Horang Kayah

Yup, saya tidak salah nulis judul :)

Bukan "The world is not enough" seperti judul salah satu film James Bond, tapi saya bicara tentang "Word" alias kata.

Sepulang mengikuti pelatihan Terapi Hati Mahakosmos, saya merenungkan kembali apa yang saya dapatkan dari pelatihan tersebut. Inti yang saya dapatkan adalah metode berdoa dengan menggunakan indera hati.

Beberapa waktu terakhir ini saya melakukan pencarian tentang kenapa ada doa yang terkabul dan kenapa ada yang tidak. Berbagai macam jawaban saya dapatkan mulai dari doa yang kurang khusyuk, doa yang kurang baik, adanya dosa-dosa yang menghalangi doa, hukum sebab akibat, dll. Tapi jawaban yang paling sering saya dapatkan adalah "Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan". Makanya kalau doa tidak terkabul itu berarti Tuhan akan memberikan hal yang lebih baik dari doa kita.

Semua jawaban tersebut tentu saja benar. Tetapi saya merasa masih ada satu missing link lagi di antara semua itu. Terutama ketika membaca/mendengar kisah orang-orang yang terkabul doanya, padahal mereka itu ga spiritual/religius amat. Bahkan (maaf saja) ada teman yang ahlaknya kurang terpuji, tapi hanya dalam sekali tahajud doanya langsung terkabul.

Akhirnya saya kembali tanya sana-sini dan menemukan jawaban yang menyejukkan bahwa kuncinya ternyata adalah "suasana hati". Ya, kita memang sering jungkir balik berdoa itu ini, tapi seringkali kita lupa membawa hati ketika mengucap serangkaian kalimat yang dipanjatkan pada-Nya.

Bukan indahnya rangkaian kalimat doa yang menentukan terkabul tidaknya keinginan kita. Bahkan doa yang katanya paling manjur pun belum tentu manjur jika suasana hati tidak mendukung. Saya teringat Mario Teguh pernah mengatakan yang intinya menjelaskan bahwa terkabulnya sebuah doa ditentukan oleh orangnya, bukan doanya. "Bukan doanya yang hebat, tapi orangnya yang hebat".

Terakhir saya bertanya pada Kang Isman, seorang teman saya yang sudah sering mendapatkan berbagai hal yang dia cita-citakan (dan rata-rata doanya hanya sekali). Beliau menjawab, "Do'a bisa diucapkan sekali atau berkali-kali, silahkan saja. Yang penting bagaimana kualitas hati kita ketika memanjatkan doa".

Ternyata kata-kata saja tidak cukup, kita harus terampil membawa hati. Untuk itu mari kita tingkatkan kualitas hati, agar doa-doa yang kita panjatkan bukan sekedar rangkaian kata yang mirip puisi, tapi lebih berarti karena berasal dari suara hati, yang menjadi jembatan penghubung antara kita dengan Sang Ilahi.

1 Response
  1. Anonymous Says:

    goen...

    suasana hati & kita lupa membawa hati, seperti apa ?, tanggung tuh :)