Horang Kayah

Tahun 2009 segera berlalu, saya mengambil buku Goal Praying saya dan mengevaluasi kembali apa yang telah saya capai di tahun ini. Ketika saya baca satu per satu, jujur ada rasa kecewa ketika melihat masih banyak cita-cita saya yang belum tercapai di tahun ini, walaupun saya sudah yakin bisa mencapainya tahun ini. Tapi Tuhan lebih tahu kalau saya belum siap menerima semua itu. Dan hati saya cukup terhibur karena ternyata tidak sedikit yang terkabul dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Dan saya mencatat 90% keinginan saya untuk mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri ternyata terkabul :)

Tetapi setelah memikirkan cara terkabulnya doa tersebut, saya pun kembali teringat pada prinsip bahwa doa seharusnya spesifik. Karena cukup banyak pelatihan yang saya ikuti tapi ada yang cuma berbentuk preview, atau pelatihan singkat yang hanya sehari, dan tidak selengkap seperti pelatihan yang sesungguhnya. Meskipun demikian saya harus bersyukur karena Tuhan ternyata mengabulkannya. Paling tidak terkabul sebagian doa adalah lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tidak hanya dalam bidang pengembangan diri, dalam aspek lainnya pun ternyata banyak doa saya yang tidak spesifik sehingga yang terkabul adalah hal yang tidak spesifik. Dalam aspek bisnis misalnya, saya menulis seperti ini: "Saya mendapatkan berbagai peluang bisnis".

Yang terjadi adalah, peluang bisnis memang berdatangan, banyak orang yang menawari saya peluang bisnis, tapi tak satu pun yang menarik minat saya, dan kalaupun dijalani, ternyata tidak menghasilkan apa-apa selain pusingnya doang. Artinya cuma peluangnya doang yang datang. :D

Mungkin akan lain ceritanya jika saya menulis begini, "Saya mendapatkan peluang bisnis yang menarik, menyenangkan untuk dilakukan, profitnya besar, bermanfaat bagi orang banyak, dan saya bisa mengerjakannya dengan santai dari rumah."

Tidak spesifik dalam berdoa bukan berarti Tuhan tidak mengerti keinginan kita, tapi Tuhan ingin kita tegas pada diri sendiri tentang apa yang kita inginkan. Karena pada dasarnya apa yang kita doakan adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.

Seorang sahabat bercerita bahwa ketika dia berdoa minta jodoh, dia sebutkan secara spesifik ciri-ciri wanita yang ingin dia nikahi, mulai dari ciri fisik sampai sifat baik yang diinginkannya. Waktu itu dia tidak punya calon istri sama sekali, tapi dia membayangkan dan menggambarkan dengan jelas ciri-ciri orang yang dia inginkan meskipun wajahnya kabur karena dia tidak punya gambaran dengan siapa dia akan menikah, pacar saja tidak punya. Yang terjadi adalah, beberapa bulan kemudian dia bertemu dengan wanita yang ciri-cirinya persis seperti yang dia idamkan, dan tidak lama kemudian mereka pun menikah.

Ada satu hal yang menarik bahwa proses perwujudan Doa tidak selalu dalam bentuk yang menyenangkan. Misalnya Ketika kita berdoa ingin memiliki hati yang ikhlas, maka jangan heran jika banyak hal yang akan menguji keikhlasan kita. Tentu saja itu baik untuk kita, karena hanya melalui hal-hal seperti itulah keikhlasan yang sebenarnya akan teruji.

Saya ingat cerita sahabat saya pendiri Emotional Healing Indonesia, Irma Rahayu. Sudah sejak lama dia bercita-cita menjadi seorang healer yang membantu banyak orang untuk bebas dari beban emosi yang menjadi penghambat kemajuan hidup mereka. Yang terjadi adalah, dia malah ditimpa banyak musibah yang komplit mulai dari masalah kesehatan, relationship, dan keuangan. Dia pun mengalami depresi berat karena mendapatkan semua masalah itu secara sekaligus dan beruntun, sehingga pernah dia mencoba bunuh diri tiga kali tapi tidak mati-mati karena Tuhan menyelamatkannya.

Jika kita lihat dari pemaknaan yang positif, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa jika dia bercita-cita jadi seorang Emotional healer, adalah hal yang wajar ketika dia harus merasakan terlebih dahulu penderitaan orang-orang yang depresi, sehingga dia akan tahu apa rasanya depresi dan mencari cara untuk membereskan emosi-emosi negatif yang menjadi musuh paling besar dalam pencapaian kebahagiaan hidup. Sehingga pada akhirnya dia bisa menjadi seorang terapis yang bukan cuma bisa ngomong doang dan bukan cuma tahu ilmunya doang, tapi dia tahu persis dan paham apa yang dirasakan orang-orang depresi karena dia pernah berada di sana.

