Horang Kayah

Tahun 2009 segera berlalu, saya mengambil buku Goal Praying saya dan mengevaluasi kembali apa yang telah saya capai di tahun ini. Ketika saya baca satu per satu, jujur ada rasa kecewa ketika melihat masih banyak cita-cita saya yang belum tercapai di tahun ini, walaupun saya sudah yakin bisa mencapainya tahun ini. Tapi Tuhan lebih tahu kalau saya belum siap menerima semua itu. Dan hati saya cukup terhibur karena ternyata tidak sedikit yang terkabul dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Dan saya mencatat 90% keinginan saya untuk mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri ternyata terkabul :)

Tetapi setelah memikirkan cara terkabulnya doa tersebut, saya pun kembali teringat pada prinsip bahwa doa seharusnya spesifik. Karena cukup banyak pelatihan yang saya ikuti tapi ada yang cuma berbentuk preview, atau pelatihan singkat yang hanya sehari, dan tidak selengkap seperti pelatihan yang sesungguhnya. Meskipun demikian saya harus bersyukur karena Tuhan ternyata mengabulkannya. Paling tidak terkabul sebagian doa adalah lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tidak hanya dalam bidang pengembangan diri, dalam aspek lainnya pun ternyata banyak doa saya yang tidak spesifik sehingga yang terkabul adalah hal yang tidak spesifik. Dalam aspek bisnis misalnya, saya menulis seperti ini: "Saya mendapatkan berbagai peluang bisnis".

Yang terjadi adalah, peluang bisnis memang berdatangan, banyak orang yang menawari saya peluang bisnis, tapi tak satu pun yang menarik minat saya, dan kalaupun dijalani, ternyata tidak menghasilkan apa-apa selain pusingnya doang. Artinya cuma peluangnya doang yang datang. :D

Mungkin akan lain ceritanya jika saya menulis begini, "Saya mendapatkan peluang bisnis yang menarik, menyenangkan untuk dilakukan, profitnya besar, bermanfaat bagi orang banyak, dan saya bisa mengerjakannya dengan santai dari rumah."

Tidak spesifik dalam berdoa bukan berarti Tuhan tidak mengerti keinginan kita, tapi Tuhan ingin kita tegas pada diri sendiri tentang apa yang kita inginkan. Karena pada dasarnya apa yang kita doakan adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.

Seorang sahabat bercerita bahwa ketika dia berdoa minta jodoh, dia sebutkan secara spesifik ciri-ciri wanita yang ingin dia nikahi, mulai dari ciri fisik sampai sifat baik yang diinginkannya. Waktu itu dia tidak punya calon istri sama sekali, tapi dia membayangkan dan menggambarkan dengan jelas ciri-ciri orang yang dia inginkan meskipun wajahnya kabur karena dia tidak punya gambaran dengan siapa dia akan menikah, pacar saja tidak punya. Yang terjadi adalah, beberapa bulan kemudian dia bertemu dengan wanita yang ciri-cirinya persis seperti yang dia idamkan, dan tidak lama kemudian mereka pun menikah.

Ada satu hal yang menarik bahwa proses perwujudan Doa tidak selalu dalam bentuk yang menyenangkan. Misalnya Ketika kita berdoa ingin memiliki hati yang ikhlas, maka jangan heran jika banyak hal yang akan menguji keikhlasan kita. Tentu saja itu baik untuk kita, karena hanya melalui hal-hal seperti itulah keikhlasan yang sebenarnya akan teruji.

Saya ingat cerita sahabat saya pendiri Emotional Healing Indonesia, Irma Rahayu. Sudah sejak lama dia bercita-cita menjadi seorang healer yang membantu banyak orang untuk bebas dari beban emosi yang menjadi penghambat kemajuan hidup mereka. Yang terjadi adalah, dia malah ditimpa banyak musibah yang komplit mulai dari masalah kesehatan, relationship, dan keuangan. Dia pun mengalami depresi berat karena mendapatkan semua masalah itu secara sekaligus dan beruntun, sehingga pernah dia mencoba bunuh diri tiga kali tapi tidak mati-mati karena Tuhan menyelamatkannya.

Jika kita lihat dari pemaknaan yang positif, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa jika dia bercita-cita jadi seorang Emotional healer, adalah hal yang wajar ketika dia harus merasakan terlebih dahulu penderitaan orang-orang yang depresi, sehingga dia akan tahu apa rasanya depresi dan mencari cara untuk membereskan emosi-emosi negatif yang menjadi musuh paling besar dalam pencapaian kebahagiaan hidup. Sehingga pada akhirnya dia bisa menjadi seorang terapis yang bukan cuma bisa ngomong doang dan bukan cuma tahu ilmunya doang, tapi dia tahu persis dan paham apa yang dirasakan orang-orang depresi karena dia pernah berada di sana.

Contoh lain ketika kita minta diberikan rezeki yang halal dan berkah, jangan heran kalau yang terjadi adalah kondisi keuangan kita malah makin terpuruk, sering kehilangan uang entah itu karena ditipu, dicopet, dirampok dsb, sehingga malah banyak hutang. Apa pemaknaan yang bisa kita ambil? Tuhan sedang membersihkan harta kita dari harta yang tidak halal, karena sering terjadi kita tidak sadar darimana harta itu kita dapatkan. Segala sesuatu di dunia ini ada konsekwensinya. Contoh sederhana, jika anda suka menggunakan fasilitas kantor yang tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi, konsekwensinya pasti ada. Entah itu tiba-tiba ada pengeluaran mendadak senilai fasilitas kantor yang digunakan, atau kehilangan benda yang senilai dengan fasilitas kantor, atau apapun kerugian yang sebanding dengan hal yang anda lakukan. Wallahualam.

Tentu saja bukan berarti kita harus menghindar dari doa yang baik hanya karena takut prosesnya tidak menyenangkan. Memang butuh kesadaran yang cukup tinggi untuk bisa memaknai hal-hal baik di balik musibah dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Semua itu bukan berarti Tuhan menghukum kita, tapi Tuhan sedang mendidik kita karena Dia sangat sayang pada kita. Tentu saja Dia sudah sediakan solusinya. Karena itu kita tak perlu khawatir. Semua penyakit ada obatnya, semua masalah ada solusinya. It's just a matter of time...semua akan indah pada waktunya :)

So, saya mengingatkan diri sendiri agar lebih spesifiklah dalam berdoa. Semua keinginan kita yang baik pasti akan dikabulkan-Nya pada saat yang tepat sesuai dengan keinginan kita atau yang terbaik menurut kehendak-Nya.

Semoga tahun 2010 mendatang akan menjadi tahun kebangkitan bagi yang tengah terpuruk agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yang lebih penting, seiring tahun berlalu, semoga kadar keimanan kita semakin meningkat dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Aamiin.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Kurang lebih tiga bulan berlalu sejak saya mulai bergabung dengan tim Emotional Healing Indonesia. Selama itu pula saya menyaksikan sendiri betapa banyaknya orang yang menyembunyikan masalah, berusaha bersikap seolah semua baik-baik saja, tapi jauh di dasar hatinya, ada rasa tidak menerima, rasa ingin diakui, rasa takut, rasa tidak dihargai, rasa kesepian, rasa tidak yakin bisa mengatasi masalahnya, dan berbagai emosi negatif lainnya yang menghambat kehidupan mereka. Selama sesi terapi, saya menyaksikan banyak orang yang dari luar terlihat tangguh, tapi di dalam, mereka ternyata sangat rapuh.

Tapi yang membuat saya miris adalah banyak sekali mereka yang ternyata bermasalah dengan orang tuanya. Bahkan orang yang terlihat alim sekalipun ternyata memendam kebencian di masa lalu pada orang tuanya, entah itu pada ayah, ibu, atau keduanya sekaligus.

Tidak semua kebencian itu selalu dipicu oleh perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan secara terus menerus oleh orang tua. Kebencian juga bisa terjadi akibat sang anak menyaksikan pertengkaran orang tua, atau karena kejadian kecil yang membuat si anak merasa tidak dihargai. Tapi yang lebih memprihatinkan adalah adanya emosi-emosi negatif yang diwariskan orang tua pada anak, bahkan bisa bermula ketika anak tersebut masih berada dalam kandungan, atau dalam proses pembuatan (baca: hubungan suami istri).

Akibatnya, seseorang bisa sulit mendapatkan uang akibat trauma masa lalu yang berhubungan dengan orang tua. Misalnya jika seorang anak melihat orang tuanya bertengkar karena uang, maka sang anak baik secara sadar ataupun tidak, cenderung akan menganggap uang sebagai masalah, sehingga sekeras apapun usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan uang nyaris tak pernah berhasil, karena di bawah sadarnya dia meyakini uang sebagai sumber masalah.

Demikian pula seseorang bisa sulit mendapatkan pasangan akibat emosi negatif yang diwariskan orang tua. Salah satu contohnya adalah karena melihat pertengkaran orang tua yang mengakibatkan sang anak menganggap perkawinan sebagai masalah. Atau sang anak sulit mendapatkan pasangan karena selalu merasa tidak dicintai sebagai akibat masa lalu ketika orang tuanya tidak menginginkan dia lahir. Dan sang jabang bayi bisa merasakan apa yang dirasakan orang tuanya terutama perasaan sang ibu, mereka memiliki ikatan emosi yang kuat karena pernah terhubung melalui tali pusar.

Disatu sisi bisa dibilang wajar, karena disaat kecil kita ibarat spons yang menyerap apa saja tanpa filter. Kita tidak terlahir dengan rasa takut, tapi kita diprogram untuk merasa takut. Berapa banyak orang tua yang menakut-nakuti anaknya dengan hantu, setan, dedemit, sehingga setelah dewasa mereka terbiasa dengan ketakutan pada mahluk halus yang sebenarnya tidak sesempurna manusia. Demikian pula halnya dengan kepercayaan diri, banyak anak yang diprogram untuk tidak percaya diri, dengan dilarang melakukan ini itu yang menurut orang tua tidak baik padahal sebenarnya baik untuk perkembangan mereka.

Kenyataannya banyak pula orang tua yang tidak percaya dengan kemampuan anaknya, mereka mengikutkan anak-anak mereka dalam berbagai les, kursus, agar mendapat nilai terbaik di sekolah yang pada intinya sebenarnya meragukan kemampuan anaknya sendiri. Meskipun memakai alasan demi kebaikan anak, tapi anak sebenarnya tidak butuh yang seperti itu, mereka lebih butuh pembinaan mental dan pelajaran kehidupan dari orang tua, karena orang tua adalah sumber utama pembelajaran hidup anak-anak, orang tua adalah model untuk anak-anak, dan anak-anak adalah peniru yang baik. Karena itu orang tua pula lah yang berperan membentuk karakter sang anak, orang tua punya peran dalam menentukan masa depan anak. Sehingga kegagalan sang anak di masa depan akibat rasa tidak dihargai atau rasa tidak dicintai, sebenarnya bisa berawal dari masa lalu ketika sang anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua.

Meskipun demikian, kita tidak boleh menyalahkan orang tua walau separah apapun kehidupan yang kita jalani saat ini akibat pengaruh orang tua, karena orang tua juga manusia yang bisa membuat kesalahan, dan mereka melakukan kesalahan disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan sumber-sumber yang mereka miliki pada saat itu. Dan kita bisa membuat keputusan untuk tidak terus menerus terpengaruh oleh energi negatif yang diwariskan oleh orang tua.

Sehingga pada akhirnya semua akan kembali pada diri kita sendiri, kita harus mampu memaafkan mereka atas kesalahan mereka, karena sejahat apapun mereka tetap saja orang tua kita yang pernah berjasa, minimal dengan pengorbanan sang ibu untuk melahirkan kita. Maafkanlah mereka jika mereka bukan orang tua yang sempurna dan tidak sesuai dengan keinginan kita.

Sebaliknya, tentu saja kita juga harus mampu meminta maaf pada mereka atas segala prasangka buruk dan kebencian kita pada mereka, karena ridho Tuhan tergantung pada ridho orang tua. Apalagi hambatan rezeki, jodoh, seringkali berasal dari mereka, walaupun kita tidak menyadarinya.

Seiring dengan telah bertambahnya ilmu tentang bagaimana cara menjadi orang tua yang baik, sudah sepantasnyalah para calon orang tua mempersiapkan diri agar tidak mewariskan emosi-emosi negatif pada anak mereka kelak. Begitu pula mereka yang telah memiliki anak dan bermasalah dengan anak-anaknya, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan harmonis dalam keluarga.

Dan kepada anda yang saat ini masih memiliki orang tua yang lengkap, sudah sepantasnyalah anda bersyukur karena masih diberikan waktu untuk berbakti semaksimal mungkin pada orang tua, sehingga pada akhirnya mereka bisa meninggalkan dunia ini dengan senyum bangga dan bahagia karena telah melahirkan anak-anak yang hebat.

Sedangkan jika orang tua anda telah lama meninggal, maka jangan hentikan bakti anda dengan tetap mendoakan mereka. Sampaikanlah doa yang terbaik untuk mereka, karena hanya doa yang bisa tetap menghubungkan anda dengan mereka.

Sudahkah kita berdoa untuk orang tua?

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Belajar adalah proses yang tak pernah berhenti sampai kita memasuki liang lahat. Guru kehidupan ada di mana-mana, dan bisa siapa saja.

Saya bersyukur dalam beberapa hari ini mendapat kesempatan untuk belajar tentang kehidupan dari dua orang yang sama-sama berprofesi sebagai sopir taksi.

