Horang Kayah

Seringkali saat seseorang mendapatkan masalah, doa yang dipanjatkan adalah meminta 'kemudahan' untuk keluar dari kesulitan yang dia alami. Memang tidak salah, boleh-boleh saja meminta kemudahan. Tapi bagi saya ada yang lebih penting daripada sekedar meminta kemudahan.

"Kekuatan"...ya, itulah yang lebih penting menurut saya. Kenapa? Karena kekuatan akan menghasilkan kemudahan. Dengan kata lain, jika kita kuat segala sesuatunya akan terasa mudah.

Sebaliknya, jika terlalu sering diberikan kemudahan, seringkali kita malah jadi lemah. Jika tidak dibekali iman, seseorang yang terbiasa hidup dalam kemewahan dan kesenangan akan mengalami shock berat ketika roda kehidupan berputar sehingga menyebabkan kejatuhan dan kebangkrutan. Lain halnya dengan orang-orang yang terbiasa hidup dalam kesulitan, pengalaman di lapangan telah menempa mereka menjadi orang-orang yang tangguh ketika menghadapi masalah yang sama, karena pada dasarnya masalah di dunia ini hanya itu-itu saja.

Bicara tentang kemudahan yang menyebabkan orang jadi lemah, saya teringat kisah tentang kucing liar yang terbiasa mencari makanan di tong sampah. Suatu ketika ada seorang ibu yang berbaik hati memberi makanan padanya. Dan hal itu berlangsung setiap hari. Perlahan-lahan kucing itu mulai ketergantungan dengan kemudahan yang tersedia, dan akhirnya dia hanya mau makan makanan rumahan yang diberikan si ibu setiap pagi dan petang. Tetapi suatu hari, si ibu tak lagi muncul karena sudah pindah rumah. Si kucing liar yang sudah terlanjur ketergantungan setiap hari hanya menunggu si ibu datang membawakan nampan berisi makanan kesukaannya. Tapi dari hari ke hari, si ibu tak kunjung menampakkan diri. Akhirnya si kucing liar itu kelaparan dan mati.

Kupu-kupu yang tengah bermetamorfosa dan berjuang keras keluar dari kepompong yang sempit justru akan lemah dan mati dengan sayap kuncup jika kita membantunya keluar dengan cara memotong atau melubangi kepompongnya. Karena itulah takdir yang harus dijalani si kupu-kupu, dia harus menjalani proses melewati lubang sempit kepompong agar cairan dalam tubuhnya terdorong sehingga mengokohkan sayapnya, agar dia menjadi kupu-kupu yang cantik.

Janganlah kita menjadi lemah karena masalah. Mintalah kekuatan sebelum minta kemudahan. Karena setelah kita kuat, otomatis semua akan jadi mudah. Tuhan memberikan kita anugerah berupa masalah karena Dia ingin kita naik level menjadi pribadi yang tangguh. Fitrah kita adalah sebagai khalifah-Nya di muka bumi, maka sudah sepatutnyalah kita menjadi manusia yang tangguh. Dan ketangguhan akan membuktikan bahwa kita lebih besar daripada masalah yang (seringkali) dibesar-besarkan.

Kekuatan...akan membuat segalanya mudah, dan berakhir indah :)

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Yup, saya tidak salah nulis judul :)

Bukan "The world is not enough" seperti judul salah satu film James Bond, tapi saya bicara tentang "Word" alias kata.

Sepulang mengikuti pelatihan Terapi Hati Mahakosmos, saya merenungkan kembali apa yang saya dapatkan dari pelatihan tersebut. Inti yang saya dapatkan adalah metode berdoa dengan menggunakan indera hati.

Beberapa waktu terakhir ini saya melakukan pencarian tentang kenapa ada doa yang terkabul dan kenapa ada yang tidak. Berbagai macam jawaban saya dapatkan mulai dari doa yang kurang khusyuk, doa yang kurang baik, adanya dosa-dosa yang menghalangi doa, hukum sebab akibat, dll. Tapi jawaban yang paling sering saya dapatkan adalah "Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan". Makanya kalau doa tidak terkabul itu berarti Tuhan akan memberikan hal yang lebih baik dari doa kita.

