saya sambil berkata, "Jangan kayak orang susah..."

DEGG! Jantung saya berdetak kencang. Kata-katanya begitu dalam dan mengena, padahal dia adalah orang yang saya beri label sebagai orang yang menyebalkan, karena sehari-harinya sikap dan perilakunya seringkali membuat saya tidak nyaman. Tapi saya harus mengakui bahwa kata-katanya menyadarkan saya.

Walaupun demikian, saya tetap lanjutkan langkah menuju kantor pegadaian terdekat, walaupun hati ini tidak rela melepas laptop yang belum tentu saya bisa tebus lagi itu. Sesampainya di pegadaian, saya tercengang karena ternyata mereka tidak menerima gadai dalam bentuk laptop, mereka lebih mengutamakan perhiasan emas. Tapi staf pegadaian memberitahu saya alamat kantor pegadaian yang menerima gadai barang elektronik. Tetapi karena tempatnya jauh, sedangkan uang saya sangat terbatas, saya memutuskan menelepon dulu untuk mendapatkan kepastian agar tidak sia-buang ongkos. Kemudian...begitu saya telpon, ternyata laptop saya ditolak karena speknya sudah ketinggalan jaman. Photobucket
Dengan lunglai saya pun kembali ke kostan. Ya, saya tidak berusaha mencari pegadaian lain, karena merasa seolah ini pertanda laptop itu tak mau berpisah dengan saya. Saya tidak memungkiri hadirnya rasa lega karena laptop itu tidak laku digadaikan. Dan tentu saja karena saya masih membutuhkan laptop itu untuk mengerjakan side job terjemahan.

Hari itu membawa saya pada sebuah perenungan, saya merasa disadarkan oleh perkataan teman saya. Rupanya saya seringkali membawa "tampang susah" kemanapun saya pergi, sehingga memancarkan "aura orang susah". Dan mem-broadcast kesusahan untuk mendapat belas kasihan ternyata bukanlah jalan yang ditempuh orang-orang sukses yang dulunya pernah hidup susah.

Dalam surat wasiatnya, konon Aristotle Onassis menyebutkan dua hal dari beberapa kunci untuk meraih kesuksesan. Dan dua hal tersebut adalah saran untuk menutupi 'kesusahan'.

  1. Usahakan tersenyum, jangan suka cemberut. Perlihatkan bahwa segalanya beres dan tunjukkan bahwa hidupmu sehari-hari selalu tampak menyenangkan.
  2. Jaga penampilanmu. Jangan pernah memperlihatkan dan menceritakan kemelaratanmu kepada siapapun. Karena biasanya orang benci pada orang yang melarat.
Dan kemudian saya menemukan bahwa perintah untuk tidak memperlihatkan kesusahan ternyata telah disabdakan pula oleh Nabi Muhammad SAW sejak lama.

Pada jaman Rasul, ada seorang laki-laki di antara sahabat Rasulullah saw. yang kondisinya sangat berkekurangan. Suatu hari, istrinya memintanya untuk menemui Rasulullah SAW dan meminta bantuan kepada beliau.

Lelaki itu kemudian segera menemui Rasulullah SAW untuk meminta bantuan. Tapi Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang meminta kepada kami, maka kami akan memberinya, tetapi jika dia menunjukkan bahwa dirinya tidak membutuhkan sesuatu, maka Allah-lah yang akan mencukupinya."

Merasa Sabda Rasulullah tersebut ditujukan padanya, dia pun segera pulang ke rumah dan menceritakan hal itu pada istrinya. Tapi sang istri malah berkata, "Rasulullah SAW juga manusia", dan meminta suaminya untuk kembali mendatangi Rasulullah SAW.

Untuk kedua kalinya, lelaki itu datang menemui Rasulullah SAW, tetapi dia tetap mendengar sabda yang sama. Begitu pula ketika dia datang untuk ketiga kalinya. Akhirnya, dia memutuskan untuk menemui salah seorang temannya dan meminjam sebuah golok.

Di pagi hari, dia pergi ke gunung untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian menukarnya dengan setengah kilogram tepung gandum, lalu membuat roti dan dimakan bersama istrinya. Esok harinya, dia semakin bersemangat mencari kayu dan berhasil mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah cukup banyak. Semakin hari semakin banyak kayu yang dikumpulkannya, sehingga dia bisa membeli sebuah golok.

