Horang Kayah

Kadang saya ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan, untuk mengubah peristiwa yang tidak saya inginkan. Kadang pula saya ingin pergi ke masa depan, untuk melihat jadi apakah saya di masa depan. Apakah berhasil meraih cita-cita saya? Atau justru sebaliknya?

Tapi lebih seringnya saya berkhayal kembali ke masa lalu. Untuk memperbaiki hal-hal yang pernah saya sesali. Misalnya:

  • Untuk memperingatkan diri saya sendiri agar tidak mengalami kejadian buruk yang pernah menimpa diri saya.
  • Untuk mengubah keputusan-keputusan salah yang membuat saya mengalami kesengsaraan.
  • Untuk menemui cinta yang tak terbalas, dan mengubah strategi agar cinta itu terbalas. Photobucket
Tapi itu tidak seberapa, saya malah pernah berkhayal menemukan lorong waktu, menembus masa lalu, dan menikah dengan putri kerajaan yang tak sengaja ditemui ketika sang putri sedang mandi di kali Photobucket

Setelah lama melakukan pencarian, akhirnya saya sadar bahwa perjalanan waktu ternyata bisa dilakukan. Dan kita tak butuh alat super canggih ciptaan profesor jenius untuk melakukannya.

Ah, yang bener? Sumpe lo?
Ya, saya ga bohong.

Kita bisa kembali ke masa lalu...melalui memori yang tersimpan di otak kita.
Dan kita bisa melakukan perjalanan ke masa depan...melalui imajinasi kita, melalui gambaran tentang kehidupan seperti apa yang kita inginkan di masa depan.

Dengan mengakses memori untuk kembali ke masa lalu, memang tak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah hal yang telah terjadi. Tapi saya bisa mengubah persepsi terhadap kejadian yang pernah saya alami. Saya harus berterimakasih pada peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan tersebut. Karena tanpa semua itu, mungkin saya tak akan pernah belajar arti hidup, mungkin saya tak akan bisa memahami perasaan orang yang mengalami peristiwa seperti yang saya alami. Dan yang lebih penting, mungkin saya tak akan pernah belajar untuk mengembangkan diri.

Dengan melakukan perjalanan ke masa depan melalui imajinasi, saya telah membuat cetak biru masa depan yang saya inginkan. Mungkin bisa terjadi, mungkin juga tidak. Keputusan ada di tangan Tuhan. Yang penting saya sudah membuat proposal hidup. Dan baru-baru ini seorang trainer memberitahu saya bahwa Tuhan tidak pernah memberikan yang baik-baik.

Hah? Apa? Kurang ajar! Jadi maksud kamu Tuhan itu jahat ya?

Weits! Dengerin dulu dong sampai selesai. Tuhan memang tidak pernah memberikan yang baik-baik. Karena Tuhan selalu memberikan YANG TERBAIK.

So let's go back to the past, to forgive our past mistakes.
And let's start time travelling to the future, to create blue print of the life we want.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pertengahan Desember 2008, saya kembali mengalami masalah klasik sebagai karyawan yang bergaji sepuluh koma, alias tanggal 10 sudah koma. Saya kehabisan uang, sedangkan gajian masih jauh. Hari itu saya belum makan dari pagi. Perut sudah keroncongan, dari pagi cuma minum air. Rasanya maag kambuh lagi. Kepala pusing, berdenyut-denyut, lelah, letih, lesu, lemah, kurang gairah, halah... Photobucket
Tapi saya berusaha tetap tabah sambil memikirkan "Pinjam duit sama siapa ya?".

Entah kenapa saya malah mengambil buku tulis, lalu saya tuliskan afirmasi:
"Rasanya enak ya kalau selalu punya uang untuk apapun yang saya inginkan"

Setelah menulisnya sebanyak 5 kali, sayapun simpan kembali buku itu, lalu bersiap-siap pergi ke kantor, karena hari itu kebetulan kebagian shift sore. Dengan perut keroncongan dan langkah yang lemah karena pusing, saya meninggalkan kostan dan berjalan menuju kantor. Di perjalanan saya mengulang-ulang afirmasi saya:
"Rasanya enak ya kalau selalu punya uang untuk apapun yang saya inginkan"

Kemudian setiba di kantor, saya duduk di samping teman satu divisi. Perut yang lapar mendesak saya agar mencoba meminjam uang padanya. Tapi selain malu karena sudah terlalu sering ngutang, entah kenapa ada bisikan hati yang menyuruh saya menahan diri. Akhirnya saya berkata pada diri sendiri, "Kalau sampai nanti malam tidak ada keajaiban, saya akan pinjam uang 10 ribu sama teman saya, kebangetan aja kalau segitu doang ga dikasih mah, sungguh THER...LHA...LHU..."