Semua jawaban tersebut tentu saja benar. Tetapi saya merasa masih ada satu missing link lagi di antara semua itu. Terutama ketika membaca/mendengar kisah orang-orang yang terkabul doanya, padahal mereka itu ga spiritual/religius amat. Bahkan (maaf saja) ada teman yang ahlaknya kurang terpuji, tapi hanya dalam sekali tahajud doanya langsung terkabul.

Akhirnya saya kembali tanya sana-sini dan menemukan jawaban yang menyejukkan bahwa kuncinya ternyata adalah "suasana hati". Ya, kita memang sering jungkir balik berdoa itu ini, tapi seringkali kita lupa membawa hati ketika mengucap serangkaian kalimat yang dipanjatkan pada-Nya.

Bukan indahnya rangkaian kalimat doa yang menentukan terkabul tidaknya keinginan kita. Bahkan doa yang katanya paling manjur pun belum tentu manjur jika suasana hati tidak mendukung. Saya teringat Mario Teguh pernah mengatakan yang intinya menjelaskan bahwa terkabulnya sebuah doa ditentukan oleh orangnya, bukan doanya. "Bukan doanya yang hebat, tapi orangnya yang hebat".

Terakhir saya bertanya pada Kang Isman, seorang teman saya yang sudah sering mendapatkan berbagai hal yang dia cita-citakan (dan rata-rata doanya hanya sekali). Beliau menjawab, "Do'a bisa diucapkan sekali atau berkali-kali, silahkan saja. Yang penting bagaimana kualitas hati kita ketika memanjatkan doa".

Ternyata kata-kata saja tidak cukup, kita harus terampil membawa hati. Untuk itu mari kita tingkatkan kualitas hati, agar doa-doa yang kita panjatkan bukan sekedar rangkaian kata yang mirip puisi, tapi lebih berarti karena berasal dari suara hati, yang menjadi jembatan penghubung antara kita dengan Sang Ilahi.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hari ini saya bersyukur sekali bisa hadir dalam pertemuan Alumni Emotional Healing di rumah suhu Irma Rahayu di Legenda Wisata Cibubur, karena bukan hanya pertemuan tersebut berbonus sesi terapi gratis, saya juga mendapatkan beberapa pencerahan dari Kang Idwan tentang kesadaran dan "Miracle".

Saya tertarik sekali mendengar pemaparan Kang Idwan yang mengatakan bahwa yang namanya Miracle tidak perlu ditunggu, tapi cukup disadari, karena sebenarnya Miracle adalah siklus yang terjadi setiap saat. Tetapi kita tidak/jarang menyadarinya, makanya ketika kita baru menyadarinya, kita memberi label kejadian tersebut sebagai Miracle.

Misalnya ada seseorang yang selama ini terkungkung dalam masalah yang cukup berat menurut persepsinya. Tetapi ketika masalah emosinya diselesaikan, entah kenapa dia jadi melihat banyak kupu-kupu yang indah beterbangan di kebun halaman rumahnya. Suatu kejutan baginya sehingga dia menganggap kejadian tersebut sebagai Miracle. Padahal sebenarnya kupu-kupu itu selalu ada di sana setiap hari, tapi dia tak pernah melihatnya karena selama ini pikirannya hanya dipenuhi masalah yang dia hadapi, dia berfokus pada masalah sehingga pandangannya tertutup dari semua hal yang indah, tak mampu melihat apa yang seharusnya terlihat.

Seringkali kita berharap keajaiban datang ketika menghadapi sebuah masalah. Tetapi berharap dan menunggu keajaiban datang cenderung menjadi "keinginan untuk mengatur" kapan keajaiban tersebut harus datang, sehingga kita menjadi tidak peka pada tanda-tanda solusi yang ada di sekeliling kita yang dikirimkan Tuhan, karena pada dasarnya setiap masalah selalu satu paket dengan solusinya.

Tentu saja keajaiban terjadi melalui suatu proses yang telah ditetapkan Tuhan, dan tidak selalu terjadi secara instan. Tetapi semua ketetapan Tuhan sudah pasti akan terjadi. Hanya saja, keluhan-keluhan dan ketidaksabaran kita sering membutakan pikiran sehingga ujung-ujungnya merasa keajaiban itu tidak kunjung datang, padahal secara keseluruhan kehidupan ini adalah keajaiban.