Dikarenakan usahanya yang gigih itu, tak lama kemudian dia mampu membeli dua ekor unta dan seorang budak. Lambat laun dia pun menjadi orang yang kaya raya. Suatu hari, dia kembali menemui Rasulullah SAW lalu menceritakan kisah hidupnya. Rasulullah SAW pun bersabda,"Saya telah katakan bahwa siapa saja yang menampakkan dirinya tidak berkekurangan, maka Allah akan mencukupinya."

Ya Alloh, ampuni aku karena seringkali memperlihatkan kesulitanku pada orang lain, padahal hanya Engkaulah yang akan mencukupi kebutuhanku dengan berbagai cara yang indah dan menyenangkan.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hari ini saya bahagia sekali bisa berkumpul bersama kawan-kawan dari sebuah milis untuk acara buka puasa bersama yang diadakan di rumah salah seorang anggota milis. Yang lebih membuat saya bahagia adalah banyaknya pencerahan yang saya dapatkan. Salah satu pencerahan tersebut adalah topik tentang "Pencarian kebahagiaan".

Menurut Mas Gobind, teman yang baru saya kenal dalam gathering tersebut, manusia kecanduan dengan yang namanya "Kebahagiaan". Saya setuju, karena pada dasarnya yang kita cari dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan. Bahkan untuk mencari rasa bahagia tersebut, orang rela melakukan berbagai cara, termasuk cara yang salah seperti menggunakan narkoba yang tujuan sebenarnya adalah untuk sekedar 'mencicipi' rasa bahagia dengan cara merangsang hormon-hormon yang menimbulkan perasaan bahagia.

Kekeliruan seringkali terjadi dalam pencarian kebahagiaan, yaitu mencari kebahagiaan yang diwakili oleh simbol-simbol materi, padahal semua itu bukanlah kebahagiaan hakiki, karena pencarian tersebut dilakukan "di luar", sedangkan yang harus dicari sebenarnya ada "di dalam".

Mungkin anda pernah mendengar kisah tentang Nasruddin yang mencari jarum yang hilang. Dia kehilangan jarum itu di dalam rumah, tapi anehnya dia malah mencarinya di luar rumah, dengan alasan di dalam 'gelap' dan di luar 'terang'. Begitu pula dengan kebanyakan orang yang mencari kebahagiaan di luar dirinya, padahal kebahagiaan yang dicari itu berada di dalam dirinya, atau lebih tepatnya ada di 'hati'nya. Orang sibuk mencari kebahagiaan di luar karena tak mampu melihat ke dalam dirinya, karena di dalam 'gelap'. Padahal dalam kegelapan tersebut telah tersedia segala kesenangan dan kebahagiaan yang tak membutuhkan persetujuan dari dunia luar.

Kebahagiaan adalah pilihan, bukan hasil akhir. Jika kita bisa memilih untuk bahagia saat ini juga, kenapa harus bersusah payah menunggu lengkapnya simbol-simbol materi yang tak akan kunjung memuaskan dahaga dan tak jelas kapan pencapaiannya?

Pencarian kebahagiaan seharusnya dilakukan ke dalam, bukan keluar. Karena kebahagiaan adalah kondisi hati. Kita hanya perlu menyalakan cahaya hati berupa "kesadaran" untuk memilih dan menemukan kebahagiaan dalam diri. Karena disaat cahaya hati mulai menyala, maka pada saat itulah kita akan mulai mengundang berbagai kemudahan hidup.

"Change your inner world first. Not the outer world".

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Sebuah persepsi dari seorang teman membuat saya gatal untuk berkomentar. Karena persepsi tersebut mengatakan, "Cuma orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkan keajaiban". Dengan kata lain, seolah yang berhak mendapat keajaiban adalah 'orang-orang pilihan'.

Untuk menjawab pendapat tersebut, saya pun menjawab dengan tegas, "YA!"

Karena orang yang bisa mendapat keajaiban hanyalah:

"Orang yang percaya pada keajaiban".

Keajaiban hanya ada untuk mereka yang percaya. Tuhan hanya ada untuk mereka yang percaya. Jika kita tidak percaya keajaiban Tuhan, bagaimana bisa kita mendapatkan keajaiban-Nya?