Baru saja berpikir begitu, mendadak saya dapat sms dari teman satu divisi yang lainnya. Dia minta saya masuk besok pagi menggantikannya karena dia ada keperluan penting. Dan yang mengagetkan, statusnya bukan tukaran shift, seperti yang biasa kami lakukan selama ini. Dia menawarkan uang! Yes my man, duit!

Tentu saja saya mau, karena lagi butuh bangets. Dalam sms keduanya, dia menanyakan saya mau minta berapa. Saya jadi bingung, karena seumur-umur belum pernah disuruh gantiin orang dan dibayar. Yang terpikirkan oleh saya saat itu hanyalah "makan, makan, makan... lapar...lapar...lapar..."
Dan saat itu terbersit untuk minta hanya 50 ribu saja, yang penting bisa buat makan beberapa hari.

Tapi tak terduga teman saya kirim sms lagi yang bunyinya "200 ribu deal?"
Wuih, saya ga menduga sebesar itu ngacai
Langsung saja saya balas, "Okeh!"

Lalu teman saya membalas lagi, "Karena lu ga nego, gw tambahin 50 ribu."

Oh yess beibeh...ngacai

Alhamdulillah...terima kasih Ya Alloh, kau berikan keajaiban disaat aku sangat membutuhkannya Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Akhir tahun 2008 saya membaca ulang buku Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu. Lalu tergerak hati untuk ikut pelatihan Mind Focus yang diadakan oleh Katahati Institute, padahal secara finansial, kondisi saya sedang tidak memungkinkan untuk membayar biaya pelatihan karena hutang yang harus dibayar sedang besar-besarnya Photobucket

Tapi ketika menyusun proposal hidup tahun 2009 yang saya tuangkan dalam sebuah buku khusus, ikut pelatihan Mind Focus masuk ke dalam daftar training pengembangan diri yang ingin saya ikuti, dan saya tempatkan sebagai top priority. Setelah menyusun proposal hidup tersebut, saya tidak pernah membuka dan membacanya lagi.

Akhir bulan Januari 2009, setelah melakukan pembayaran berbagai tagihan melalui Internet banking, saya mengcek saldo yang tersisa. Dan alangkah kagetnya saya karena saldo yang seharusnya tinggal 300 ribuan lagi ternyata malah bertambah jadi 3 jutaan Photobucket

Duit dari mana ini? Pikir saya. Begitu dicek asalnya, ternyata dari sebuah penerbit tempat saya bekerja freelance sebagai penerjemah. Kontan saya kebingungan karena saya sudah tidak punya kontrak terjemahan baru dengan penerbit ini, lalu kenapa mereka transfer sama saya? Saya pun langsung menghubungi redaksi untuk memastikan bahwa ini bukan salah transfer, karena saya tidak mau makan uang yang bukan hak saya. Tapi menurut redaksi, ini adalah honor terjemahan yang belum dibayar.

Alhamdulillah...saya ga nyadar kalau ada honor terjemahan yang belum dibayar. Maka jadilah saya ikut pelatihan Mind Focus awal bulan Februari 2009. Dengan demikian, satu proposal saya untuk tahun 2009 telah dikabulkan. Terima kasih Ya Alloh...

Betapa senangnya bisa ikut pelatihan yang untuk ukuran saya termasuk mahal, karena biayanya seharga biaya makan tiga bulan hehehe.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Disaat genting, jarang orang yang bisa tetap berpikir positif. Yang terjadi adalah kepanikan, memikirkan cara bagaimana menyelesaikannya. Tentu saja berpikir dalam kondisi panik tidak akan efektif, karena cenderung mencari shortcut untuk menyelesaikannya segera, hingga tak jarang terpikirkan jalan pintas yang tidak pantas.

Keadaan genting terbagi dalam dua level:

1. Genting
2. Sangat genting

1. Keadaan genting adalah keadaan yang menyebabkan kepanikan tapi masih memberi kita rentang waktu untuk berpikir atau mencari penyelesaiannya. Misalnya hutang yang jatuh tempo esok hari sedangkan kita belum dapat uang untuk membayarnya. Atau sudah kehabisan uang sedangkan gajian masih dua minggu lagi tapi anak-anak butuh biaya. Atau ketika suami/istri kita akhirnya menggugat cerai setelah lama berselisih, sedangkan kita ingin sekali mempertahankan pernikahan.