Dua hari yang lalu, saya janjian bertemu tim Emotional Healing di Mc Donald Tebet. Karena waktu sudah mepet, saya pun memakai jasa taksi untuk menuju ke sana. Kemacetan jalan menjadi awal dari topik pembicaraan saya dengan sang sopir taksi yang usianya kira-kira sebaya dengan saya. Yang mengejutkan, pembicaraan kemudian mengarah pada cerita-cerita positif tentang kebahagiaan sang sopir taksi, tentang betapa bahagianya dia bisa menyekolahkan anak-anaknya, juga betapa bahagianya dia bisa memiliki rumah sendiri.

Saya takjub, karena saya yang sudah kerja kantoran selama 10 tahun saja belum memiliki rumah sendiri. Dan ternyata sopir taksi ini bukan tipe orang yang mudah menyerah pada nasib, dia terus berpikir supaya kehidupannya lebih baik dari hari ke hari, sehingga dia tidak mengandalkan usaha hanya sebagai sopir taksi saja, tapi merintis bisnis lain bersama istrinya. Saya angkat jempol untuk sopir taksi ini. Dari dia saya belajar tentang meraih kesuksesan yang berarti hidup harus lebih baik dari hari ke hari.

Kemarin, ketika tiba di Bandung pada pukul 9 malam, saya kembali menggunakan jasa taksi dari Pasteur. Seperti biasa saya selalu berusaha mengajak ngobrol sang sopir. Dan dari ceritanya, saya mengetahui jika bapak yang sudah cukup tua itu ternyata baru sebulan menjadi sopir taksi, setelah 9 bulan lamanya menganggur akibat diberhentikan dari pekerjaannya sebagai sopir pribadi seorang pengusaha kaya.

Kehidupannya yang dulu nyaman, karena biaya segala sesuatu sering ditanggung oleh sang pengusaha, berubah total menjadi ketidaknyamanan karena hidup harus berlanjut sedangkan uang sudah menipis. Bapak itu pun kemudian mencari kerja kesana-kemari tapi tak pernah ada yang menerima mungkin karena usianya yang sudah kurang produktif. Sembilan bulan lamanya dia mencari peluang, harta pun nyaris habis dijual untuk membiayai hidupnya, disamping hutang yang mulai bertumpuk.

Dan akhirnya kegigihannya mendapat hasil, dia diterima di sebuah perusahaan taksi di Bandung, meskipun penghasilannya jauh dari yang pernah dia dapatkan. Sempat ngenes mendengar ceritanya bahwa seringkali dia hanya membawa pulang uang Rp.3,000.- hasil dari kerja seharian.

Saya salut dia bisa bertahan, walaupun sulit membayangkan bagaimana dia dan keluarganya bisa makan dengan uang sebegitu? Tapi pembelajaran hari itu membuat saya jadi malu sendiri kalau ingat bahwa saya sering merasa tidak puas dengan penghasilan yang saya peroleh yang nilainya jelas jauh lebih besar dari uang yang didapatkan bapak sopir itu.

Terima kasih ya Tuhan, kau tunjukkan aku sebuah kenyataan bahwa hidupku masih jauh lebih baik. Karuniakanlah rezeki yang berlimpah pada bapak sopir itu dan hamba-hamba-Mu yang lain yang gigih dan pantang menyerah dalam menjemput rezeki-Mu. Balaslah mereka para guru kehidupan itu dengan kenikmatan yang terus bertambah agar kehidupan mereka semakin baik dari hari ke hari, selamat dunia akhirat. Aamiin...

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Law of attraction is not the only law which exist in the universe. There are many laws, one of them is "The Law of Vacuum".

Alam semesta tidak menyukai kekosongan. Segala sesuatu yang kosong pasti akan terisi. Segala sesuatu di alam semesta ini adalah energi, termasuk cinta dan uang.

Jika kita bisa memahami prinsip kerja Law of Vacuum ini, seharusnya kita akan lebih mudah mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan, apakah itu kebutuhan di bidang finansial, relationship, ataupun hal lainnya.

Jadi jika dompet anda kosong, jika cinta anda telah pergi, seharusnya semua akan terisi kembali. Karena energi selalu mengalir ke tempat yang kosong.

Lalu kenapa dompet anda tetap kosong? Kenapa masalah finansial tak kunjung selesai? Kenapa cinta tak kunjung datang? Kenapa jomblo terus-terusan? Kenapa selalu mendapatkan pasangan yang bermasalah?

Dan yang paling penting, bagaimana mengaplikasikan Law of Vacuum ini dalam kehidupan sehari-hari?

Setiap pertanyaan yang rumit, biasanya jawabannya selalu simple.

Jika anda merasa sudah melakukan berbagai metoda pengembangan diri dan berbagai terapi, tapi tak kunjung mendapatkan solusi, cobalah lihat ke dalam diri sendiri, karena penyebab utamanya mungkin adalah..."Anda tidak mau mengosongkan diri"...

Dengan kata lain, ketika anda mengatakan "Tidak bisa", sebenarnya bukan tidak bisa, tapi "Tidak mau"...

Contoh:

Ketika anda selalu bermasalah dengan keuangan, hutang makin bertumpuk, cobalah introspeksi, "Apakah anda sudah mengosongkan diri dengan mengikis keluhan, kecemasan, kekhawatiran dan berbagai emosi negatif lainnya?"

Jika anda tak kunjung mendapatkan pasangan hidup, cobalah introspeksi, "Apakah anda sudah mengosongkan diri dengan memaafkan luka cinta di masa lalu? Apakah anda sudah melepaskan perasaan tidak dicintai? Apakah anda sudah bisa menerima diri anda sendiri?"

Ketika anda mengisi pikiran anda dengan kecemasan tentang keuangan, anda akan menutup ruang untuk energi rezeki yang sebenarnya ada di sekeliling anda.

Ketika anda tidak mau mengosongkan diri dari pikiran tentang si dia yang telah meninggalkan anda, anda telah menutup ruang untuk cinta yang baru yang lebih baik.

"Tapi kan saya jelek, mana ada yang mau sama saya?"

Jelek hanyalah persepsi manusia, lebih tepatnya persepsi diri sendiri, sedangkan di mata Tuhan semuanya sama. Justru dengan melabeli diri sebagai "jelek" lah anda tidak mengosongkan diri, sehingga ruang kosong itu tertutup karena yang terpancar keluar adalah energi negatif yang membentuk persepi bahwa "Anda terlihat jelek".

Dengan kata lain, dalam bidang finansial ataupun relationship, sebenarnya kita sendirilah yang menutup ruang yang seharusnya dikosongkan untuk menerima keajaiban.

Jadi, kosongkan terlebih dahulu diri anda dari segala emosi negatif yang menghambat kemajuan hidup anda. Setelah anda mengosongkan diri, pastikan kekosongan tersebut anda isi dengan pikiran, perasaan, dan tindakan positif sebelum ruang kosong itu secara otomatis terisi oleh energi lain yang belum tentu positif. Setelah itu barulah dengan izin Tuhan Law of Attraction akan bisa bekerja.

Cara kedua untuk mengosongkan diri anda adalah dengan memperbanyak "Syukur", sehingga lambat laun akan mempersempit celah untuk keluhan. Syukur bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti menyadari masih lengkapnya anggota tubuh anda, masih berfungsinya organ-organ tubuh anda, masih banyaknya orang yang mencintai anda, dan masih banyak lagi hal lainnya.

Dalam hal mensyukuri, perlu kita sadari bahwa sebenarnya lebih banyak nikmat yang kita terima dibandingkan dengan penderitaan yang hanya merupakan permainan pikiran, karena semua kejadian pada dasarnya adalah "netral", kitalah yang memberinya makna sebagai hal yang baik atau buruk.

So, ketika anda mendapatkan suatu kejadian yang anda labeli sebagai "buruk", cobalah buat ruang kosong dengan memaknai kejadian tersebut sebagai sesuatu yang baik, dengan cara mencari kebaikan dan hal yang bisa disyukuri dari kejadian tersebut. Karena jika kejadian tersebut membuat anda lebih dekat dengan Tuhan, dan membuat anda mempelajari ilmu pengembangan diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, berarti anda sudah naik level dari orang yang biasa-biasa saja menjadi orang yang luar biasa.

Just a small note from a lifelong learner.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Saya teringat pada pertemuan alumni Emotional Healing di rumah Suhu Irma Rahayu beberapa waktu yang lalu, sang suhu mengetes kami para alumni untuk menyebutkan jumlah nominal uang yang menurut kami pantas kami dapatkan sebagai penghasilan. Dengan sok yakin saya pun menyebutkan angka "100 juta"!!

Tetapi, menurut suhu Irma ternyata saya tidak yakin bisa mendapatkannya, karena terlihat dari getaran energi yang merupakan sinyal dari pikiran bawah sadar saya yang mengatakan saya belum layak mendapatkan angka tersebut. Kok bisa? Karena yang menyebutkan nominal 100 juta itu tak lebih dari hawa nafsu yang bicara, sedangkan mental saya sebenarnya belum siap mendapatkan penghasilan sebesar itu.

Dari situlah saya makin paham bahwa itulah sebabnya banyak orang yang ingin kaya, banyak orang yang merasa yakin menyebutkan setinggi mungkin nominal yang mereka rasa pantas untuk didapatkan, tetapi tidak pernah mendapatkannya. Karena itu tadi...sebenarnya mereka belum atau tidak merasa layak untuk mendapatkannya.

Lalu kenapa orang bisa merasa tidak layak? Saya mendapatkan jawabannya dalam preview Family Hypnotherapy Training Program by Pak Ariesandi Setyono. Pak Aries menyebutkan bahwa orang bisa mencapai peak performance atau kesuksesan jika ada motivasi dan inisiatif. Tapi motivasi dan inisiatif baru bisa muncul jika kita merasa layak. Tapi rasa layak akan ditentukan oleh rasa aman, rasa dicintai, dan rasa punya kontrol diri.

Nah, permasalahannya, rasa layak/tidak layak ini bisa berawal dari seberapa besar rasa aman, rasa dicintai, dan rasa punya kontrol diri di masa lalu...yang ternyata kebanyakan berawal di masa kecil, pada usia masa-masa pembentukan karakter. Jika ternyata kita tidak pernah merasa aman, tidak merasa dicintai, dan tidak merasa punya kontrol diri yang disebabkan perlakuan orang tua di masa lalu, atau disebabkan peristiwa traumatik yang membekas di ingatan kita, pengaruhnya akan sangat besar dalam kehidupan kita di masa mendatang. Bisa berimbas ke masalah finansial, relationship, dan kesehatan....

So, bagi yang memiliki masalah ketidaklayakan, mulai dari merasa tidak layak punya uang banyak, merasa tidak layak mendapatkan pasangan yang cantik/tampan, bahkan sampai merasa tidak layak mendapat pertolongan Tuhan...bereskan dulu rasa aman, rasa dicintai, dan rasa punya kontrol diri anda, barulah anda bisa melangkah maju menuju kehidupan yang lebih baik.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Kawan...

Kenapa kau utarakan kepedihan dan penderitaan disaat kau menginginkan kebahagiaan?
Kenapa kau pikirkan kebencian disaat cintalah yang ingin kau rasakan?
Sadarkah kau wahai kawan? Bahwa apa yang kau ucapkan, pikirkan, dan rasakan, sebenarnya bukanlah hal-hal yang kau inginkan?

Ataukah kau lebih nyaman mengumbar penderitaan?
Agar dikasihani teman?
Sebagai protes pada Tuhan?

Kawan...

Hentikanlah segala keluhan
Mereka tidak akan memberimu kebebasan
Yang kau butuhkan adalah kesabaran, kesadaran dan keyakinan
Bahwa Tuhan tak akan mengujimu melebihi kesanggupan
Semua itu adalah jalan untuk membuatmu menjadi hamba-Nya yang dilebihkan

Kawan...

Berfokuslah pada kebahagiaan
Sekecil apapun usaha yang kau lakukan
Niscaya akan membuka jalan
Menuju kehidupan yang kau impikan

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Dalam pelatihan Terapi Hati Mahakosmos, Mas Kris menyampaikan satu hal yang menarik yaitu..."Mendoakan alam semesta dan seluruh ciptaan Tuhan". Tidak lama dari situ, saya membaca sebuah artikel dari Aa Gym tentang "Mendoakan orang lain". Intinya beliau menyarankan untuk mendoakan siapa saja yang kita lihat. Misalnya jika kita melihat pedagang asongan sedang jualan, doakan agar dagangannya laku, rejekinya lancar, sehat dll. Begitu pula jika melihat polisi sedang bertugas, doakan agar dia sehat, rejekinya lancar, selamat dalam tugasnya dll.

Baik hal yang disampaikan oleh Mas Kris ataupun Aa Gym sebetulnya bukanlah hal yang baru, tapi jarang orang yang mau melakukannya. Mungkin ada yang berpikir, "Ngapain cape-cape doain orang lain? Diri sendiri aja belum beres!"
Atau..."Ribet bener sih? Masa tiap lihat orang langsung doain, lihat pohon doain juga, ga ada kerjaan lain apa?"

Well, semua berpulang pada hati masing-masing. Tapi dengan keterbatasan pemahaman, saya menangkap beberapa poin berikut:

Jika kita sering mendoakan alam seperti pepohonan, gunung, darat, laut udara, dan komponen alam semesta lainnya, maka kita sudah bersedekah untuk alam semesta. Dan sesuai hukum sebab akibat, kebaikan pasti akan mendatangkan kebaikan. Jika kita bersahabat dengan alam, maka alam pun akan bersahabat dengan kita. Bukan tidak mungkin disaat bencana alam terjadi di wilayah tempat kita berada, kita justru selamat karena alam tidak menyentuh kita, karena kita selalu mendoakan kebaikan untuk alam.