Memang bukan hal yang mudah untuk menyadari hal ini, sebab jika logika sudah bermain, maka prinsip yang berlaku adalah "seeing is believing", padahal prinsip keajaiban adalah sebaliknya yaitu, "believing is seeing". Jadi bukan what you see is what you get, tapi what you believe is what you get.

Bagi saya mendapatkan pencerahan seperti ini saja sudah merupakan keajaiban. Kalau dipikir, dalam setahun ini saya mendapatkan banyak teman dan komunitas yang positif, belum lagi guru-guru kehidupan yang selalu mengingatkan saya dengan nasehat-nasehat bijak mereka. Ini benar-benar suatu keajaiban setelah 5 tahun terakhir saya hidup dalam pesimisme dan aura negatif.

Hidup memang ajaib. Terima kasih Ya Allah...atas semua karunia keajaiban-Mu ini :)

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Setiap kali seseorang mendapatkan suatu masalah atau musibah, entah kenapa seringkali terlontar ucapan bahwa "ini adalah ujian dari Tuhan". Baik kata-kata tersebut diucapkan sendiri ataupun berupa nasehat dari orang lain yang berusaha menyemangati.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang saya miliki, saya tidak sepenuhnya setuju bahwa semua masalah adalah ujian dari Tuhan. Karena pada kenyataannya masalah seringkali terjadi akibat perbuatan kita sendiri. Tuhan telah memfirmankannya dalam ayat-ayat kitab suci bahwa Dia tidak pernah mendzalimi manusia melainkan manusia lah yang mendzalimi diri sendiri.

Berdasarkan firman dalam ayat-ayat serupa, saya memahami bahwa ujian dari Tuhan jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan masalah yang kita ciptakan sendiri. Tetapi permasalahannya kita seringkali tidak menyadarinya. Apalagi jika penyebabnya adalah hal yang telah kita lupakan. Bahkan bisa saja kita tidak menyadari bahwa hal yang sepertinya sepele di masa lalu ternyata adalah penyebab munculnya masalah di masa sekarang.

Seseorang yang sulit mendapatkan jodoh padahal punya paras yang lumayan, bahkan lebih dari lumayan seringkali berucap, "Yah, belum dikasih jodoh aja sama Tuhan..." See? Tuhan yang disalahkan.

Seseorang yang bermasalah dengan keuangan dan walaupun sudah jungkir balik berdoa, meningkatkan ibadahnya, tapi masalah keuangannya tak kunjung selesai bahkan cenderung memburuk cenderung mengatakan, "Yah...belum dikasih rezeki saja sama Tuhan..." Another blaming, another justification!

Memang hak prerogatif Tuhan tentang kapan dan bagaimana cara Tuhan mengabulkan doa kita dan menyelesaikan masalah kita. Tetapi jika kita mau menyadari bahwa kitalah penyebab masalah kita sendiri, maka sudah sepantasnyalah kita memohon ampun karena telah berburuk sangka pada Tuhan dan melempar semua tanggung jawab pada-Nya.

Sebagai contoh, penyebab masalah keuangan bisa jadi berasal dari masa lalu yang tidak menyenangkan, ketika di masa kecilnya sang anak menyaksikan pertengkaran orang tuanya akibat masalah keuangan, apalagi yang menyebabkan perceraian. Secara tak disadari, muncul kebencian pada uang, menganggap uang sebagai sumber masalah. Akibatnya..uang pun sulit untuk dikuasainya, yang ada malah uang yang menguasainya, selalu kekurangan...bahkan jatuh pailit. Memutuskan untuk membenci uang yang sebenarnya bermanfaat adalah akar dari penyebab masalah keuangan yang dia buat sendiri walaupun secara tidak disadari.

Contoh lain, seseorang yang sulit mendapatkan jodoh, bisa terjadi akibat trauma patah hati di masa lalu, sehingga dia merasa tidak dicintai, kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak mampu mendapatkan pengganti, dan akibatnya...dia menutup diri, memberi sugesti pada diri sendiri bahwa dia tidak layak untuk dicintai, padahal jelas bukan hal itu yang dia inginkan, tetapi dia secara tidak sadar telah memutuskan untuk sulit mendapatkan jodoh.