2. Keadaan sangat genting adalah kondisi dimana kita sulit menguasai diri, seolah tak ada pilihan lain, kondisi dead or alive, kondisi ketika kita tak tahu harus berbuat apa lagi. Misalnya ketika terancam bahaya, ketika orang yang kita sayangi tengah sekarat dan tak terlihat ada harapan hidup, ketika mengalami kesedihan mendalam yang sering berujung pada keinginan mengakhiri hidup, dll kondisi yang menyebabkan kita putus asa.

Masihkah afirmasi berguna untuk menghadapi keadaan genting dan sangat genting?

Sepengetahuan saya dan berdasarkan pengalaman, saya menemukan bahwa afirmasi tetap bisa berguna sebagai pengiring doa untuk menetralisir keadaan, separah apapun kejadian saat itu.

* Menghadapi saat genting
Contoh Afirmasi yang bisa diucapkan adalah:

  • Semua akan baik-baik saja
  • Insyaalloh ada rezeki untuk besok
  • Walaupun mustahil bagi saya, tapi tak ada yang mustahil bagi Tuhan
  • Meskipun dokter memvonis saya cacat, bukan hal mustahil bagi Tuhan untuk menyembuhkan saya secara total.
* Menghadapi situasi sangat genting
Dalam situasi seperti ini, ketika kita sulit menguasai diri, yang bisa kita lakukan adalah total surrender pada Tuhan, karena jika tak ada yang mampu menolong, siapa lagi yang akan menolong kita selain Tuhan. Maka contoh Afirmasi yang bisa diucapkan adalah:

Kalimat pasrah I:
"Terjadilah apa yang harus terjadi untuk kebaikan".

Perhatikan penggunaan kata "untuk kebaikan". Bahkan dalam kondisi segenting apapun, kita harus yakin bahwa apapun yang terjadi nanti adalah untuk kebaikan. Dengan begitu kita tetap mengusahakan untuk berbaik sangka pada Tuhan, dan Insyaalloh hasilnya pun baik.

Kalimat pasrah II:
Kalimat pasrah total yang ini adalah kalimat setup yang digunakan dalam Spiritual Emotional Freedom Techniques (SEFT), dan ternyata efektif untuk diucapkan sebagai afirmasi walaupun tanpa melakukan tapping.
  • Ya Tuhan, meskipun hidup saya di ujung tanduk, saya ikhlas menerima keadaan ini dan saya pasrahkan sepenuhnya kepada-Mu hidup saya."
  • Ya Tuhan, meskipun saya panik karena tak ada uang untuk bayar hutang, saya ikhlas menerima perasaan panik ini, dan saya pasrahkan sepenuhnya kepada-Mu solusi untuk masalah ini."
  • Ya Tuhan, meskipun hati saya hancur karena mendadak ditinggalkan pasangan di hari pernikahan kami, saya ikhlas menerima perasaan hancur ini, dan saya pasrahkan sepenuhnya pada-Mu kebahagiaan dan kedamaian hati saya.
Setelah itu, sambil menunggu situasi genting berlalu, sering-seringlah mengucapkan:
"Ya Tuhan, saya ikhlas, saya pasrah..."

Apakah afirmasi/doa seperti ini akan mengundang keajaiban?
Sepanjang pengalaman saya miracle itu selalu datang walaupun bentuknya belum tentu sesuai harapan. Misalnya ketika dikejar hutang, yang terjadi bukanlah hutang itu tiba-tiba lunas, tapi hati mendadak tenang seolah tak ada beban, dan si penagih bersedia memberi perpanjangan waktu. Meskipun bentuknya seperti itu, tetap saja harus disyukuri karena atas izin Tuhan lah kejadian mengerikan yang dibayangkan ternyata tak terjadi.

Afirmasi mungkin tidak akan mengubah keadaan, tapi jelas jauh lebih baik daripada mengatakan kalimat-kalimat negatif seperti:
"Mati aku! Ga ada duit buat bayar hutang besok!"
"Hancur sudah hidupku, orang-orang pasti akan menjauhiku karena aku cacat."
"Berakhirlah sudah pernikahan yang kubina selama puluhan tahun ini..."

Kata-kata berpengaruh pada perasaan. Memilih kata-kata positif dalam situasi genting masih jauh lebih bermanfaat daripada mengucapkan kata-kata negatif yang sebenarnya bukan hal yang kita inginkan, dan juga bukan kata-kata yang ingin kita ucapkan.

Percayakan urusan kita pada Tuhan. Karena kenyataan yang akan terjadi belum tentu seburuk yang dibayangkan. Hukum LOA memang mengatakan pikiran negatif akan menarik kejadian negatif. Tapi tetap saja tak akan berlaku tanpa izin-Nya, terutama ketika kita pasrah pada-Nya walaupun di tengah ketakutan.