Demikian pula halnya dengan mendoakan orang lain. Jika kita sering mendoakan kebaikan untuk orang lain, insyaalloh kebaikan akan mendatangi kita. Kalau kata Mas Kris, mendoakan alam dan orang lain akan menjadi penarik rezeki yang kuat. Ya, apa yang kita dapat akan selalu berbanding lurus dengan apa yang kita berikan. Makin banyak doa kebaikan yang kita berikan pada orang lain dan alam, insyaalloh makin banyak pula berkah dan karunia yang akan kita terima.

Mendoakan orang lain dan alam semesta akan terasa lebih menyejukkan ketimbang berpikir negatif tentang orang lain atau keadaan alam sekitar. Karena biasanya ada saja hal-hal yang membuat kita ingin berkomentar. Misalnya ketika melihat seorang wanita berdandan menor, tiba-tiba secara otomatis terlintas kata-kata negatif dalam pikiran, "Menor banget sih tuh cewek? Buseet dah, ga kurang tebel tuh lipstiknya?"

Tetapi jika celaan atau komentar tersebut kita ganti dengan doa, maka selain berpahala, hati juga terasa lebih sejuk karena energi positif yang terpancar dari doa-doa tersebut. Selain itu, mendoakan alam dan orang lain akan mengalihkan fokus kita dari pikiran-pikiran negatif yang terlintas karena masalah yang sedang dihadapi misalnya.

So, jika melihat orang kaya, doakanlah agar dia menjadi makin kaya dan makin dermawan. Jika melihat pasangan muda mudi yang pacaran secara demonstratif, doakan saja agar dapat hidayah dan segera menikah. Jika melihat tampang boss yang cemberut, doakanlah agar dia bahagia, dsb...

Bagaimana menurut anda? :)

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Seringkali saat seseorang mendapatkan masalah, doa yang dipanjatkan adalah meminta 'kemudahan' untuk keluar dari kesulitan yang dia alami. Memang tidak salah, boleh-boleh saja meminta kemudahan. Tapi bagi saya ada yang lebih penting daripada sekedar meminta kemudahan.

"Kekuatan"...ya, itulah yang lebih penting menurut saya. Kenapa? Karena kekuatan akan menghasilkan kemudahan. Dengan kata lain, jika kita kuat segala sesuatunya akan terasa mudah.

Sebaliknya, jika terlalu sering diberikan kemudahan, seringkali kita malah jadi lemah. Jika tidak dibekali iman, seseorang yang terbiasa hidup dalam kemewahan dan kesenangan akan mengalami shock berat ketika roda kehidupan berputar sehingga menyebabkan kejatuhan dan kebangkrutan. Lain halnya dengan orang-orang yang terbiasa hidup dalam kesulitan, pengalaman di lapangan telah menempa mereka menjadi orang-orang yang tangguh ketika menghadapi masalah yang sama, karena pada dasarnya masalah di dunia ini hanya itu-itu saja.

Bicara tentang kemudahan yang menyebabkan orang jadi lemah, saya teringat kisah tentang kucing liar yang terbiasa mencari makanan di tong sampah. Suatu ketika ada seorang ibu yang berbaik hati memberi makanan padanya. Dan hal itu berlangsung setiap hari. Perlahan-lahan kucing itu mulai ketergantungan dengan kemudahan yang tersedia, dan akhirnya dia hanya mau makan makanan rumahan yang diberikan si ibu setiap pagi dan petang. Tetapi suatu hari, si ibu tak lagi muncul karena sudah pindah rumah. Si kucing liar yang sudah terlanjur ketergantungan setiap hari hanya menunggu si ibu datang membawakan nampan berisi makanan kesukaannya. Tapi dari hari ke hari, si ibu tak kunjung menampakkan diri. Akhirnya si kucing liar itu kelaparan dan mati.

Kupu-kupu yang tengah bermetamorfosa dan berjuang keras keluar dari kepompong yang sempit justru akan lemah dan mati dengan sayap kuncup jika kita membantunya keluar dengan cara memotong atau melubangi kepompongnya. Karena itulah takdir yang harus dijalani si kupu-kupu, dia harus menjalani proses melewati lubang sempit kepompong agar cairan dalam tubuhnya terdorong sehingga mengokohkan sayapnya, agar dia menjadi kupu-kupu yang cantik.

Janganlah kita menjadi lemah karena masalah. Mintalah kekuatan sebelum minta kemudahan. Karena setelah kita kuat, otomatis semua akan jadi mudah. Tuhan memberikan kita anugerah berupa masalah karena Dia ingin kita naik level menjadi pribadi yang tangguh. Fitrah kita adalah sebagai khalifah-Nya di muka bumi, maka sudah sepatutnyalah kita menjadi manusia yang tangguh. Dan ketangguhan akan membuktikan bahwa kita lebih besar daripada masalah yang (seringkali) dibesar-besarkan.

Kekuatan...akan membuat segalanya mudah, dan berakhir indah :)

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Yup, saya tidak salah nulis judul :)

Bukan "The world is not enough" seperti judul salah satu film James Bond, tapi saya bicara tentang "Word" alias kata.

Sepulang mengikuti pelatihan Terapi Hati Mahakosmos, saya merenungkan kembali apa yang saya dapatkan dari pelatihan tersebut. Inti yang saya dapatkan adalah metode berdoa dengan menggunakan indera hati.

Beberapa waktu terakhir ini saya melakukan pencarian tentang kenapa ada doa yang terkabul dan kenapa ada yang tidak. Berbagai macam jawaban saya dapatkan mulai dari doa yang kurang khusyuk, doa yang kurang baik, adanya dosa-dosa yang menghalangi doa, hukum sebab akibat, dll. Tapi jawaban yang paling sering saya dapatkan adalah "Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan". Makanya kalau doa tidak terkabul itu berarti Tuhan akan memberikan hal yang lebih baik dari doa kita.

Semua jawaban tersebut tentu saja benar. Tetapi saya merasa masih ada satu missing link lagi di antara semua itu. Terutama ketika membaca/mendengar kisah orang-orang yang terkabul doanya, padahal mereka itu ga spiritual/religius amat. Bahkan (maaf saja) ada teman yang ahlaknya kurang terpuji, tapi hanya dalam sekali tahajud doanya langsung terkabul.

Akhirnya saya kembali tanya sana-sini dan menemukan jawaban yang menyejukkan bahwa kuncinya ternyata adalah "suasana hati". Ya, kita memang sering jungkir balik berdoa itu ini, tapi seringkali kita lupa membawa hati ketika mengucap serangkaian kalimat yang dipanjatkan pada-Nya.

Bukan indahnya rangkaian kalimat doa yang menentukan terkabul tidaknya keinginan kita. Bahkan doa yang katanya paling manjur pun belum tentu manjur jika suasana hati tidak mendukung. Saya teringat Mario Teguh pernah mengatakan yang intinya menjelaskan bahwa terkabulnya sebuah doa ditentukan oleh orangnya, bukan doanya. "Bukan doanya yang hebat, tapi orangnya yang hebat".

Terakhir saya bertanya pada Kang Isman, seorang teman saya yang sudah sering mendapatkan berbagai hal yang dia cita-citakan (dan rata-rata doanya hanya sekali). Beliau menjawab, "Do'a bisa diucapkan sekali atau berkali-kali, silahkan saja. Yang penting bagaimana kualitas hati kita ketika memanjatkan doa".

Ternyata kata-kata saja tidak cukup, kita harus terampil membawa hati. Untuk itu mari kita tingkatkan kualitas hati, agar doa-doa yang kita panjatkan bukan sekedar rangkaian kata yang mirip puisi, tapi lebih berarti karena berasal dari suara hati, yang menjadi jembatan penghubung antara kita dengan Sang Ilahi.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hari ini saya bersyukur sekali bisa hadir dalam pertemuan Alumni Emotional Healing di rumah suhu Irma Rahayu di Legenda Wisata Cibubur, karena bukan hanya pertemuan tersebut berbonus sesi terapi gratis, saya juga mendapatkan beberapa pencerahan dari Kang Idwan tentang kesadaran dan "Miracle".

Saya tertarik sekali mendengar pemaparan Kang Idwan yang mengatakan bahwa yang namanya Miracle tidak perlu ditunggu, tapi cukup disadari, karena sebenarnya Miracle adalah siklus yang terjadi setiap saat. Tetapi kita tidak/jarang menyadarinya, makanya ketika kita baru menyadarinya, kita memberi label kejadian tersebut sebagai Miracle.

Misalnya ada seseorang yang selama ini terkungkung dalam masalah yang cukup berat menurut persepsinya. Tetapi ketika masalah emosinya diselesaikan, entah kenapa dia jadi melihat banyak kupu-kupu yang indah beterbangan di kebun halaman rumahnya. Suatu kejutan baginya sehingga dia menganggap kejadian tersebut sebagai Miracle. Padahal sebenarnya kupu-kupu itu selalu ada di sana setiap hari, tapi dia tak pernah melihatnya karena selama ini pikirannya hanya dipenuhi masalah yang dia hadapi, dia berfokus pada masalah sehingga pandangannya tertutup dari semua hal yang indah, tak mampu melihat apa yang seharusnya terlihat.

Seringkali kita berharap keajaiban datang ketika menghadapi sebuah masalah. Tetapi berharap dan menunggu keajaiban datang cenderung menjadi "keinginan untuk mengatur" kapan keajaiban tersebut harus datang, sehingga kita menjadi tidak peka pada tanda-tanda solusi yang ada di sekeliling kita yang dikirimkan Tuhan, karena pada dasarnya setiap masalah selalu satu paket dengan solusinya.

Tentu saja keajaiban terjadi melalui suatu proses yang telah ditetapkan Tuhan, dan tidak selalu terjadi secara instan. Tetapi semua ketetapan Tuhan sudah pasti akan terjadi. Hanya saja, keluhan-keluhan dan ketidaksabaran kita sering membutakan pikiran sehingga ujung-ujungnya merasa keajaiban itu tidak kunjung datang, padahal secara keseluruhan kehidupan ini adalah keajaiban.

Memang bukan hal yang mudah untuk menyadari hal ini, sebab jika logika sudah bermain, maka prinsip yang berlaku adalah "seeing is believing", padahal prinsip keajaiban adalah sebaliknya yaitu, "believing is seeing". Jadi bukan what you see is what you get, tapi what you believe is what you get.

Bagi saya mendapatkan pencerahan seperti ini saja sudah merupakan keajaiban. Kalau dipikir, dalam setahun ini saya mendapatkan banyak teman dan komunitas yang positif, belum lagi guru-guru kehidupan yang selalu mengingatkan saya dengan nasehat-nasehat bijak mereka. Ini benar-benar suatu keajaiban setelah 5 tahun terakhir saya hidup dalam pesimisme dan aura negatif.

Hidup memang ajaib. Terima kasih Ya Allah...atas semua karunia keajaiban-Mu ini :)

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Setiap kali seseorang mendapatkan suatu masalah atau musibah, entah kenapa seringkali terlontar ucapan bahwa "ini adalah ujian dari Tuhan". Baik kata-kata tersebut diucapkan sendiri ataupun berupa nasehat dari orang lain yang berusaha menyemangati.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang saya miliki, saya tidak sepenuhnya setuju bahwa semua masalah adalah ujian dari Tuhan. Karena pada kenyataannya masalah seringkali terjadi akibat perbuatan kita sendiri. Tuhan telah memfirmankannya dalam ayat-ayat kitab suci bahwa Dia tidak pernah mendzalimi manusia melainkan manusia lah yang mendzalimi diri sendiri.

Berdasarkan firman dalam ayat-ayat serupa, saya memahami bahwa ujian dari Tuhan jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan masalah yang kita ciptakan sendiri. Tetapi permasalahannya kita seringkali tidak menyadarinya. Apalagi jika penyebabnya adalah hal yang telah kita lupakan. Bahkan bisa saja kita tidak menyadari bahwa hal yang sepertinya sepele di masa lalu ternyata adalah penyebab munculnya masalah di masa sekarang.

Seseorang yang sulit mendapatkan jodoh padahal punya paras yang lumayan, bahkan lebih dari lumayan seringkali berucap, "Yah, belum dikasih jodoh aja sama Tuhan..." See? Tuhan yang disalahkan.

Seseorang yang bermasalah dengan keuangan dan walaupun sudah jungkir balik berdoa, meningkatkan ibadahnya, tapi masalah keuangannya tak kunjung selesai bahkan cenderung memburuk cenderung mengatakan, "Yah...belum dikasih rezeki saja sama Tuhan..." Another blaming, another justification!

Memang hak prerogatif Tuhan tentang kapan dan bagaimana cara Tuhan mengabulkan doa kita dan menyelesaikan masalah kita. Tetapi jika kita mau menyadari bahwa kitalah penyebab masalah kita sendiri, maka sudah sepantasnyalah kita memohon ampun karena telah berburuk sangka pada Tuhan dan melempar semua tanggung jawab pada-Nya.

Sebagai contoh, penyebab masalah keuangan bisa jadi berasal dari masa lalu yang tidak menyenangkan, ketika di masa kecilnya sang anak menyaksikan pertengkaran orang tuanya akibat masalah keuangan, apalagi yang menyebabkan perceraian. Secara tak disadari, muncul kebencian pada uang, menganggap uang sebagai sumber masalah. Akibatnya..uang pun sulit untuk dikuasainya, yang ada malah uang yang menguasainya, selalu kekurangan...bahkan jatuh pailit. Memutuskan untuk membenci uang yang sebenarnya bermanfaat adalah akar dari penyebab masalah keuangan yang dia buat sendiri walaupun secara tidak disadari.