Contoh lain ketika kita minta diberikan rezeki yang halal dan berkah, jangan heran kalau yang terjadi adalah kondisi keuangan kita malah makin terpuruk, sering kehilangan uang entah itu karena ditipu, dicopet, dirampok dsb, sehingga malah banyak hutang. Apa pemaknaan yang bisa kita ambil? Tuhan sedang membersihkan harta kita dari harta yang tidak halal, karena sering terjadi kita tidak sadar darimana harta itu kita dapatkan. Segala sesuatu di dunia ini ada konsekwensinya. Contoh sederhana, jika anda suka menggunakan fasilitas kantor yang tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi, konsekwensinya pasti ada. Entah itu tiba-tiba ada pengeluaran mendadak senilai fasilitas kantor yang digunakan, atau kehilangan benda yang senilai dengan fasilitas kantor, atau apapun kerugian yang sebanding dengan hal yang anda lakukan. Wallahualam.

Tentu saja bukan berarti kita harus menghindar dari doa yang baik hanya karena takut prosesnya tidak menyenangkan. Memang butuh kesadaran yang cukup tinggi untuk bisa memaknai hal-hal baik di balik musibah dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Semua itu bukan berarti Tuhan menghukum kita, tapi Tuhan sedang mendidik kita karena Dia sangat sayang pada kita. Tentu saja Dia sudah sediakan solusinya. Karena itu kita tak perlu khawatir. Semua penyakit ada obatnya, semua masalah ada solusinya. It's just a matter of time...semua akan indah pada waktunya :)

So, saya mengingatkan diri sendiri agar lebih spesifiklah dalam berdoa. Semua keinginan kita yang baik pasti akan dikabulkan-Nya pada saat yang tepat sesuai dengan keinginan kita atau yang terbaik menurut kehendak-Nya.

Semoga tahun 2010 mendatang akan menjadi tahun kebangkitan bagi yang tengah terpuruk agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yang lebih penting, seiring tahun berlalu, semoga kadar keimanan kita semakin meningkat dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Aamiin.

Lanjut Gan...
Horang Kayah

Kurang lebih tiga bulan berlalu sejak saya mulai bergabung dengan tim Emotional Healing Indonesia. Selama itu pula saya menyaksikan sendiri betapa banyaknya orang yang menyembunyikan masalah, berusaha bersikap seolah semua baik-baik saja, tapi jauh di dasar hatinya, ada rasa tidak menerima, rasa ingin diakui, rasa takut, rasa tidak dihargai, rasa kesepian, rasa tidak yakin bisa mengatasi masalahnya, dan berbagai emosi negatif lainnya yang menghambat kehidupan mereka. Selama sesi terapi, saya menyaksikan banyak orang yang dari luar terlihat tangguh, tapi di dalam, mereka ternyata sangat rapuh.

Tapi yang membuat saya miris adalah banyak sekali mereka yang ternyata bermasalah dengan orang tuanya. Bahkan orang yang terlihat alim sekalipun ternyata memendam kebencian di masa lalu pada orang tuanya, entah itu pada ayah, ibu, atau keduanya sekaligus.

Tidak semua kebencian itu selalu dipicu oleh perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan secara terus menerus oleh orang tua. Kebencian juga bisa terjadi akibat sang anak menyaksikan pertengkaran orang tua, atau karena kejadian kecil yang membuat si anak merasa tidak dihargai. Tapi yang lebih memprihatinkan adalah adanya emosi-emosi negatif yang diwariskan orang tua pada anak, bahkan bisa bermula ketika anak tersebut masih berada dalam kandungan, atau dalam proses pembuatan (baca: hubungan suami istri).

Akibatnya, seseorang bisa sulit mendapatkan uang akibat trauma masa lalu yang berhubungan dengan orang tua. Misalnya jika seorang anak melihat orang tuanya bertengkar karena uang, maka sang anak baik secara sadar ataupun tidak, cenderung akan menganggap uang sebagai masalah, sehingga sekeras apapun usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan uang nyaris tak pernah berhasil, karena di bawah sadarnya dia meyakini uang sebagai sumber masalah.