Karena itu, sebelum memvonis bahwa permasalahan yang kita hadapi adalah ujian dari Tuhan, marilah kita sadari bahwa kitalah penyebab utamanya. Keluhan-keluhan kita, pikiran-pikiran negatif kita, dan segala keputusan kita di masa lalu dan di hari-hari kemarin, itulah yang menjadikan hidup kita seperti hari ini. Jika kita sudah tahu bahwa kitalah penyebabnya, masihkah kita akan mengatakan bahwa masalah kita adalah ujian dari Tuhan?

Setelah menyadari, selanjutnya kita hanya tinggal membersihkan diri dari program-program negatif masa lalu tersebut dengan selalu diiringi permohonan ampun pada-Nya, sehingga pada akhirnya kita benar-benar naik peringkat menjadi pribadi yang mudah disetujui doa-doanya, dan terangkatlah segala beban permasalahan hidup yang mengunci hidup kita selama ini. Insyaalloh...

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Berlibur di kampung halaman memang hal yang menyenangkan. Saya gunakan waktu untuk jalan-jalan mengamati kehidupan. Tetapi sepanjang perjalanan, saya menemukan hal yang membuat saya menghela nafas, karena walaupun saya tidak bermaksud menguping, saya mendengar pembicaraan orang-orang yang hanya berputar di satu topik yang sama yaitu "Keluhan".

Ya, di sana-sini orang hanya mengeluhkan masalah, mengeluhkan keadaan, ketidakpuasan, rasa kekurangan, dll. pembicaraan yang menyebarkan energi negatif. Kalau mengambil sisi positifnya sih, saya dapat pelajaran bahwa mendengarkan keluhan itu rasanya tidak nyaman. Makanya saya harus mengingatkan diri agar tidak mengeluh sana-sini, sebab orang lain pun pasti tidak nyaman jika mendengar keluhan-keluhan yang saya lontarkan.

Keluhan mudah sekali kita temukan di mana-mana. Dalam pembicaraan sehari-hari, dalam tulisan-tulisan di blog, status YM atau pun Facebook, seolah orang-orang seperti itu ingin seluruh dunia tahu betapa menderitanya mereka. Seolah menandakan betapa mudahnya untuk menjadi ahli komplain tapi begitu sulit untuk menjadi ahli syukur.

Firman Tuhan melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Sekilas terkesan seperti larangan untuk mereka yang suka membuat kerusakan di laut dan darat seperti menebang hutan, mencemari sungai dan laut dengan limbah, atau pengrusakan alam lainnya. Tapi sadarkah kita bahwa mungkin kita juga sering merusak keseimbangan alam dengan cara mengirimkan vibrasi negatif ke alam semesta melalui keluhan-keluhan kita? Atau melalui maksiat kita?

Di alam kuantum kita dan alam semesta adalah satu tubuh. Kita adalah bagian dari alam. Karena itu jika vibrasi negatif terpancar dari jutaan orang setiap detik, bisa dibayangkan seperti apa besarnya energi negatif yang terpancar ke alam semesta sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Makanya tidak heran jika bencana datang terus menerus menimpa suatu negeri yang subur dengan energi negatif.

Bukankah dengan banyak mengeluh kita sudah tergolong kufur? Bukankah kita sudah tahu apa akibatnya jika kita tidak bersyukur? Padahal banyak sekali hal-hal yang bisa kita syukuri yang niscaya tak akan pernah bisa terhitung jumlahnya.

Alangkah baiknya jika mulai sekarang kita kurangi sedikit demi sedikit segala keluhan sekecil apapun. Bukan hanya demi keseimbangan alam semesta, tapi terutama demi kebaikan kita sendiri. Karena sudah banyak terbukti bahwa mereka yang tidak mudah mengeluh dan memperbanyak syukur sering mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.

Keluhan selalu terdengar menyebalkan. Mengeluh tak akan pernah bisa mengubah keadaan. Jika mengeluhkan kekurangan uang bisa membuat segepok uang jatuh dari langit, saya pasti sudah memilih untuk mengeluh tiap detik. Photobucket

Lanjut Gan...