Contoh lain, seseorang yang sulit mendapatkan jodoh, bisa terjadi akibat trauma patah hati di masa lalu, sehingga dia merasa tidak dicintai, kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak mampu mendapatkan pengganti, dan akibatnya...dia menutup diri, memberi sugesti pada diri sendiri bahwa dia tidak layak untuk dicintai, padahal jelas bukan hal itu yang dia inginkan, tetapi dia secara tidak sadar telah memutuskan untuk sulit mendapatkan jodoh.

Karena itu, sebelum memvonis bahwa permasalahan yang kita hadapi adalah ujian dari Tuhan, marilah kita sadari bahwa kitalah penyebab utamanya. Keluhan-keluhan kita, pikiran-pikiran negatif kita, dan segala keputusan kita di masa lalu dan di hari-hari kemarin, itulah yang menjadikan hidup kita seperti hari ini. Jika kita sudah tahu bahwa kitalah penyebabnya, masihkah kita akan mengatakan bahwa masalah kita adalah ujian dari Tuhan?

Setelah menyadari, selanjutnya kita hanya tinggal membersihkan diri dari program-program negatif masa lalu tersebut dengan selalu diiringi permohonan ampun pada-Nya, sehingga pada akhirnya kita benar-benar naik peringkat menjadi pribadi yang mudah disetujui doa-doanya, dan terangkatlah segala beban permasalahan hidup yang mengunci hidup kita selama ini. Insyaalloh...

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Berlibur di kampung halaman memang hal yang menyenangkan. Saya gunakan waktu untuk jalan-jalan mengamati kehidupan. Tetapi sepanjang perjalanan, saya menemukan hal yang membuat saya menghela nafas, karena walaupun saya tidak bermaksud menguping, saya mendengar pembicaraan orang-orang yang hanya berputar di satu topik yang sama yaitu "Keluhan".

Ya, di sana-sini orang hanya mengeluhkan masalah, mengeluhkan keadaan, ketidakpuasan, rasa kekurangan, dll. pembicaraan yang menyebarkan energi negatif. Kalau mengambil sisi positifnya sih, saya dapat pelajaran bahwa mendengarkan keluhan itu rasanya tidak nyaman. Makanya saya harus mengingatkan diri agar tidak mengeluh sana-sini, sebab orang lain pun pasti tidak nyaman jika mendengar keluhan-keluhan yang saya lontarkan.

Keluhan mudah sekali kita temukan di mana-mana. Dalam pembicaraan sehari-hari, dalam tulisan-tulisan di blog, status YM atau pun Facebook, seolah orang-orang seperti itu ingin seluruh dunia tahu betapa menderitanya mereka. Seolah menandakan betapa mudahnya untuk menjadi ahli komplain tapi begitu sulit untuk menjadi ahli syukur.

Firman Tuhan melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Sekilas terkesan seperti larangan untuk mereka yang suka membuat kerusakan di laut dan darat seperti menebang hutan, mencemari sungai dan laut dengan limbah, atau pengrusakan alam lainnya. Tapi sadarkah kita bahwa mungkin kita juga sering merusak keseimbangan alam dengan cara mengirimkan vibrasi negatif ke alam semesta melalui keluhan-keluhan kita? Atau melalui maksiat kita?

Di alam kuantum kita dan alam semesta adalah satu tubuh. Kita adalah bagian dari alam. Karena itu jika vibrasi negatif terpancar dari jutaan orang setiap detik, bisa dibayangkan seperti apa besarnya energi negatif yang terpancar ke alam semesta sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Makanya tidak heran jika bencana datang terus menerus menimpa suatu negeri yang subur dengan energi negatif.

Bukankah dengan banyak mengeluh kita sudah tergolong kufur? Bukankah kita sudah tahu apa akibatnya jika kita tidak bersyukur? Padahal banyak sekali hal-hal yang bisa kita syukuri yang niscaya tak akan pernah bisa terhitung jumlahnya.

Alangkah baiknya jika mulai sekarang kita kurangi sedikit demi sedikit segala keluhan sekecil apapun. Bukan hanya demi keseimbangan alam semesta, tapi terutama demi kebaikan kita sendiri. Karena sudah banyak terbukti bahwa mereka yang tidak mudah mengeluh dan memperbanyak syukur sering mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.

Keluhan selalu terdengar menyebalkan. Mengeluh tak akan pernah bisa mengubah keadaan. Jika mengeluhkan kekurangan uang bisa membuat segepok uang jatuh dari langit, saya pasti sudah memilih untuk mengeluh tiap detik. Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Saya teringat di akhir pelatihan Mind Focus yang diadakan oleh Katahati Institute di Hotel Grand Flora Kemang pada awal bulan Februari 2009, Erbe Sentanu atau biasa akrab dipanggil Mas Nunu berpesan bahwa pelatihan yang sebenarnya bukanlah di ruangan hotel ini, tetapi di luar sana, dalam kehidupan sehari-hari.

Disaat bulan Ramadhan tahun ini berakhir, mendadak saya teringat pesan Mas Nunu tersebut. Kalau dipikir, bulan puasa pun hanyalah pelatihan singkat selama satu bulan. Sedangkan pelatihan yang sebenarnya adalah dalam waktu 11 bulan di luar bulan Ramadhan.

Jika di bulan ramadhan orang giat beribadah, menahan bicara yang tidak perlu, menahan pandangan yang tidak diperbolehkan dll, lalu kenapa orang tidak melakukan semua itu di luar bulan ramadhan? Kenapa tetap banyak keluh kesah yang keluar dari lisan kita? Kenapa begitu banyak celaan pada orang lain yang mengotori lisan kita?

Sudah seharusnyalah kita mulai dengan puasa sebenarnya, puasa abadi yang indah, ketika lisan dan pikiran kita tak mudah berkeluh kesah menghadapi situasi sesulit apapun, ketika mulut kita tak lagi gatal ingin mengomentari dan menertawakan kesalahan yang dilakukan orang lain.

Untuk memulai puasa yang sebenarnya ini, kita ambil satu contoh saja dulu dari sekian banyak hawa nafsu yang harus dikendalikan, yaitu "mengeluh". Mengeluh adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan dan paling sulit untuk dihilangkan. Ada saja hal yang mudah untuk dikeluhkan, apakah itu masalah keuangan, relationship, pekerjaan, cuaca, dll.

Mengeluh adalah musuh besar yang menjadi penghambat perkembangan diri, juga penghambat terkabulnya doa-doa dan keinginan-keinginan kita, karena mengeluh mencerminkan rasa tidak bersyukur. Padahal selalu ada yang bisa disyukuri dari keluhan-keluhan tersebut. Misalnya ketika mengeluh karena cuaca panas, seharusnya kita bisa bersyukur karena masih bisa merasakan panas. Karena kalau tidak merasakan apa-apa berarti kita sudah jadi mayat hehehe.

Dan yang jelas, mengeluh tidak akan memecahkan masalah yang kita hadapi. Mengeluhkan kekurangan uang atau hutang yang bertumpuk tidak akan lantas membuat segepok uang jatuh di pangkuan kita. Seorang teman bahkan berkata "Mengeluh = rezeki jauh". Mengeluh menjadikan fokus terletak pada rasa kekurangan dan rasa tidak memiliki. Padahal itu bukanlah hal yang diinginkan. Orang yang Sering mengeluh sana-sini setiap saat setiap waktu hanya akan menjatuhkan harga dirinya sendiri, bahkan membuat teman-temannya yang awalnya sangat dekat dengannya menjadi jauh. Karena pada dasarnya tak ada orang yang suka dengan pengeluh. So, jika kita sudah tahu itu dan bahkan sering mendengarnya, kenapa kita tidak juga berhenti mengeluh?

Kita? Elu kaleee... Photobucket

Memang bukan hal yang mudah untuk mengendalikan keluhan, terutama jika posisi sedang berada di ujung tanduk. Tetapi sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan. Tetap berprasangka baik pada Tuhan akan jauh lebih bermanfaat daripada mengeluhkan penderitaan. Karena bukan mustahil keajaiban akan terjadi begitu kita sudah mampu meyakini bahwa Tuhan maha besar, sehingga yang kita lakukan adalah membesarkan Tuhan, bukan membesarkan masalah.

Di sebuah milis saya mendapatkan tips untuk belajar mengendalikan keluhan. Tips yang sangat bagus untuk mulai berpuasa mengeluh. Tips tersebut menyarankan untuk mencoba stop mengeluh satu jam saja dulu. Jika berhasil, lanjutkan dengan jam berikutnya dan seterusnya...dan seterusnya...

Ya, tak perlu susah payah pasang target yang terlalu lama seperti 40 hari misalnya. Kita coba dulu dalam satu jam saja. Lalu perhatikan, masihkah ada keluhan yang terucap di mulut? Bukan hanya yang terucap, tapi juga yang terlintas di pikiran. So, yang kita lakukan adalah mencoba menghentikan keluhan lisan dan pikiran. Jika bisa menahan keluhan sampai satu hari, itu sudah benar-benar hebat. Dan yang harus dilakukan kemudian adalah...Lanjutkan!! Photobucket

Mari kita sama-sama belajar untuk mengendalikan keluhan dan menjadi pribadi yang senantiasa optimis menjalani kehidupan.

Yu mareee... Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pertemuan dengan Mas Kris Gustav pendiri Ilmu terapi hati dan ilmu ikhlas Mahakosmos di rumah beliau di Ciganjur telah memberikan pencerahan baru untuk saya. Well, sebenarnya sih bukan hal baru, tapi saya mengakui kalau saya kurang menyadarinya selama ini. Alhamdulillah, pemaparan beliau membuat saya makin ngeh dan menyadari beberapa hal penting.

Pertama, bahwa 90% penyakit fisik disebabkan oleh faktor psikis. Hal itu terbukti dengan langsung sembuhnya beberapa penyakit yang saya derita, hanya dalam satu kali proses terapi. Walaupun 3 hari kemudian penyakit itu kambuh lagi begitu saya menghadapi sebuah masalah yang memicu emosi tertentu. Dan saya baru tahu bahwa emosi itulah akar masalah yang menjadi penyebab penyakit saya.

Kedua, saya juga dibuat 'ngeh' dengan "Kekuatan Tuhan". Malam itu penjelasan Mas Kris membuat saya menyadari bahwa, "Jika kita bisa menggunakan kekuatan Tuhan untuk memecahkan segala problema hidup kita, kenapa mesti bersusah payah menggunakan kekuatan manusia?"

Positive thinking, mind power, yakin pada kemampuan diri, take action, goal setting, dll ilmu manusia yang berbasis olah pikir tak akan berhasil tanpa izin-Nya. Bahkan yang namanya Law of Attraction pun berjalan dibawah pengawasan-Nya. So, jika ada yang mengatakan "Nothing is impossible", itu adalah istilah yang hanya berlaku untuk "Tuhan", karena manusia memiliki kemampuan terbatas, dan semua kemampuan itu pun adalah anugerah yang hanya akan berjalan atas izin-Nya.

Menggunakan kekuatan Tuhan berarti menggunakan kekuatan berserah diri, menyerahkan segala urusan pada-Nya, itulah metode meraih sukses yang semestinya dilakukan oleh orang-orang yang percaya pada Tuhan. Bukan berarti manusia lantas hanya bersantai-santai tanpa berusaha, tapi usaha kita harus selalu dilandasi dan dibarengi dengan berserah diri pada-Nya, tidak ngotot pada hasilnya, ikhlas dengan apapun hasilnya, karena apapun yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik untuk kita.

Lagipula berserah diri adalah perintah-Nya, karena berserah diri akan membuat hidup kita lebih mudah, dan dunia ini memang didesain untuk dijalani manusia dengan mudah, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat berikut:

"Dia-lah Yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah rezeki-Nya, (yang tidak terbatas jumlahnya). ~QS: Al-Mulk: 15~

Tak terasa malam makin larut, rasanya belum cukup diskusi saya dengan Mas Kris, tapi waktu telah membatasi, saya pun pamit dan dengan penuh rasa syukur saya pulang dengan membawa kedamaian di hati. Semoga saya mampu mempertahankan keyakinan ini untuk selalu berikhtiar yang dibarengi rasa berserah diri.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

"Bukan urusan saya untuk memikirkan diri saya sendiri. Urusan saya adalah untuk memikirkan Tuhan. Dan urusan-Nya lah untuk memikirkan saya." (Simon Weil)

Telepon dari seorang sahabat yang curhat tentang keadaan genting yang dialaminya membuat saya teringat akan masa-masa kritis yang pernah saya alami. Karena proyek hidup yang kami alami kurang lebih sama, dia bertanya pada saya apa yang biasanya saya lakukan menghadapi saat-saat seperti ini. Dia sudah pinjam uang sana-sini tapi tak satupun yang bisa memberi bantuan, sedangkan situasi sudah kritis karena tagihan yang harus dibayar sudah menghadang di depan mata.

Saya menjawab berdasarkan pengalaman saya, bahwa jika sudah mencoba mencari pinjaman ke sana-kemari tapi tidak dapat juga, pasrahkan saja, karena itu berarti Tuhan memiliki rencana lain yang lebih besar, dan itu artinya Tuhan tidak menginginkan teman saya untuk menambah hutang. Mungkin saja dia bakal dapat rezeki dari arah yang tak terduga, atau dapat kemudahan berupa penangguhan atau re-schedule waktu pembayaran. Yang jelas sang penagih hutang harus tetap dihadapi. Tetapi jangan dihadapi sendirian, hadapilah bersama Tuhan.