Libatkan Tuhan dalam semua ucapan, gerak dan langkah kita. Insyaalloh selalu ada jalan keluarnya.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Ketika perasaan negatif datang menghampiri, apakah yang biasanya kita lakukan untuk menetralisirnya?
Ada orang yang langsung menepis perasaan negatif tersebut dan mengalihkannya pada pikiran/perasaan lain yang positif. Namun tehnik ini tidak efektif untuk semua orang karena tipe sugestibilitas masing-masing orang berbeda. Untuk orang yang sangat perasa, tehnik seperti ini akan terasa menyakitkan akibat perlawanan yang dilakukan.

Salah satu tehnik halus untuk menetralisirnya adalah menerima/mengakui perasaan negatif tersebut untuk kemudian melepaskannya perlahan. Ini sesuai dengan prinsip energi, karena energi sifatnya adalah mengalir. Emotion = Energy in Motion. Artinya energi tidak pernah diam di suatu tempat kecuali ada yang menahannya. Dalam hal ini, pada saat kita merasakan emosi negatif yang tak mau pergi, sebenarnya bukan emosi negatifnya yang tidak mau pergi, tapi kitalah yang menahannya. Karena itu biarkanlah energi mengalir seperti yang seharusnya.

Jika menerima/mengakui perasaan negatif lalu melepaskannya perlahan masih terlalu sulit, ada tehnik lain yang bisa digunakan yaitu acceptance+gratitude. Inti dari tehnik ini adalah menerima/mengakui perasaan negatif yang muncul, lalu cari hal yang bisa disyukuri dari kejadian itu untuk melepaskan emosi negatifnya. Sama halnya seperti afirmasi, pengolahan kata dan pemilihan kata memegang peranan penting dalam menghasilkan "perasaan enak". Jika terasa tidak enak, ubahlah atau ganti kata-katanya.

Contoh:
Daripada mengatakan:
"Saya banyak hutang, dan saya memang belum mampu bayar, tapi saya masih punya niat untuk bayar."

Akan lebih terasa enak jika kalimatnya diubah menjadi:
"Meskipun saya banyak hutang dan belum mampu membayarnya, saya bersyukur karena masih punya niat untuk melunasinya."

Pertama, terima dulu keadaan, lalu cari hal yang bisa disyukuri atas keadaan/kejadian tersebut.
Dalam hal ini pola kalimat yang digunakan adalah "Meskipun...saya bersyukur...." Bisa juga ditambah dengan "...karena itu artinya..."

Contoh:

  • Meskipun uang saya tinggal 10 ribu lagi, saya bersyukur karena itu artinya saya masih punya uang.
  • Meskipun jantung saya berdetak kencang karena stress, saya bersyukur karena itu artinya jantung saya masih berfungsi.
  • Meskipun saya putus dengannya, saya bersyukur karena itu artinya pintu telah terbuka untuk pasangan yang lebih baik.
  • Meskipun gaji saya kecil dan boss saya menyebalkan, saya bersyukur karena itu artinya saya masih punya penghasilan dan pekerjaan.
  • Meskipun banyak orang mengkritik saya, saya bersyukur karena itu artinya orang memperhatikan pendapat saya.
  • Meskipun saya diterpa banyak masalah, saya bersyukur karena itu artinya saya dipercaya oleh-Nya untuk menjadi pribadi yang tangguh.
  • Meskipun saya belum punya pasangan, saya bersyukur karena itu artinya saya dalam proses mendapatkan pasangan yang terbaik menurut kehendak-Nya.
  • Meskipun istri saya cerewet, saya bersyukur karena itu artinya saya punya istri, dan telinga saya masih normal.
* Dll.

Kemudian tegakkan tubuh, tarik nafas panjang 3 kali, dan tersenyumlah. Rasakan perubahan suasana hati. Ulangi jika diperlukan.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pernahkah anda sangat menginginkan suatu barang, misalnya pengen beli HP yang harganya separuh dari gaji anda. Kemudian setelah sekian lama menabung, akhirnya bisa beli HP Baru tersebut. Rasanya bahagia sekali. Lalu dengan bangga anda menentengnya kemana-mana, seolah ingin semua orang melihatnya.

Tapi...ketika anda pulang ke rumah, anda melihat orang yang anda sayangi sedang bersedih karena HPnya rusak atau kemalingan. Masihkah anda bahagia dengan HP yang anda miliki? Padahal dengan uang yang dibelikan HP yang anda miliki sekarang, sebenarnya anda bisa membeli dua buah HP yang berharga sedang.

