Horang Kayah

Secara umum, dalam aspek kehidupan, ada dua hal yang menjadi sifat manusia:
- Mengejar kesenangan
- Menghindari penderitaan

Akan tetapi, kita hidup di dunia dualisme, dunia yang diciptakan Tuhan secara seimbang. Ada panas dan dingin, ada gelap dan terang, ada pendek dan panjang, berat dan ringan, dll...yang semua itu diciptakan untuk keseimbangan. Tidak ada kesia-siaan dari segala sesuatu yang diciptakan Tuhan.

Jadi jelaslah bahwa di dunia ini selalu ada dua sisi yang saling melengkapi. Tentu saja kita menginginkan kebahagiaan tapi kita tak bisa menampik ada sisi lain kehidupan berupa titipan masalah, baik itu berupa azab yang diakibatkan oleh perbuatan kita sendiri, maupun yang merupakan ujian dari-Nya. Perbedaannya sangat tipis, karena azab diturunkan pada orang yang berlebihan, sedangkan ujian diberikan pada orang yang akan dilebihkan.

Yang menjadi penentu berat ringannya beban suatu masalah adalah pemaknaan yang kita berikan terhadap masalah tersebut, apakah kita mau berfokus pada sisi negatifnya, atau sisi positifnya. Karena dalam musibah setragis apapun akan tetap ada sisi positif yang bisa diambil. Ketika dapat masalah, kita tak bisa menyangkalnya sebagai ilusi atau sesuatu yang tidak nyata, karena masalah itu memang ada. Tapi juga jangan menampik sisi baik yang pernah dan selalu kita terima. Jangan sampai berfokus pada sisi penderitaannya saja sehingga lupa pada nikmat-nikmat yang telah diberikan Tuhan. Karena seberat apapun penderitaan seseorang, pasti dia juga pernah merasakan kebahagiaan, dan akan selalu bisa kembali menikmati kebahagiaan jika dia menyadari dan memutuskan untuk mensyukuri semua nikmat yang ada dan akan selalu diterima.

Seberapa baik kemampuan pemaknaan terhadap masalah akan ditentukan oleh seberapa tinggi level kesadaran seseorang. Namun ini bukan berarti seseorang yang sudah punya tingkat kesadaran tinggi lantas tak akan pernah marah ketika melihat ketidakadilan, atau tak akan menangis ketika kehilangan orang-orang yang dia sayangi, atau tak akan takut ketika menghadapi suatu ancaman. Karena sedih, marah, takut, dan berbagai macam perasaan lainya pun adalah ciptaan Tuhan, dan segala sesuatu yang diciptakan Tuhan sama sekali tidak sia-sia. Yang membedakan mereka dari orang awam adalah kemampuan untuk ikhlas menerima kehadiran perasaan-perasaan apapun yang ada, tapi tidak berlama-lama diam di sana, dan memutuskan untuk berbaik sangka pada Tuhan serta menempuh solusi yang sesuai dengan petunjuk-Nya.

Ketika menghadapi masalah yang berlangsung lama dan seolah tak ada akhirnya, banyak orang yang berkata saya sudah berusaha, berdoa, berpikir positif, berfokus pada hal positif, tapi kenapa masalah tak kunjung selesai juga?

Well, banyak faktor penyebab yang tak bisa disebutkan satu per satu, karena tak akan ada akibat jika tak ada sebab. Tapi juga perlu kita sadari bahwa tak ada masalah yang tak ada jalan penyelesaiannya. Tuhan sudah menyediakan banyak jalan menuju solusi, tinggal kitanya mau atau tidak menjalani. Jadi ketika kita ingin hasil/akibat yang baik, maka ciptakanlah sebab yang baik. Minimal dengan berpikir baik, berkata baik, dan bertindak baik. Tak akan ada kebaikan yang sia-sia, karena barangsiapa melakukan kebaikan meski hanya sebesar biji dzarrah pun, maka dia akan melihat balasannya. Demikian pula sebaliknya.

Maka ketika menghadapi masalah, kita hanya perlu berdamai dengan masalah itu dengan cara menyambutnya dan tidak perlu menolak apalagi menghindarinya, karena ketika kita membiasakan diri lari dari masalah maka kita tak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Ujung-ujungnya jadi orang yang mudah depresi bahkan bunuh diri.