Ya, kita harus selalu melibatkan Tuhan di setiap tindakan kita sebagai bentuk ikhtiar 100% yang disertai dengan tawakal 100%. Misalnya ketika butuh uang dan terpaksa harus ngutang karena situasi sangat darurat, maka libatkanlah Tuhan sebelum ngutang. Yang sering saya lakukan pertama kali adalah meminta ampun pada-Nya karena saya terpaksa ngutang walaupun bukan itu yang saya inginkan, lalu dengan diiringi Bismillah, sayapun mulai menghubungi orang-orang yang saya anggap bisa membantu. Kadang baru sekali telpon langsung ada yang kasih, tapi lebih seringnya tak ada seorangpun yang bisa membantu hehehe. Photobucket

Tapi justru disaat tak ada seorangpun yang bisa membantu itulah kesadaran muncul. Kesadaran yang mengatakan bahwa Tuhan punya rencana lain untuk memenuhi kebutuhan saya, Tuhan tidak menginginkan hutang saya bertambah, sehingga sayapun hanya bisa pasrah, dan disaat itulah biasanya jalan terbuka, walaupun tidak selalu dalam bentuk yang saya inginkan, tapi Tuhan selalu turun tangan dengan cara yang terbaik .

Pada dasarnya, sudah sepatutnyalah kita tidak berharap pada pertolongan manusia sama sekali, kita hanya perlu bergantung pada-Nya. Tetapi hal ini membutuhkan tingkat kesadaran yang tinggi, karena jika kesadaran sudah tinggi, kita pun otomatis naik level menjadi pribadi yang mudah disetujui do'anya.

Tetapi sebagai manusia biasa yang belum memiliki kesadaran tinggi, orang cenderung memikirkan cara-cara yang logis untuk memecahkan masalah. Sulit sekali untuk meyakinkan diri bahwa keajaiban Tuhan selalu terjadi. Kalaupun mencoba untuk meyakini, seringkali kepala dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kapan masalah akan selesai, dan seperti apa cara Tuhan menyelesaikannya. Ini adalah hal yang wajar dalam proses perubahan, kita tak perlu menyalahkan diri karena belum munculnya kemampuan untuk meyakini keajaiban-Nya, sebab untuk mencapai kesadaran yang tinggi tersebut diperlukan proses yang kadang tidak sebentar. Bahkan proses tersebut bisa saja berbentuk masalah yang muncul bertubi-tubi, sehingga ketika semua ikhtiar yang mengandalkan kekuatan manusiawi tidak menghasilkan apa-apa lagi, maka sadarlah kita bahwa kita tak berdaya, dan tak ada apa-apanya tanpa bantuan kekuatan Tuhan. Dan disitulah biasanya kita mulai berserah diri, hal yang seharusnya dilakukan sejak awal, tapi jarang disadari terutama jika batas waktu sudah menanti.

So, kembali pada kisah teman saya, ternyata benar ketakutannya tidak terbukti. Atas izin Tuhan, orang yang menagih hutangnya memberi kelonggaran, bahkan bersikap sangat ramah. Solusi yang dia dapatkan hanya sementara, tapi jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Hal itu membuktikan bahwa kepasrahan selalu membuahkan keajaiban. Paling tidak kelonggaran tersebut memberikan waktu pada teman saya untuk melanjutkan ikhtiarnya, memperkuat ketawakalannya, dan meningkatkan kualitas sembah sujudnya pada Sang Maha Pencipta.

Jadi jika ada yang menanyakan bagaimana cara menghadapi saat kritis disaat tak ada lagi yang bisa dilakukan, saya hanya bisa menjawab:

"Libatkan Tuhan, iringi dengan kepasrahan. Karena dengan pertolongan Tuhan, 90% kekhawatiran kita tidak akan pernah terjadi, minimal tidak seburuk yang dibayangkan. Berserah diri secara total, akui ketidakberdayaan kita, serahkan sepenuhnya solusi masalah kita pada-Nya. Ikhlas...pasrah... Biarkan Tuhan yang menyelesaikan, Insyaalloh ada jalan".

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Saya menerima kritikan dari beberapa teman, karena selama ini mereka suka baca tulisan-tulisan saya baik di blog ini ataupun di beberapa forum dan milis. Kata mereka, banyak tulisan saya yang memberi pencerahan, dan mereka sangat berterimakasih. Tapi begitu mereka tahu siapa saya, khususnya ketika meng-add saya di FB, pandangan mereka berubah 180 derajat. Photobucket

Why? Because I'm not who they think I am hehehe.

Ada yang mengira saya sudah berumur di atas 40 tahun, bahkan disangka berumur 50 tahunan. Ada yang mengira saya adalah sosok bijak yang berkharisma besar. Tapi yang lebih salah lagi kalau ada yang mengira saya adalah pria setengah baya yang berjenggot panjang, bersorban, dan berbaju gamis. Walah, jauh banget. Photobucket

Well, terlepas dari seperti apa mereka menilai bentuk fisik dan penampilan saya, ternyata ada yang lebih kecewa lagi karena saya tidak sebijak seperti apa yang saya tulis. Apalagi kalau baca status FB saya yang seringkali nyleneh, bercanda yang kelewatan, dan kadang...masih kelepasan untuk mengeluh Photobucket

Tapi jika anda baca judul dari blog ini, maka akan jelas bahwa saya bukanlah seorang trainer atau motivator atau seorang spiritualis. Saya hanyalah seorang "Lifelong Learner", mahasiswa abadi di universitas kehidupan yang sedang dalam proses metamorfosa. Dalam perjalanan menuju perubahan itu, tak mungkin bagi saya untuk secara drastis mengubah karakter dan hal-hal lain yang mungkin sudah tidak patut dilakukan oleh orang seusia saya.

Saya juga bukan orang yang bebas dari masalah, karena saat ini pun masih ada proyek kehidupan yang belum terselesaikan. Tapi itu bukan halangan untuk berbagi ilmu dengan orang banyak. Saya tak perlu jadi orang sukses dulu untuk berbagi ilmu. Kalau Pak Mario Teguh bilang, "Tidak perlu menunggu senjata lengkap untuk maju berperang". Lagipula definisi sukses bisa berbeda-beda untuk tiap orang. Dan bagi saya sendiri, saya sudah sukses menjalani peran demi peran yang saya mainkan dalam kehidupan ini.

Tentu saja saya punya rencana untuk membentuk kepribadian yang lebih baik dari hari ke hari. Tapi saat ini saya menikmati dulu prosesnya. Karena saya tak mau sok ikhlas, sok bijak, tapi menjerit dan merana di balik topeng kebijakan itu. Apa yang saya tuliskan selama ini adalah writing therapy yang intinya adalah untuk mengingatkan diri sendiri, dan juga mengacu pada pepatah yang mengatakan, "Jika ingin menjadi sesuatu, maka bersikaplah seolah kau sudah menjadi sesuatu itu".

Bersikap seolah tentu saja beda dengan 'sok', karena saya tetap mengakui dan jujur bahwa saya pun bisa down, bisa sesekali mengeluh, bisa sedih, dan bisa stress. Ya iya laah... saya juga manusia kok. Bahkan Nabi saja bisa menangis ketika kehilangan orang-orang yang disayanginya. Lebih dari itu, 'bersikap seolah' sebenarnya bukanlah sikap yang harus ditujukan pada orang lain, tetapi pada diri sendiri. Karena pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan imajinasi dan kenyataan. So, dengan 'bersikap seolah', saya sedang menyusun blueprint masa depan yang saya impikan, dan pikiran bawah sadar saya akan bekerja mengikuti gambaran yang saya rancang. Sehingga dengan izin Tuhan, Insyaalloh saya
akan dibimbing menuju pintu-pintu kesuksesan yang saya impikan tersebut.

Yang penting saya tidak 'bersikap seolah' agar mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang-orang yang merasa tercerahkan oleh tulisan saya. Dan saya harus selalu menyadari itu.

Lalu kenapa saya buat blog ini dan membuat tulisan-tulisan bernuansa pencerahan? Karena saya senang berbagi. Sebab untuk sementara ini saya belum bisa berbagi duit, tapi saya bisa berbagi ilmu hehehe. Selain itu, saya juga menulis untuk mengecek sejauh mana pemahaman saya tentang ilmu-ilmu kehidupan yang saya pelajari. Bahkan tak jarang saya belajar dari tulisan saya sendiri. Karena kadang saya bingung sendiri, kok bisa ya saya menulis seperti itu? Apa bener saya yang bikin tulisan itu? Photobucket

So, apapun pendapat orang tentang saya, saya tak akan lantas berhenti berbagi ilmu hanya karena kritik yang mengatakan karakter saya tidak sesuai dengan tulisannya. Mohon maaf untuk yang kecewa, tapi inilah saya apa adanya. Photobucket




Lanjut Gan...
Horang Kayah

You rise, you fall, you down and you rise again
What don't kill you make you more strong...

Sepenggal lirik sebuah lagu di atas membuat saya manggut-manggut. Bukan karena hentakan musiknya yang memberikan semangat, tapi karena isi liriknya.

Kita semua punya masalah, berat ringannya tergantung pada persepsi masing-masing. Ada orang yang menganggap masalahnya sebagai masalah terberat sedunia, tapi di mata orang lain ternyata masalah itu tak seberapa. Tetapi ada juga yang benar-benar menjalani kehidupan yang berat karena terbebani oleh masalah-masalah yang membuat hidup serasa diujung tanduk.


Jika anda termasuk dalam golongan yang punya proyek hidup yang berat yang membuat anda putus asa, bahkan pernah membersitkan niat untuk mengakhiri hidup, well, saya ucapkan selamat, karena anda adalah seorang survivor, anda adalah orang yang kuat, anda ternyata memilih untuk tetap hidup. Karena ketika seseorang jatuh dalam titik nadir terendah dalam kehidupannya, maka hanya ada dua pilihan untuknya. Tetap di tempat dan membusuk, atau bangkit dan memanjat kembali tebing kehidupan untuk meraih impian.

Ajaran agama mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melampaui kemampuan kita. Tuhan tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Itulah sebabnya hal yang tidak membunuh anda, akan membuat anda menjadi lebih kuat, terutama ketika menghadapi masalah yang sama.

Saya teringat ucapan Pak Mario Teguh yang kurang lebih bunyinya sebagai berikut: "Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh seberapa besar hambatan yang menghadang di depannya. Berbanggalah jika anda memiliki masalah yang besar, karena itu artinya anda besar di mata Tuhan."

So buat anda yang punya problem hidup yang dirasa berat, jangan putus asa, bangkitlah, masalah tak akan membunuh anda, kecuali anda yang memutuskan untuk menyerah pada masalah.

Rise...fall down...rise again...
What don't kill you make you more strong!

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Menginginkan perubahan hidup ke arah yang lebih baik adalah dambaan semua orang. Tetapi ada orang-orang yang mengalami konflik batin justru disaat mereka mereka dalam proses menuju perubahan. Hal yang sama telah membuat perkembangan diri saya terhambat, dan baru-baru ini saya menyadari kalau saya juga luput melakukan langkah awal yang krusial tersebut.

Step pertama tersebut adalah, "Berdamai dengan diri sendiri".

Seorang sahabat bercerita tentang konflik batinnya ketika dia menginginkan kehidupan yang lebih baik. Di satu sisi dia yakin pada Tuhan dan janji-janji-Nya, tetapi di sisi lain dia bertanya-tanya, "Siapa saya? Kenapa Tuhan mau menolong saya? Maukah Tuhan menolong saya?"

Walaupun secara tidak disadari, dia telah menempatkan dirinya di posisi yang tidak dia inginkan, yaitu posisi sebagai orang yang tidak pantas untuk ditolong Tuhan, padahal Tuhan Maha Pengasih, bahkan orang yang penuh dengan limbah dosa pun pantas dan layak untuk ditolong oleh-Nya untuk kembali ke jalan yang benar.

Seseorang yang menginginkan kehidupan yang lebih baik tapi merasa tidak pantas mendapatkannya, akan cenderung sulit untuk mendapatkan perubahan yang dia inginkan.

Seseorang yang ingin menyelesaikan permasalahan hidup yang menimpanya tapi tidak mampu memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan yang menciptakan permasalahan yang dia hadapi, akan mengalami hambatan besar karena pikirannya mencari solusi yang ada di luar, padahal sumber masalah ada di dalam.

Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita sadari bahwa jalan yang terbaik untuk memulai perubahan adalah berdamai dengan diri sendiri, cintai diri sendiri, pantaskan diri untuk hidup yang lebih baik, dan berhentilah menyalahkan diri atas segala yang telah terjadi.

"Kasihi dirimu, jangan kasihani dirimu."

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Pikiran saya melayang kembali ke masa 2 tahun yang lalu...Ketika di siang hari yang terik itu dengan langkah gontai saya melangkah keluar dari kostan sambil menggendong backpack berisi satu-satunya laptop yang telah setia menemani saya sejak pertengahan tahun 2003. Laptop yang selama ini telah menjadi mesin pencetak uang untuk side job terjemahan di sebuah penerbit itu dengan sangat terpaksa harus saya gadaikan karena terdesak oleh suatu kebutuhan yang urgent, tambah lagi karena saya sudah tidak punya persediaan uang untuk makan.