Albert Einstein mengatakan, "Hanya ada dua cara menjalani kehidupan. Pertama adalah seolah tidak ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban."

Jadi jika anda merasa tidak pernah mendapatkan keajaiban, mungkin anda termasuk orang dengan ciri-ciri berikut ini.

* Tidak percaya keajaiban
* Tidak yakin bisa mendapatkan keajaiban
* Menempatkan diri sebagai orang yang tidak layak mendapat keajaiban
* Merasa tidak pantas mendapat pertolongan Tuhan
* Dari waktu ke waktu hanya bisa mengeluh, menyalahkan diri, menyalahkan orang lain dan keadaan
* Ingin berubah tapi masih berfokus pada rasa kekurangan dan ketidakmampuan

Tetapi terlepas dari itu semua, secara disadari atau tidak, sebenarnya keajaiban selalu terjadi dan tak pernah berhenti.

Jika sampai saat ini anda masih banyak hutang dan sering kehabisan uang, bukankah suatu keajaiban anda masih survive sampai saat ini meskipun berkali-kali kehabisan uang untuk makan, belum lagi didesak oleh penagih hutang yang kadang dibarengi ancaman?

Jika anda berulang kali disakiti dan ditinggal pergi oleh orang yang anda cintai, bukankah suatu keajaiban anda masih bertahan dan tidak gantung diri? Bahkan anda masih terus mencari dan menantikan hadirnya sang cinta sejati.

Tuhan sesuai dengan persangkaan kita kepada-Nya. Tuhan tidak mungkin ingkar dengan janji-janji-Nya. Kalau memesan taksi saja kita yakin taksi itu akan datang menjemput kita, kenapa kita tidak bisa seyakin itu ketika mengharapkan keajaiban-Nya?

Buatlah keputusan bahwa mulai hari ini dan seterusnya anda pun layak dan pantas mendapatkan keajaiban Tuhan.


Lanjut Gan...
Horang Kayah

"The universe cannot put good into your hand, until you let go of what you are holding in it." (Randy Gage)

Sekitar pukul 3 sore kemarin, seorang sahabat menelepon saya untuk berbincang-bincang ditambah sedikit curhat. Ditengah perbincangan tersebut sempat kami menyinggung soal keuangan, dimana menurut dia saya lebih beruntung karena masih punya sisa uang lebih banyak, sedangkan dia hanya tinggal memiliki 50 ribu di tabungannya, karena dia punya proyek hidup yang sama dengan saya yaitu proyek "Besar pasak daripada tiang". Photobucket

Lalu entah dapat wangsit dari mana saya tiba-tiba teringat tentang "The Law of Vacuum" yang merupakan salah satu dari sekian banyak hukum alam. Langsung saja saya utarakan padanya bahwa alam semesta tidak menyukai kekosongan, jadi segala sesuatu yang kosong pasti akan terisi. Contoh paling mudah adalah, jika kita berjalan di pasir pantai, kita pasti akan meninggalkan jejak kaki. Tetapi jejak itu tak akan bertahan lama, karena angin dan ombak akan menutupi jejak kaki tersebut dengan pasir yang baru.

Obrolan yang berlangsung sekitar setengah jam itu pun usai. Saya hanya berharap semoga apa yang saya ceritakan bisa sedikit menghiburnya.

Kurang lebih dua jam kemudian, teman saya menelepon lagi, saya pikir dia mau curhat lagi. Ternyata...nada suaranya berbunga-bunga karena dia melaporkan keajaiban yang baru saja dia alami! Dia bilang kaget karena ketika menarik uang di ATM yang seharusnya adalah uang terakhir di rekeningnya...ternyata tercatat saldo masih sisa Rp.150 ribu rupiah. Entah dari mana uang itu berasal, tapi langsung saja dia tarik uangnya dan dengan gembira menuju mini market untuk belanja. Dan ketika membayar di kasir, dia terkejut karena mendapat diskon yang cukup besar untuk minyak sayur yang dibelinya. Wow, what a miraculous life! The Law of Vacuum works!

Tentu saja menerapkan The Law of Vacuum tidak berarti anda harus mengosongkan isi dompet dulu lalu berharap ada uang jatuh dari langit mengisi dompet anda Photobucket.