Ingin masalah cepat selesai? Tentu saja itu keinginan yang wajar, apalagi jika masalah tersebut sudah berlangsung terlalu lama. Tetapi kita akan lebih mudah melihat petunjuk disaat kita sudah membuka diri untuk berdamai dengan masalah itu sendiri dengan cara menyadari makna dari masalah tersebut, mengubah sudut pandang tentang masalah itu, dan bergantung pada kekuatan-Nya untuk penyelesaiannya.

Pikiran optimis tak akan seketika mengubah keadaan, tapi akan mengubah persepsi kita dalam menghadapi keadaan. Dan itu sudah modal besar yang harus disyukuri. Apalagi mengubah perspektif jauh lebih mudah daripada mengubah kenyataan, karena ketika perspektif berubah, kenyataan pun akan mengikuti. Kita akan melihat apa yang kita percayai, bukan percaya setelah melihat bukti. Hidup yang masih begitu-begitu saja adalah refleksi dari apa yang kita yakini meski tanpa disadari.

Secara kasat mata, pertolongan Tuhan memang tidak selalu tampak datang seketika, tetapi ketika diturunkan rasa optimis dan ketenangan ke dalam hati kita, maka itu sudah sangat tak ternilai harganya. Dan berawal dari ketenanganlah semua petunjuk akan mulai terlihat nyata.

Ketika kita mengatakan saya sudah berdoa, sudah berusaha, sudah lakukan ini itu, tapi kok masih begini-begini saja...maka kita belum memasuki level kesadaran penuh, baru sekedar tahap kesadaran untuk "mencoba" agar melihat hasilnya. Sedangkan perintah Tuhan bukan untuk dicoba-coba, tapi untuk dijalankan. Dan dijalankannya pun bukan hanya sekedar untuk meraih solusi tapi juga untuk menggapai ridho Ilahi. Karena itulah hasilnya lebih mudah kelihatan ketika kita mampu melepaskan keterikatan pada hasil yang diinginkan, karena kita berserah pada Tuhan yang lebih tahu apa yang kita butuhkan.

There is no try, only do.
(Mr.Miyagi in Karate Kid Movie)


Punya pengetahuan tentang kesadaran saja tidak cukup jika tidak pernah dipraktekkan. Tapi jika dipraktekkan kemudian berhenti dalam beberapa hari karena belum terlihat adanya solusi, maka itu adalah indikasi dari Mental instan. Segala sesuatu ada prosesnya, mie instan yang berlabel instan saja harus direbus dulu supaya bisa dimakan. Minimal dibuka dulu plastiknya kalau mau dimakan tanpa direbus :)

Tahu saja tidak cukup, kita harus aplikasikan. Tekad saja tidak cukup, kita harus lakukan tindakan.

Untuk mencapai kesadaran yang dipraktekkan, yaitu ikhtiar yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesadaran tertinggi yaitu kesadaran bahwa kita berTuhan, orang akan menempuh pengalaman dan waktu yang berbeda-beda. Tapi InsyaAllah akan tercapai ketika kita meniatkan dan melakukan upaya untuk mencapainya. Karena ketika kita sadar, maka kita sudah naik tingkat. Ketika kita sudah naik tingkat, maka semakin besar kesiapan yang kita miliki untuk menerima solusi. Solusi akan hadir ketika kita sudah siap untuk menerimanya. Tapi ketika kita masih senang berkeluh kesah, maka itu adalah indikasi bahwa kita belum siap untuk menerima solusi. Jadi, ketika kita belum melihat solusi, sadari dulu bahwa jika masalah tidak membuat kita mati, maka masalah akan membuat kita bertambah kuat dalam menjalani hidup ini. Kata kuncinya adalah "ikhlas menjalani" kenyataan yang terjadi, lakukan 100% tawakkal dan 100% ikhtiar untuk menggapai ridho Ilahi, lalu nantikan hadirnya solusi.

Knowing the truth is nothing
Awareness of the truth is something
Living the truth is everything...
(Steven Fu)


So, sambut dan jalani saja dulu masalahnya, dan jangan bosan bertanya pada Tuhan tentang apa yang harus kita lakukan. Karena Tuhan tak pernah bosan memberikan jawaban asalkan kita peka membaca petunjuk-Nya yang akan Ia munculkan terus berulang-ulang hingga kita menyadarinya.

Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Tulisan ini juga nasehat untuk diri saya sendiri :)

Wallahualam

Wassalam
Goen

Lanjut Gan...