Belum sampai 5 menit berjalan, saya bertemu dengan beberapa orang teman yang sedang mengantri di sebuah warung untuk membeli jus. Mereka menyapa saya lebih dahulu, sedangkan saya hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan, karena dalam situasi seperti itu, boro-boro saya bisa tersenyum, yang ada hanyalah kesedihan karena sebentar lagi akan berpisah dengan laptop kesayangan, dan juga kecemasan akan masa depan karena kehidupan yang masih terjebak dalam lingkaran setan yang berkutat di seputar masalah uang dan uang lagi.

Kemudian salah seorang teman bertanya, "Mau kemana lo?"
Saat itu ingin rasanya langsung curhat pada mereka dan sekalian minta tolong pinjam uang. Tapi karena sudah terlalu banyak hutang bertumpuk, saya pun berusaha pura-pura tak ada masalah, lalu menjawab, "Mau ke Mangga Dua, mau servis laptop gua."

Tapi nada suara yang lirih ditambah ekspresi wajah saya yang memelas rupanya tak mampu menyembunyikan kesulitan yang saya derita. Sehingga seorang teman yang lain tiba-tiba menepuk pundak saya sambil berkata, "Jangan kayak orang susah..."

DEGG! Jantung saya berdetak kencang. Kata-katanya begitu dalam dan mengena, padahal dia adalah orang yang saya beri label sebagai orang yang menyebalkan, karena sehari-harinya sikap dan perilakunya seringkali membuat saya tidak nyaman. Tapi saya harus mengakui bahwa kata-katanya menyadarkan saya.

Walaupun demikian, saya tetap lanjutkan langkah menuju kantor pegadaian terdekat, walaupun hati ini tidak rela melepas laptop yang belum tentu saya bisa tebus lagi itu. Sesampainya di pegadaian, saya tercengang karena ternyata mereka tidak menerima gadai dalam bentuk laptop, mereka lebih mengutamakan perhiasan emas. Tapi staf pegadaian memberitahu saya alamat kantor pegadaian yang menerima gadai barang elektronik. Tetapi karena tempatnya jauh, sedangkan uang saya sangat terbatas, saya memutuskan menelepon dulu untuk mendapatkan kepastian agar tidak sia-buang ongkos. Kemudian...begitu saya telpon, ternyata laptop saya ditolak karena speknya sudah ketinggalan jaman. Photobucket
Dengan lunglai saya pun kembali ke kostan. Ya, saya tidak berusaha mencari pegadaian lain, karena merasa seolah ini pertanda laptop itu tak mau berpisah dengan saya. Saya tidak memungkiri hadirnya rasa lega karena laptop itu tidak laku digadaikan. Dan tentu saja karena saya masih membutuhkan laptop itu untuk mengerjakan side job terjemahan.

Hari itu membawa saya pada sebuah perenungan, saya merasa disadarkan oleh perkataan teman saya. Rupanya saya seringkali membawa "tampang susah" kemanapun saya pergi, sehingga memancarkan "aura orang susah". Dan mem-broadcast kesusahan untuk mendapat belas kasihan ternyata bukanlah jalan yang ditempuh orang-orang sukses yang dulunya pernah hidup susah.

Dalam surat wasiatnya, konon Aristotle Onassis menyebutkan dua hal dari beberapa kunci untuk meraih kesuksesan. Dan dua hal tersebut adalah saran untuk menutupi 'kesusahan'.

  1. Usahakan tersenyum, jangan suka cemberut. Perlihatkan bahwa segalanya beres dan tunjukkan bahwa hidupmu sehari-hari selalu tampak menyenangkan.
  2. Jaga penampilanmu. Jangan pernah memperlihatkan dan menceritakan kemelaratanmu kepada siapapun. Karena biasanya orang benci pada orang yang melarat.
Dan kemudian saya menemukan bahwa perintah untuk tidak memperlihatkan kesusahan ternyata telah disabdakan pula oleh Nabi Muhammad SAW sejak lama.

Pada jaman Rasul, ada seorang laki-laki di antara sahabat Rasulullah saw. yang kondisinya sangat berkekurangan. Suatu hari, istrinya memintanya untuk menemui Rasulullah SAW dan meminta bantuan kepada beliau.

Lelaki itu kemudian segera menemui Rasulullah SAW untuk meminta bantuan. Tapi Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang meminta kepada kami, maka kami akan memberinya, tetapi jika dia menunjukkan bahwa dirinya tidak membutuhkan sesuatu, maka Allah-lah yang akan mencukupinya."

Merasa Sabda Rasulullah tersebut ditujukan padanya, dia pun segera pulang ke rumah dan menceritakan hal itu pada istrinya. Tapi sang istri malah berkata, "Rasulullah SAW juga manusia", dan meminta suaminya untuk kembali mendatangi Rasulullah SAW.

Untuk kedua kalinya, lelaki itu datang menemui Rasulullah SAW, tetapi dia tetap mendengar sabda yang sama. Begitu pula ketika dia datang untuk ketiga kalinya. Akhirnya, dia memutuskan untuk menemui salah seorang temannya dan meminjam sebuah golok.

Di pagi hari, dia pergi ke gunung untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian menukarnya dengan setengah kilogram tepung gandum, lalu membuat roti dan dimakan bersama istrinya. Esok harinya, dia semakin bersemangat mencari kayu dan berhasil mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah cukup banyak. Semakin hari semakin banyak kayu yang dikumpulkannya, sehingga dia bisa membeli sebuah golok.

Dikarenakan usahanya yang gigih itu, tak lama kemudian dia mampu membeli dua ekor unta dan seorang budak. Lambat laun dia pun menjadi orang yang kaya raya. Suatu hari, dia kembali menemui Rasulullah SAW lalu menceritakan kisah hidupnya. Rasulullah SAW pun bersabda,"Saya telah katakan bahwa siapa saja yang menampakkan dirinya tidak berkekurangan, maka Allah akan mencukupinya."

Ya Alloh, ampuni aku karena seringkali memperlihatkan kesulitanku pada orang lain, padahal hanya Engkaulah yang akan mencukupi kebutuhanku dengan berbagai cara yang indah dan menyenangkan.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hari ini saya bahagia sekali bisa berkumpul bersama kawan-kawan dari sebuah milis untuk acara buka puasa bersama yang diadakan di rumah salah seorang anggota milis. Yang lebih membuat saya bahagia adalah banyaknya pencerahan yang saya dapatkan. Salah satu pencerahan tersebut adalah topik tentang "Pencarian kebahagiaan".

Menurut Mas Gobind, teman yang baru saya kenal dalam gathering tersebut, manusia kecanduan dengan yang namanya "Kebahagiaan". Saya setuju, karena pada dasarnya yang kita cari dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan. Bahkan untuk mencari rasa bahagia tersebut, orang rela melakukan berbagai cara, termasuk cara yang salah seperti menggunakan narkoba yang tujuan sebenarnya adalah untuk sekedar 'mencicipi' rasa bahagia dengan cara merangsang hormon-hormon yang menimbulkan perasaan bahagia.

Kekeliruan seringkali terjadi dalam pencarian kebahagiaan, yaitu mencari kebahagiaan yang diwakili oleh simbol-simbol materi, padahal semua itu bukanlah kebahagiaan hakiki, karena pencarian tersebut dilakukan "di luar", sedangkan yang harus dicari sebenarnya ada "di dalam".

Mungkin anda pernah mendengar kisah tentang Nasruddin yang mencari jarum yang hilang. Dia kehilangan jarum itu di dalam rumah, tapi anehnya dia malah mencarinya di luar rumah, dengan alasan di dalam 'gelap' dan di luar 'terang'. Begitu pula dengan kebanyakan orang yang mencari kebahagiaan di luar dirinya, padahal kebahagiaan yang dicari itu berada di dalam dirinya, atau lebih tepatnya ada di 'hati'nya. Orang sibuk mencari kebahagiaan di luar karena tak mampu melihat ke dalam dirinya, karena di dalam 'gelap'. Padahal dalam kegelapan tersebut telah tersedia segala kesenangan dan kebahagiaan yang tak membutuhkan persetujuan dari dunia luar.

Kebahagiaan adalah pilihan, bukan hasil akhir. Jika kita bisa memilih untuk bahagia saat ini juga, kenapa harus bersusah payah menunggu lengkapnya simbol-simbol materi yang tak akan kunjung memuaskan dahaga dan tak jelas kapan pencapaiannya?

Pencarian kebahagiaan seharusnya dilakukan ke dalam, bukan keluar. Karena kebahagiaan adalah kondisi hati. Kita hanya perlu menyalakan cahaya hati berupa "kesadaran" untuk memilih dan menemukan kebahagiaan dalam diri. Karena disaat cahaya hati mulai menyala, maka pada saat itulah kita akan mulai mengundang berbagai kemudahan hidup.

"Change your inner world first. Not the outer world".

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Sebuah persepsi dari seorang teman membuat saya gatal untuk berkomentar. Karena persepsi tersebut mengatakan, "Cuma orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkan keajaiban". Dengan kata lain, seolah yang berhak mendapat keajaiban adalah 'orang-orang pilihan'.

Untuk menjawab pendapat tersebut, saya pun menjawab dengan tegas, "YA!"

Karena orang yang bisa mendapat keajaiban hanyalah:

"Orang yang percaya pada keajaiban".

Keajaiban hanya ada untuk mereka yang percaya. Tuhan hanya ada untuk mereka yang percaya. Jika kita tidak percaya keajaiban Tuhan, bagaimana bisa kita mendapatkan keajaiban-Nya?

Albert Einstein mengatakan, "Hanya ada dua cara menjalani kehidupan. Pertama adalah seolah tidak ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban."

Jadi jika anda merasa tidak pernah mendapatkan keajaiban, mungkin anda termasuk orang dengan ciri-ciri berikut ini.

* Tidak percaya keajaiban
* Tidak yakin bisa mendapatkan keajaiban
* Menempatkan diri sebagai orang yang tidak layak mendapat keajaiban
* Merasa tidak pantas mendapat pertolongan Tuhan
* Dari waktu ke waktu hanya bisa mengeluh, menyalahkan diri, menyalahkan orang lain dan keadaan
* Ingin berubah tapi masih berfokus pada rasa kekurangan dan ketidakmampuan

Tetapi terlepas dari itu semua, secara disadari atau tidak, sebenarnya keajaiban selalu terjadi dan tak pernah berhenti.

Jika sampai saat ini anda masih banyak hutang dan sering kehabisan uang, bukankah suatu keajaiban anda masih survive sampai saat ini meskipun berkali-kali kehabisan uang untuk makan, belum lagi didesak oleh penagih hutang yang kadang dibarengi ancaman?

Jika anda berulang kali disakiti dan ditinggal pergi oleh orang yang anda cintai, bukankah suatu keajaiban anda masih bertahan dan tidak gantung diri? Bahkan anda masih terus mencari dan menantikan hadirnya sang cinta sejati.

Tuhan sesuai dengan persangkaan kita kepada-Nya. Tuhan tidak mungkin ingkar dengan janji-janji-Nya. Kalau memesan taksi saja kita yakin taksi itu akan datang menjemput kita, kenapa kita tidak bisa seyakin itu ketika mengharapkan keajaiban-Nya?

Buatlah keputusan bahwa mulai hari ini dan seterusnya anda pun layak dan pantas mendapatkan keajaiban Tuhan.


Lanjut Gan...
Horang Kayah

"The universe cannot put good into your hand, until you let go of what you are holding in it." (Randy Gage)

Sekitar pukul 3 sore kemarin, seorang sahabat menelepon saya untuk berbincang-bincang ditambah sedikit curhat. Ditengah perbincangan tersebut sempat kami menyinggung soal keuangan, dimana menurut dia saya lebih beruntung karena masih punya sisa uang lebih banyak, sedangkan dia hanya tinggal memiliki 50 ribu di tabungannya, karena dia punya proyek hidup yang sama dengan saya yaitu proyek "Besar pasak daripada tiang". Photobucket

Lalu entah dapat wangsit dari mana saya tiba-tiba teringat tentang "The Law of Vacuum" yang merupakan salah satu dari sekian banyak hukum alam. Langsung saja saya utarakan padanya bahwa alam semesta tidak menyukai kekosongan, jadi segala sesuatu yang kosong pasti akan terisi. Contoh paling mudah adalah, jika kita berjalan di pasir pantai, kita pasti akan meninggalkan jejak kaki. Tetapi jejak itu tak akan bertahan lama, karena angin dan ombak akan menutupi jejak kaki tersebut dengan pasir yang baru.

Obrolan yang berlangsung sekitar setengah jam itu pun usai. Saya hanya berharap semoga apa yang saya ceritakan bisa sedikit menghiburnya.

Kurang lebih dua jam kemudian, teman saya menelepon lagi, saya pikir dia mau curhat lagi. Ternyata...nada suaranya berbunga-bunga karena dia melaporkan keajaiban yang baru saja dia alami! Dia bilang kaget karena ketika menarik uang di ATM yang seharusnya adalah uang terakhir di rekeningnya...ternyata tercatat saldo masih sisa Rp.150 ribu rupiah. Entah dari mana uang itu berasal, tapi langsung saja dia tarik uangnya dan dengan gembira menuju mini market untuk belanja. Dan ketika membayar di kasir, dia terkejut karena mendapat diskon yang cukup besar untuk minyak sayur yang dibelinya. Wow, what a miraculous life! The Law of Vacuum works!

Tentu saja menerapkan The Law of Vacuum tidak berarti anda harus mengosongkan isi dompet dulu lalu berharap ada uang jatuh dari langit mengisi dompet anda Photobucket.