Demikian pula seseorang bisa sulit mendapatkan pasangan akibat emosi negatif yang diwariskan orang tua. Salah satu contohnya adalah karena melihat pertengkaran orang tua yang mengakibatkan sang anak menganggap perkawinan sebagai masalah. Atau sang anak sulit mendapatkan pasangan karena selalu merasa tidak dicintai sebagai akibat masa lalu ketika orang tuanya tidak menginginkan dia lahir. Dan sang jabang bayi bisa merasakan apa yang dirasakan orang tuanya terutama perasaan sang ibu, mereka memiliki ikatan emosi yang kuat karena pernah terhubung melalui tali pusar.

Disatu sisi bisa dibilang wajar, karena disaat kecil kita ibarat spons yang menyerap apa saja tanpa filter. Kita tidak terlahir dengan rasa takut, tapi kita diprogram untuk merasa takut. Berapa banyak orang tua yang menakut-nakuti anaknya dengan hantu, setan, dedemit, sehingga setelah dewasa mereka terbiasa dengan ketakutan pada mahluk halus yang sebenarnya tidak sesempurna manusia. Demikian pula halnya dengan kepercayaan diri, banyak anak yang diprogram untuk tidak percaya diri, dengan dilarang melakukan ini itu yang menurut orang tua tidak baik padahal sebenarnya baik untuk perkembangan mereka.

Kenyataannya banyak pula orang tua yang tidak percaya dengan kemampuan anaknya, mereka mengikutkan anak-anak mereka dalam berbagai les, kursus, agar mendapat nilai terbaik di sekolah yang pada intinya sebenarnya meragukan kemampuan anaknya sendiri. Meskipun memakai alasan demi kebaikan anak, tapi anak sebenarnya tidak butuh yang seperti itu, mereka lebih butuh pembinaan mental dan pelajaran kehidupan dari orang tua, karena orang tua adalah sumber utama pembelajaran hidup anak-anak, orang tua adalah model untuk anak-anak, dan anak-anak adalah peniru yang baik. Karena itu orang tua pula lah yang berperan membentuk karakter sang anak, orang tua punya peran dalam menentukan masa depan anak. Sehingga kegagalan sang anak di masa depan akibat rasa tidak dihargai atau rasa tidak dicintai, sebenarnya bisa berawal dari masa lalu ketika sang anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tua.

Meskipun demikian, kita tidak boleh menyalahkan orang tua walau separah apapun kehidupan yang kita jalani saat ini akibat pengaruh orang tua, karena orang tua juga manusia yang bisa membuat kesalahan, dan mereka melakukan kesalahan disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan sumber-sumber yang mereka miliki pada saat itu. Dan kita bisa membuat keputusan untuk tidak terus menerus terpengaruh oleh energi negatif yang diwariskan oleh orang tua.

Sehingga pada akhirnya semua akan kembali pada diri kita sendiri, kita harus mampu memaafkan mereka atas kesalahan mereka, karena sejahat apapun mereka tetap saja orang tua kita yang pernah berjasa, minimal dengan pengorbanan sang ibu untuk melahirkan kita. Maafkanlah mereka jika mereka bukan orang tua yang sempurna dan tidak sesuai dengan keinginan kita.

Sebaliknya, tentu saja kita juga harus mampu meminta maaf pada mereka atas segala prasangka buruk dan kebencian kita pada mereka, karena ridho Tuhan tergantung pada ridho orang tua. Apalagi hambatan rezeki, jodoh, seringkali berasal dari mereka, walaupun kita tidak menyadarinya.

Seiring dengan telah bertambahnya ilmu tentang bagaimana cara menjadi orang tua yang baik, sudah sepantasnyalah para calon orang tua mempersiapkan diri agar tidak mewariskan emosi-emosi negatif pada anak mereka kelak. Begitu pula mereka yang telah memiliki anak dan bermasalah dengan anak-anaknya, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan harmonis dalam keluarga.

Dan kepada anda yang saat ini masih memiliki orang tua yang lengkap, sudah sepantasnyalah anda bersyukur karena masih diberikan waktu untuk berbakti semaksimal mungkin pada orang tua, sehingga pada akhirnya mereka bisa meninggalkan dunia ini dengan senyum bangga dan bahagia karena telah melahirkan anak-anak yang hebat.

Sedangkan jika orang tua anda telah lama meninggal, maka jangan hentikan bakti anda dengan tetap mendoakan mereka. Sampaikanlah doa yang terbaik untuk mereka, karena hanya doa yang bisa tetap menghubungkan anda dengan mereka.

Sudahkah kita berdoa untuk orang tua?

Lanjut Gan...