Inti dari The Law of Vacuum yang bisa diterapkan dalam kehidupan dalam batas pemahaman saya adalah, "Untuk mengisikan sesuatu yang baru ke dalam hidup kita, seringkali kita harus mengosongkan dulu wadah yang kita miliki". Dan wadah tersebut adalah "Pikiran kita".

Jika kita masih mempertahankan sesuatu yang negatif, maka tak akan ada ruang untuk hal yang positif.
Jika kita masih ngotot mempertahankan pola pikir yang sudah jelas-jelas tidak lagi mendukung kehidupan kita, maka tak akan ada ruang untuk perubahan menuju hidup yang lebih baik.

Jika kita masih memendam benci, dengki, iri hati, kesedihan, dan emosi negatif lainnya, jangan harap kebaikan akan datang pada kita.

Jika kita ingin cinta yang indah tapi masih mempertahankan cinta lama yang justru malah menyakiti, maka tak akan ada ruang untuk cinta baru yang lebih baik.

Jika kita ingin kaya tapi masih menganggap uang adalah akar segala kejahatan, maka jangan harap kita bisa kaya.

Kosongkan pikiran dan perasaan anda dari segala beban emosi negatif, dan niatkan untuk mengisinya dengan hal yang positif, The Law of Vacuum akan bekerja mengisi kekosongan tersebut sesuai arahan pikiran anda.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Menyaksikan Mario Teguh Golden Ways selalu saja ada hal baru yang bisa dipetik, meskipun saya tidak selalu bisa sepenuhnya memahami semua hal yang disampaikan oleh beliau. Minggu lalu, sebuah petuah dari beliau terasa mengena di hati saya, ketika beliau menyampaikan suatu hal yang intinya adalah, bahwa Tuhan Maha Penolong, tetapi yang seringkali terjadi adalah, meminta tolong kepada Tuhan dijadikan jalan terakhir ketika tak ada lagi seorangpun yang bisa menolong kita.

Saya jadi merasa tersindir, karena teringat disaat saya punya masalah seperti disaat saya butuh uang, seringkali hal pertama yang saya lakukan adalah mencari teman yang bisa dipinjami. Dan ketika tak ada lagi yang bisa meminjamkan uang, barulah saya panjatkan doa pada-Nya. Benar-benar ironis. Tuhan yang Maha Penolong malah dijadikan nomor dua, bahkan nomor terakhir setelah upaya maksimal dilakukan. Ini adalah suatu pola pikir yang kurang tepat, karena terbiasa dengan dengan pepatah yang mengatakan, "Ikhtiar dulu baru tawakal".

Saya teringat Ustadz Yusuf Mansur pernah mengatakan bahwa jalur yang benar ketika mengupayakan sesuatu adalah adalah, "Allah --> Ikhtiar --> Allah". Kita minta dulu pada Tuhan, minta diberi jalan dan kemudahan untuk mencapai hal yang kita inginkan, kemudian barulah berikhtiar, dan setelahnya...kembalikan lagi semuanya pada Tuhan. Bahkan bisa dikatakan bahwa ikhtiar dan tawakal itu adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, 100% Ikhtiar = 100% tawakal.

"Tapi kan...saya butuh uang saat ini juga! Ini masalah urgent! Ini masalah hidup dan mati! Mana mungkin saya berdoa terus tiba-tiba uang jatuh dari langit?"

Memang, uang tak mungkin tiba-tiba jatuh dari langit, walaupun kita sering mendengar keajaiban yang terjadi secara instan disaat seorang hamba Tuhan membutuhkan pertolongan-Nya. Tetapi bukan uang yang jatuh dari langit yang kita harapkan ketika berikhtiar dengan memanjatkan doa terlebih dahulu kepada-Nya. Karena pertolongan tersebut bisa juga berupa tindakan yang terinspirasi, bahkan walaupun tindakan yang terinspirasi itu berupa "minta bantuan pada seseorang", karena Insyaalloh kita ditunjukkan jalan untuk minta bantuan pada orang yang tepat yang ditunjuk oleh-Nya.