Inti dari The Law of Vacuum yang bisa diterapkan dalam kehidupan dalam batas pemahaman saya adalah, "Untuk mengisikan sesuatu yang baru ke dalam hidup kita, seringkali kita harus mengosongkan dulu wadah yang kita miliki". Dan wadah tersebut adalah "Pikiran kita".

Jika kita masih mempertahankan sesuatu yang negatif, maka tak akan ada ruang untuk hal yang positif.
Jika kita masih ngotot mempertahankan pola pikir yang sudah jelas-jelas tidak lagi mendukung kehidupan kita, maka tak akan ada ruang untuk perubahan menuju hidup yang lebih baik.

Jika kita masih memendam benci, dengki, iri hati, kesedihan, dan emosi negatif lainnya, jangan harap kebaikan akan datang pada kita.

Jika kita ingin cinta yang indah tapi masih mempertahankan cinta lama yang justru malah menyakiti, maka tak akan ada ruang untuk cinta baru yang lebih baik.

Jika kita ingin kaya tapi masih menganggap uang adalah akar segala kejahatan, maka jangan harap kita bisa kaya.

Kosongkan pikiran dan perasaan anda dari segala beban emosi negatif, dan niatkan untuk mengisinya dengan hal yang positif, The Law of Vacuum akan bekerja mengisi kekosongan tersebut sesuai arahan pikiran anda.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Menyaksikan Mario Teguh Golden Ways selalu saja ada hal baru yang bisa dipetik, meskipun saya tidak selalu bisa sepenuhnya memahami semua hal yang disampaikan oleh beliau. Minggu lalu, sebuah petuah dari beliau terasa mengena di hati saya, ketika beliau menyampaikan suatu hal yang intinya adalah, bahwa Tuhan Maha Penolong, tetapi yang seringkali terjadi adalah, meminta tolong kepada Tuhan dijadikan jalan terakhir ketika tak ada lagi seorangpun yang bisa menolong kita.

Saya jadi merasa tersindir, karena teringat disaat saya punya masalah seperti disaat saya butuh uang, seringkali hal pertama yang saya lakukan adalah mencari teman yang bisa dipinjami. Dan ketika tak ada lagi yang bisa meminjamkan uang, barulah saya panjatkan doa pada-Nya. Benar-benar ironis. Tuhan yang Maha Penolong malah dijadikan nomor dua, bahkan nomor terakhir setelah upaya maksimal dilakukan. Ini adalah suatu pola pikir yang kurang tepat, karena terbiasa dengan dengan pepatah yang mengatakan, "Ikhtiar dulu baru tawakal".

Saya teringat Ustadz Yusuf Mansur pernah mengatakan bahwa jalur yang benar ketika mengupayakan sesuatu adalah adalah, "Allah --> Ikhtiar --> Allah". Kita minta dulu pada Tuhan, minta diberi jalan dan kemudahan untuk mencapai hal yang kita inginkan, kemudian barulah berikhtiar, dan setelahnya...kembalikan lagi semuanya pada Tuhan. Bahkan bisa dikatakan bahwa ikhtiar dan tawakal itu adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, 100% Ikhtiar = 100% tawakal.

"Tapi kan...saya butuh uang saat ini juga! Ini masalah urgent! Ini masalah hidup dan mati! Mana mungkin saya berdoa terus tiba-tiba uang jatuh dari langit?"

Memang, uang tak mungkin tiba-tiba jatuh dari langit, walaupun kita sering mendengar keajaiban yang terjadi secara instan disaat seorang hamba Tuhan membutuhkan pertolongan-Nya. Tetapi bukan uang yang jatuh dari langit yang kita harapkan ketika berikhtiar dengan memanjatkan doa terlebih dahulu kepada-Nya. Karena pertolongan tersebut bisa juga berupa tindakan yang terinspirasi, bahkan walaupun tindakan yang terinspirasi itu berupa "minta bantuan pada seseorang", karena Insyaalloh kita ditunjukkan jalan untuk minta bantuan pada orang yang tepat yang ditunjuk oleh-Nya.

Berdasarkan pengalaman, ketika sebuah ikhtiar untuk minta bantuan pada orang lain didahului dengan doa, atau minimal diawali dengan ucapan "Bismillah", maka yang terjadi biasanya adalah:

1. Kemudahan dalam mendapatkan bantuan yang dibutuhkan
2. Tidak berhasil mendapatkan bantuan sama sekali dari orang-orang yang kita
harapkan, tetapi kemudian mendapatkan pertolongan dari-Nya dari arah yang tak
terduga.

Semoga mulai saat ini dan seterusnya kita mampu menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu menomorsatukan Tuhan agar kita bisa naik peringkat menjadi pribadi yang mudah disetujui keinginannya, dan mudah mendapatkan pertolongan-Nya.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Hidup kita saat ini adalah hasil dari keputusan-keputusan hari kemarin. Baik atau buruk, semua adalah hasil keputusan kita sendiri. Tuhan tidak pernah mendzalimi manusia, tapi manusialah yang mendzalimi diri sendiri. Seringkali manusia menyalahkan Tuhan karena masalah yang dia buat sendiri, atau menyalahkan Tuhan karena merasa Tuhanlah yang menjadikan mereka orang yang selalu salah membuat keputusan.

Seorang pensiunan memutuskan untuk menggunakan uang pensiunnya demi ikut investasi dalam sebuah bisnis "menguntungkan" yang ditawarkan oleh sahabatnya. Belum sebulan, ternyata ketahuan kalau bisnis itu fiktif, sahabatnya menghilang entah kemana, dan raib pula lah uang pensiunnya.

Seorang pria diperingatkan oleh teman-temannya untuk tidak menikahi seorang wanita yang dia cintai karena menurut teman-temannya, wanita itu tidak baik untuknya. Tapi tetap saja dia memutuskan untuk menikahi wanita itu. Dan ternyata di kemudian hari wanita itu meninggalkannya demi pria lain. Sang pria pun larut dalam penyesalan karena tidak mau mendengarkan nasehat teman-temannya.

Jika dianalisa secara umum, dua contoh kasus di atas berawal dari keputusan yang salah. Tetapi jika kita mau memandangnya dari sisi positif, sebenarnya tidak ada keputusan yang salah. Benarkah begitu?

Ya, karena seseorang membuat keputusan berdasarkan pengetahuan dan sumber-sumber yang dia miliki "pada saat itu".

Pensiunan dalam cerita di atas menginvestasikan uangnya berdasarkan pengetahuan dan sumber yang dia miliki saat itu, yaitu "Bisnis ini dikelola oleh sahabatnya, dan bisnis ini menguntungkan."

Pria dalam cerita di atas hanya memiliki pengetahuan dan sumber-sumber yang baik tentang wanita yang dia cintai. Dia merasa lebih tahu siapa kekasihnya, sehingga tidak menghiraukan nasehat teman-temannya.

Seorang wanita yang memutuskan untuk menjual tubuhnya karena terdesak kebutuhan hidup kemungkinan tidak memiliki pengetahuan dan sumber-sumber lain untuk keluar dari masalah hidupnya. Yang terpikirkan hanyalah "solusi yang cepat", walaupun berakibat penyesalan. Walaupun sebenarnya ada solusi lain yang lebih baik, tapi dia tak mampu melihatnya "saat itu", sehingga itulah keputusan terbaik yang bisa dia lakukan "saat itu".

Pepatah mengatakan, "Jangan sesali langkah yang telah kita ambil".
Pepatah lain mengatakan, "Lakukan saja walaupun hasilnya salah".

Meski demikian bukan berarti kita bebas sembarangan membuat keputusan yang salah. Bukan berarti kita boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan keputusan yang salah. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah "perubahan persepsi" agar kita tidak menyesali langkah dan keputusan yang telah kita ambil, jika ternyata hasilnya salah. Karena sesungguhnya tak ada satu pun hal yang sia-sia dalam kehidupan ini. Selalu ada pembelajaran yang bisa diambil dari suatu kesalahan, dan selalu ada solusi untuk keluar dari masalah yang disebabkan oleh kesalahan keputusan.

Kesalahan membuat keputusan adalah sebuah proses yang diperlukan untuk menyingkap tirai kebenaran yang akan menjadikan kita pribadi yang lebih tangguh dan lebih siap dalam menerjang arus kehidupan.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Bulan ini adalah saat-saat kritis bagi saya, karena ada sejumlah hutang yang jumlahnya sangat besar yang harus dibayar. Karena waktu sudah mepet, saya coba pinjam pada teman-teman yang saya perkirakan punya, tapi...seperti biasa saya harus kecewa karena tak ada yang bisa meminjamkan, apalagi jumlahnya cukup besar. Tak bisa dihindari kegelisahan pun melanda. Tapi saya berusaha tetap yakin akan ada jalan. Selama itu pula saya hanya berusaha ikhlas menerima perasaan cemas dan khawatir, pokoknya saya gunakan segala cara mulai dari sholat tahajud, sholat dhuha, sholat hajat, menulis afirmasi, menggunakan LOA, dll. Sehingga sehari-harinya ketika kecemasan itu datang saya hanya bisa pasrah menerima perasaan tersebut datang dan membiarkannya menguap dengan sendirinya.

Dalam tulisan di wall FB, Mbak Irma Rahayu, seorang sahabat dan mentor saya dari Emotional Healing Group Therapy dengan gaya nylenehnya Photobucket mengatakan, "Tenang aja, bentar lagi rezekinya datang tuuuh..."

Membaca tulisan dia, saya hanya tersenyum, "Terima kasih atas dorongan semangat dan sugestinya", kata saya dalam hati.

Waktu terus berlalu semakin mendekati akhir bulan, dan saya hanya memegang keyakinan bahwa Tuhan pasti tak akan membiarkan saya sengsara. Kemudian di suatu pagi, dalam sujud akhir sholat Dhuha, saya ungkapkan keinginan saya pada-Nya, dengan meminta, "Ya Alloh, aku butuh 10 juta dulu untuk bulan ini, bukakanlah jalan untuk itu..."

Di kemudian hari barulah saya tahu bahwa disaat yang sama, ibu saya juga dalam sholatnya memanjatkan doa memohon pada-Nya agar saya diberikan rezeki, karena ibu saya sangat sedih ketika mendengar saya sudah tak punya ongkos lagi karena kehabisan uang padahal gajian masih jauh.

Hari kamis tanggal 27 September, karena gaji sudah masuk, saya pun pulang Ke Bandung untuk berlibur selama seminggu. Ketika menunggu mobil travel disiapkan untuk keberangkatan pukul 12 siang, mendadak ibu saya menelepon, dan dengan nada yang berbunga-bunga ibu mengatakan bahwa ada telepon dari Telkomsel yang memberitahukan bahwa saya menang undian Rp.10 Juta.

Mendengar itu saya langsung sinis, saya bilang pada ibu untuk tidak percaya begitu saja, soalnya hari gini banyak penipuan. Tapi ibu saya menyuruh saya mendengarkan percakapan telepon antara adik saya dengan orang yang mengaku dari Telkomsel tersebut yang saat itu masih berlangsung. Sayup-sayup di latar belakang saya mendengar percakapan adik saya dengan orang yang mengaku dari Telkomsel tersebut. Lalu setelah selesai bicara, adik saya pun menginformasikan pada saya bahwa orang Telkomsel tersebut meminta saya datang langsung ke Grapari Telkomsel Bandung untuk konfirmasi. Jantung saya berdebar kencang, penasaran "Apa iya ini betulan?" Lalu saya pun meminta adik saya untuk menjemput di Bandung, agar bisa antar saya langsung ke Grapari Telkomsel.

Pukul 14.17 saya pun tiba di Bandung, adik saya sudah menunggu, lalu kami berangkat ke Grapari Telkomsel Jalan Banda. Setiba di sana, kami pun mencari orang yang menelepon tadi, dan ternyata...orangnya benar-benar ada. Dan yang lebih mengejutkan lagi sampai membuat saya gemetar, ternyata saya benar-benar menang Rp.10 Juta dari undian Telkomsel poin. Allohu Akbar! Pertama kalinya dalam hidup, saya menang undian yang saya tidak pernah menyangkanya. Bahkan saya tidak merasa pernah ikut undian tersebut.

Tiba di rumah, misteri pun terungkap, ternyata pada bulan Juni kemarin, adik saya yang paling bungsu mengikutsertakan saya dalam undian Telkomsel Poin melalui internet, karena kartu Halo yang digunakan untuk akses internet Telkomsel Flash terdaftar atas nama saya. Adapun adik saya ikut undian itu tujuannya karena dia ingin membeli Playstation 3 yang harganya sudah turun jadi 3 jutaan.

Lalu sehabis rembukan sekeluarga untuk membicarakan penggunaan uang hadiah tersebut, adik bungsu saya mengikhlaskan keinginannya untuk membeli PS3, dia ikhlas tidak jadi beli PS3 dan merelakan sebagian besar uang hadiah itu untuk membayar hutang saya.

Alhamdulillah...terima kasih Ya Alloh...aku minta 10 juta Kau benar-benar berikan 10 juta. Terima kasih Kau karuniai aku seorang ibu yang penyayang dan selalu mendoakan anaknya. Terima kasih Kau karuniai aku seorang adik yang sholeh dan pengertian.

Ibu, terima kasih atas doa-doamu yang selalu kau panjatkan setiap waktu...tak akan pernah mampu aku membalas jasa dan pengorbananmu Photobucket

Adikku, terima kasih atas ikhtiar dan keikhlasanmu...Insyaalloh pengorbananmu tidak sia-sia, dan keinginanmu untuk memiliki PS3 akan terwujud Photobucket

I really love my family Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Saya merasa beruntung memiliki banyak teman dan mentor yang selalu memberi semangat disaat saya down.