Apa yang akan anda lakukan? Apakah menjual kembali HP mahal tersebut dan menukarnya menjadi dua buah HP? Ataukah hanya sekedar menghibur dengan mengatakan, "Nanti kalau udah ada duit, kita beli lagi ya..."

Semoga saja anda sependapat dengan saya, karena bagi saya kebahagiaan yang sebenarnya adalah membahagiakan orang lain.

Apalah artinya punya baju mewah jika di sekeliling kita ternyata ada orang-orang yang tak punya pakaian. Apalah artinya bisa makan kenyang sampai ketiduran jika tetangga kita ada yang menjerit karena kelaparan. Terutama jika yang menderita itu ternyata adalah orang-orang yang kita sayangi.

Membahagiakan orang lain bukan hanya dalam konteks memberi materi, tapi juga bantuan berupa tenaga, atau pemikiran. Bahkan ketika kita sendiri sebenarnya tengah kesulitan, tapi ada orang lain yang ingin curhat pada kita, maka kerelaan kita untuk mendengarkannya akan menjadikan kedamaian tersendiri di hati, apalagi begitu melihat ekspresi wajahnya yang lega karena ada orang yang mau mendengarnya.

Salah seorang Guru The Secret yaitu Bob Proctor mengatakan, "Helping others will make you feel better."

Sementara Mark Twain mengatakan:
"The best way to cheer yourself up is to try to cheer somebody else up"

Bahagiakanlah orang lain, maka kita pun akan merasakan kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan diri sendiri.

Semoga kita semua menjadi pribadi bahagia yang mampu membahagiakan orang lain untuk merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Konsep bahagia bukan hasil akhir ini saya dapatkan dari berbagai ilmu pengembangan diri. Pertama dari buku Quantum Ikhlas karya Erbe Sentanu, dan baru-baru ini saya lebih ngeh setelah membaca buku Be Happy! Get what you want karya Hingdranata Nikolay.

Banyak orang sulit menerima konsep ini karena beranggapan mereka akan bahagia setelah mendapatkan hal yang mereka inginkan. Misalnya:

  • Saya bahagia kalau punya uang 1 milyar
  • Saya bahagia kalau punya istri cantik, seksi, bahenol, montok dan sholehah
  • Saya bahagia kalau penyakit saya sembuh
  • Saya bahagia kalau sudah mencapai cita-cita saya
  • dll. bla bla bla bla....
Pertanyaannya: Kalau begitu, sebelum anda mencapai semua hal yang diinginkan itu, berarti anda tidak bahagia dong? Kasian amat Photobucket

Ambillah contoh "Saya bahagia kalau punya uang 1 milyar".
Masalahnya kapan anda akan punya uang 1 milyar itu?
Kalaupun anda take action untuk mendapatkan uang 1 milyar tersebut, mungkin perjuangan anda akan berdarah-darah dan anda tidak bahagia dalam perjuangan tersebut karena anda sudah memutuskan untuk bahagia setelah mendapatkan uang 1 milyar. Lalu bagaimana kalau anda keburu mati sebelum mendapatkan 1 milyar? Berarti anda tidak akan pernah bahagia dong? Kasian banget Photobucket

Lalu kalau bahagia bukan hasil akhir, apa dong?

BAHAGIA ADALAH KEPUTUSAN

Terlepas dari apapun situasi yang anda hadapi saat ini, apakah anda sedang banyak hutang, atau sedang patah hati, anda bisa memilih untuk bahagia atau menderita.

"Loh, yang bener aja! Mana mungkin saya bisa bahagia kalau dikejar-kejar hutang?"

"Lalu apakah mempertahankan perasaan menderita akan mengubah keadaan jadi lebih baik? Apakah perasaan menderita akan mendukung pencapaian cita-cita anda?"

"Ya nggak sih, tapi apa memutuskan untuk bahagia juga akan mengubah keadaan?"

Belum tentu, bahkan bisa saya jawab tegas, "Tidak!". Kita tetap punya hutang, kita tetap dikejar-kejar debt collector, tapi dunia internal kita telah berubah, persepsi kita dalam menghadapi situasi telah berubah. Kita jadi lebih tenang, lebih mampu berdoa dengan khusyuk, lebih mampu berpikir dengan jernih. Lalu disaat pikiran dan perasaan kita sudah positif, tidak mungkin kita menarik hal yang negatif. Bukankah positif+positif =positif?

So, buatlah keputusan bahwa anda bahagia, apapun keadaan yang anda alami saat ini, lalu perhatikan apa yang terjadi wow

Lanjut Gan...