Berdasarkan pengalaman, ketika sebuah ikhtiar untuk minta bantuan pada orang lain didahului dengan doa, atau minimal diawali dengan ucapan "Bismillah", maka yang terjadi biasanya adalah:

1. Kemudahan dalam mendapatkan bantuan yang dibutuhkan
2. Tidak berhasil mendapatkan bantuan sama sekali dari orang-orang yang kita
harapkan, tetapi kemudian mendapatkan pertolongan dari-Nya dari arah yang tak
terduga.

Semoga mulai saat ini dan seterusnya kita mampu menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu menomorsatukan Tuhan agar kita bisa naik peringkat menjadi pribadi yang mudah disetujui keinginannya, dan mudah mendapatkan pertolongan-Nya.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hidup kita saat ini adalah hasil dari keputusan-keputusan hari kemarin. Baik atau buruk, semua adalah hasil keputusan kita sendiri. Tuhan tidak pernah mendzalimi manusia, tapi manusialah yang mendzalimi diri sendiri. Seringkali manusia menyalahkan Tuhan karena masalah yang dia buat sendiri, atau menyalahkan Tuhan karena merasa Tuhanlah yang menjadikan mereka orang yang selalu salah membuat keputusan.

Seorang pensiunan memutuskan untuk menggunakan uang pensiunnya demi ikut investasi dalam sebuah bisnis "menguntungkan" yang ditawarkan oleh sahabatnya. Belum sebulan, ternyata ketahuan kalau bisnis itu fiktif, sahabatnya menghilang entah kemana, dan raib pula lah uang pensiunnya.

Seorang pria diperingatkan oleh teman-temannya untuk tidak menikahi seorang wanita yang dia cintai karena menurut teman-temannya, wanita itu tidak baik untuknya. Tapi tetap saja dia memutuskan untuk menikahi wanita itu. Dan ternyata di kemudian hari wanita itu meninggalkannya demi pria lain. Sang pria pun larut dalam penyesalan karena tidak mau mendengarkan nasehat teman-temannya.

Jika dianalisa secara umum, dua contoh kasus di atas berawal dari keputusan yang salah. Tetapi jika kita mau memandangnya dari sisi positif, sebenarnya tidak ada keputusan yang salah. Benarkah begitu?

Ya, karena seseorang membuat keputusan berdasarkan pengetahuan dan sumber-sumber yang dia miliki "pada saat itu".

Pensiunan dalam cerita di atas menginvestasikan uangnya berdasarkan pengetahuan dan sumber yang dia miliki saat itu, yaitu "Bisnis ini dikelola oleh sahabatnya, dan bisnis ini menguntungkan."

Pria dalam cerita di atas hanya memiliki pengetahuan dan sumber-sumber yang baik tentang wanita yang dia cintai. Dia merasa lebih tahu siapa kekasihnya, sehingga tidak menghiraukan nasehat teman-temannya.

Seorang wanita yang memutuskan untuk menjual tubuhnya karena terdesak kebutuhan hidup kemungkinan tidak memiliki pengetahuan dan sumber-sumber lain untuk keluar dari masalah hidupnya. Yang terpikirkan hanyalah "solusi yang cepat", walaupun berakibat penyesalan. Walaupun sebenarnya ada solusi lain yang lebih baik, tapi dia tak mampu melihatnya "saat itu", sehingga itulah keputusan terbaik yang bisa dia lakukan "saat itu".

Pepatah mengatakan, "Jangan sesali langkah yang telah kita ambil".
Pepatah lain mengatakan, "Lakukan saja walaupun hasilnya salah".

Meski demikian bukan berarti kita bebas sembarangan membuat keputusan yang salah. Bukan berarti kita boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan keputusan yang salah. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah "perubahan persepsi" agar kita tidak menyesali langkah dan keputusan yang telah kita ambil, jika ternyata hasilnya salah. Karena sesungguhnya tak ada satu pun hal yang sia-sia dalam kehidupan ini. Selalu ada pembelajaran yang bisa diambil dari suatu kesalahan, dan selalu ada solusi untuk keluar dari masalah yang disebabkan oleh kesalahan keputusan.

Kesalahan membuat keputusan adalah sebuah proses yang diperlukan untuk menyingkap tirai kebenaran yang akan menjadikan kita pribadi yang lebih tangguh dan lebih siap dalam menerjang arus kehidupan.

Lanjut Gan...