Ya, ada kalanya saya menyemangati orang lain, tapi di saat yang lain, saya butuh diberi semangat oleh orang lain. Saya tidak mau sok spiritual, sok ikhlas, sok kuat, kalau lagi down ya down saja, itu wajar karena saya hanyalah manusia biasa. Bahkan setahu saya, para motivator, mind trainer atau apapun gelar yang mereka sandang, mereka juga bisa down sekali waktu. Hanya bedanya, mereka tidak mau berlama-lama berada dalam kondisi negatif tersebut, karena mereka tahu persis mempertahankan negative state jelas tidak akan mendukung pencapaian keinginan mereka.

Begitu pula yang saya rasakan, disatu saat saya bisa merasa sangat optimis, tapi disaat yang lain saya bisa sangat pesimis, terutama ketika menghadapi hal-hal yang sifatnya urgent, seringkali saya panik dan lupa untuk menggunakan tehnik-tehnik ilmu pengembangan diri yang pernah saya pelajari. Disaat seperti itu, semua ilmu tersebut serasa tak berguna, karena masalah ada di depan mata dan harus diselesaikan dengan cepat, tidak bisa diselesaikan hanya dengan bersikap positif lalu...TUINGG! It's solved like magic. Tapi optimisme harus tetap dipertahankan, karena mengeluh jelas tidak akan menyelesaikan masalah. At least berpikir positif jauh lebih menguntungkan daripada berpikir negatif.

Memang seringkali saya dapat solusi yang ajaib, tapi sering juga saya harus take action yang hasilnya hanya solusi sementara, dan bersambung ke masalah lain. Kadang lelah menghadapi masalah yang begitu-begitu saja bahkan cenderung memburuk, seolah saya hanya berputar-putar di dalam lingkaran setan. Tapi disaat seperti itu saya hanya punya keyakinan, saya hanya mampu menggenggam keyakinan bahwa badai pasti berlalu. Bahwa saat tergelap dalam malam adalah saat-saat menjelang datangnya pagi, bahwa langit akan cerah setelah hujan badai yang deras, bahwa kesulitan dan kemudahan itu adalah dua sisi dari mata uang yang sama yang berarti ada kemudahan di balik setiap kesulitan. Bahkan pepatah mengatakan, "Dalam satu kesulitan ada dua kemudahan". Tuhan maha pengasih, Dia selalu ada untuk mereka yang percaya.

Sejauh ini telah banyak rintangan dan masalah yang terkadang membuat diri ini nyaris tenggelam dalam keputusasaan. But somehow...I survive. So, jika kemarin-kemarin saya bisa survive, begitu pula saat ini dan seterusnya. Not only survive, but I'll get out from this situation and jump up toward the better life!

Can I?
Can dong...
Must can lah... Photobucket

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Suatu kejadian tak terduga mengharuskan saya membayar sejumlah uang yang nilainya hanya 200 ribu rupiah, tapi saya sudah tidak punya uang sebanyak itu, saya hanya punya sedikit sisa uang untuk beberapa hari sebelum gajian tiba. Dan saya hanya diberi waktu sampai jam 6 sore.

Terus terang, disaat urgent seperti itu saya sulit untuk berpikir jernih. Yang terpikirkan hanyalah bagaimana cara mendapatkan uang itu. Saya seperti kehilangan akal, saya membayangkan dapat transferan, mengharapkan uang jatuh dari langit. Lalu saya pun pergi ke ATM untuk mengecek saldo, dan tentu saja...tidak terjadi apa-apa. Di rekening saya hanya ada saldo yang tinggal 10 ribuan lagi.

Kemudian saya coba pinjam pada teman, tapi tidak berhasil karena teman-teman pun sedang krisis di tanggal-tanggal tua seperti ini. Akhirnya terpikirkan untuk menarik cash dari kartu kredit. Tapi...ternyata saldo kredit yang tersedia sudah tidak memungkinkan untuk menarik cash.

Kemudian barulah saya sadar, saya pun berusaha me-release kecemasan sambil dibarengi istighfar. Setelah perasaan mulai nyaman, saya tiba-tiba teringat kalau bulan lalu saya dapat proyek terjemahan yang belum dibayar. Tapi sistim administrasi yang diberlakukan di penerbit tersebut membuat transferan honor hanya bisa dilakukan 2 kali dalam sebulan. Dan itu artinya seharusnya saya sudah dapat honornya bulan ini. Saya pun menelepon penerbit, tapi alangkah shocknya saya ketika mendengar kabar bahwa terjadi kesalahan di bagian keuangan yang menyebabkan honor saya baru bisa dibayar bulan depan. Kesal tentu saja, tapi saya berusaha tetap tenang dan mengikhlaskannya.

Kemudian saya ingat lagi, ada klaim uang kesehatan yang belum di-reimburse. Saya tanya ke admin kantor, tapi kembali saya lemas, karena ternyata reimburse uang kesehatan saya baru akan dibayarkan tanggal 25. Lemas sudah rasanya, bahkan mendekati putus asa. Saya tidak tahu harus kemana lagi cari uang. Pulang ke kostan, saya terduduk lemas di lantai kamar, sampai menitikkan air mata karena merasa tak berdaya. Waktu semakin merayap mendekati maghrib, saya hanya bisa berusaha me-release kesedihan dibarengi dengan istighfar. Dan tak lama kemudian, perasaan saya terasa seperti berada di awang-awang, terasa mengambang, pasrah total...saya hanya bisa berkata dalam hati, "Terjadilah apa yang harus terjadi..."

Beberapa saat kemudian, saya dikejutkan oleh SMS yang masuk. Dengan malas saya meraih HP, "Paling juga yang kirim ucapan selamat puasa," pikir saya, karena dari pagi saya menerima ucapan selamat puasa tanpa henti. Tetapi...alangkah kagetnya saya, karena ternyata itu adalah notifikasi SMS Banking yang menginformasikan adanya transferan sejumlah Rp.190.000 masuk ke rekening saya. Dari jumlahnya saya tahu itu reimburse uang kesehatan yang menurut admin kantor baru akan dibayarkan tanggal 25.

Merasa dapat keajaiban, saya langsung melesat ke ATM, dan karena di rekening saya masih ada saldo 10 ribuan, maka saya bisa genap mendapatkan uang sejumlah 200 ribu rupiah, persis seperti yang saya butuhkan. Saya pun langsung mentransfernya ke pihak yang meminta, sehingga pembayaran bisa dilakukan tepat pada waktunya.

Setiba kembali di kostan, saya sampai sujud syukur sambil berlinang air mata, saking merasa bahagia Tuhan mengabulkan permintaan saya. Mungkin orang bisa bilang itu kebetulan, tapi bagi saya tak ada yang namanya kebetulan, itu adalah sebuah keajaiban besar, sebuah bukti dari kekuatan pasrah, berserah diri...total surrender, karena jika tak ada orang yang bisa menolong, siapa lagi yang bisa selain Tuhan.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Sebuah artikel dari seorang mentor saya membuat saya merasa mendapat tamparan keras di wajah. Betapa tidak, saya merasa tersindir dengan kalimat-kalimat dalam artikel tersebut, dimana dikatakan bahwa kita kebanyakan memakai topeng. Topeng tersebut bisa berupa topeng sok ikhlas, topeng sok spiritual, topeng sok bijak, dan lain-lain topeng yang menutupi kepribadian dan perilaku kita yang sebenarnya. Dan yang lebih menampar lagi adalah kalimat yang menyatakan bahwa seringkali kita memakai topeng tersebut untuk mendapatkan PENGAKUAN, PENGHARGAAN dan PUJIAN dari orang lain, agar terlihat sempurna di mata orang lain.

Saya jadi resah dan merenung. Entah sudah berapa banyak nasehat-nasehat kebaikan yang saya lontarkan pada orang lain yang membuat mereka merasa tersentuh, tapi saya sendiri sebenarnya belum sepenuhnya mampu melaksanakan nasehat yang saya ucapkan tersebut. Kalau begitu saya tak ada bedanya dengan calo angkot, hanya bisa mengajak orang menaiki angkot, tapi dianya sendiri belum tentu ikut. Dengan kata lain saya menyerukan kebaikan tapi saya sendiri belum melaksanakannya.

Saya juga merenungkan apakah selama ini saya memberikan petuah pada orang lain hanya karena ingin dihargai? Ingin diakui? Ingin disebut hebat? Saya merasa miris karena tidak bisa menutupi adanya bagian diri saya yang menjawab , "YA". Karena saya tak ingin terlihat lemah, saya ingin terkesan bijak dan ingin menjadi problem solver bagi orang lain.

Tetapi hal tersebut berakibat fatal karena menjadikan saya memakai topeng tanpa saya sadari. Karena di satu komunitas saya bisa menjadi pribadi yang positif yang dikagumi orang. Tetapi sebaliknya, di komunitas yang lain saya bisa menjadi orang yang sangat negatif yang sering mengeluh, sehingga tidak menyenangkan bagi orang-orang di komunitas tersebut. Dan itu berarti selama ini nasehat-nasehat kebaikan yang saya sampaikan pada orang lain hanyalah OMDO alias omong doang.

Untuk itu saya harus minta ampun pada Yang Maha Kuasa jika terbersit niat tidak baik di balik hal-hal yang saya sampaikan pada orang lain. Saya juga harus minta maaf pada diri sendiri atas ketidakjujuran dan keengganan untuk mengakui bahwa di balik ucapan-ucapan kebaikan yang saya sampaikan, sebenarnya ada pemberontakan di dalam hati karena merasa membohongi diri dengan mengatakan hal-hal yang saya pun belum mampu melaksanakannya.

Tetapi kemudian saya sampai pada satu perenungan yang mengatakan bahwa, jika dalam konteks "Ingin dihargai, ingin diakui, dan ingin dipuji", maka kebaikan yang kita sampaikan tak lebih dari teriakan yang bersembunyi di balik topeng kemunafikan.

Tetapi dalam konteks dakwah, menyampaikan kebaikan walaupun hanya satu ayat adalah kewajiban. Dan orang yang menyampaikannya tak perlu sempurna. Bahkan penjahat sekalipun bisa mengucapkan kata-kata bijak yang menyentuh perasaan. Lalu jika nasehat bijak tersebut datang dari seorang penjahat, apakah kita lantas harus menolak mentah-mentah dan tidak mau melaksanakannya hanya karena melihat siapa yang menyampaikannya? Padahal nasehat tersebut jelas-jelas terasa meresap di hati kita? Apakah kita akan bertindak tidak jujur pada diri sendiri dengan menepis nasehat yang baik itu? Pepatah mengatakan yang penting bukanlah "Siapa yang bicara, tapi apa yang dia bicarakan". Pencerahan bisa datang dari siapa saja, karena ketika apa yang disampaikan seseorang adalah kebaikan, itu artinya Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui perantara lidah dan lisan orang tersebut, tak peduli siapapun orangnya.

Mungkin kita sering menasehati orang lain untuk ikhlas, tapi sebenarnya kita juga belum mampu untuk ikhlas. Mungkin kita sering menghibur orang agar jangan bersedih, padahal kita juga sedang bersedih. Tapi pepatah bijak mengatakan, "Helping others will make you feel better." "If you want to cheers you up, cheers someone else up." Memberi semangat pada orang lain seringkali menimbulkan perasaan lega pada diri kita sendiri. So, jika nasehat kita bisa membuat orang lain merasa lebih baik walaupun keadaan kita tidak lebih baik dari orang yang kita nasehati, why not? Bukankah kita juga akan merasakan kebahagiaan ketika melihat orang yang kita bantu terlihat bahagia? Walaupun kebahagiaan itu hanya sekelumit dan sekejap, tapi kita harus jujur bahwa kita merasakan kebahagiaan itu.

Kita manusia adalah mahluk sosial. Kita saling membutuhkan. Satu saat kita bisa menjadi penasehat untuk orang lain, tapi di saat yang lain kita juga membutuhkan nasehat orang lain. Belum mampu melakukan kebaikan yang kita ucapkan bukan berarti kita diharamkan untuk mengucapkannya. Karena jika nasehat kita itu bermanfaat bagi orang lain, maka Tuhan pun akan mencatatnya sebagai kebaikan.

Yang penting kita memiliki kesadaran penuh untuk mengucapkannya dengan rasa rendah hati, jujur pada diri sendiri dan mengakui bahwa kita pun belum mampu melaksanakannya, tapi punya niat untuk menjalankannya, dan berusaha untuk menjalankannya. Yang penting adalah konsistensi usaha kita untuk memperbaiki diri. Kita bisa menasehati orang, maka kita pun harus berusaha untuk bisa menjalankan nasehat tersebut, karena nasehat yang kita ucapkan pada intinya adalah nasehat untuk diri sendiri. So, ketidaksempurnaan kita bukan berarti kita harus berhenti menyerukan kebaikan. Yang penting kita harus memiliki kesadaran penuh bahwa kita tidak bicara di balik topeng untuk mendapatkan penghargaan, pengakuan dan pujian dari orang lain. Dan yang lebih penting lagi, Kita tidak harus hebat untuk memulai, tapi kita harus memulai untuk jadi hebat.

Orang yang sukses adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan terus berusaha agar semakin hari semakin baik, semakin memiliki sifat yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik. Saya sangat yakin bahwa Tuhan tidak melihat hasil akhir, tapi Dia melihat seberapa besar usaha kita untuk mencapai kebaikan sesuai dengan yang di-Firmankan-Nya.

Just my 2 cents :)

Lanjut Gan...